Saturday, March 24, 2012

Bagaimana Menangani Isu Diskriminasi Gender dalam Tempat Kerja

Views :1616 Times PDF Cetak E-mail
Sabtu, 24 Maret 2012 08:22
sheryl-sandbergCEO Facebook Sheryl Sandberg baru-baru ini menyatakan dalam World Economic Forum di Swiss, “Kami menghargai pria karena kepemimpinan, sikap asertif, keberanian mengambil risiko, tak ragu bersaing; kami mengajari wanita untuk bersantai, bersosialisasi. Kami mendorong wanita untuk bersikap lebih ambisius untuk meraih prestasi dalam tim kerja”. Standar ganda bisa dijumpai di lingkungan kerja manapun. Pria yang ambisius biasanya asertif. Sifat yang sama pada wanita sering dipandang sebagai sifat agresif dan kompetitif. Dalam masyarakat yang di dalamnya kesetaraan bertambah dalam hal nilai, bagaimana Anda menghindari jenis diskriminasi gender dalam tempat kerja?

Pria secara tradisional dipandang sebagai pencari nafkah, sementara wanita sebagai perawat keluarga. Seorang pria bisa bekerja tanpa kenal lelah selama jam kerja yang panjang dan akhir minggu, sementara  wanita harus pulang ke rumah dan mengurus keluarga. Sekarang ini, tren tersebut sudah bergeser. Lebih banyak wanita menjadi eksekutif daripada sebelumnya, sementara di rumah mereka juga masih mengurus anak dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Para pria juga berubah peran dengan lebih banyak berperan di dalam urusan rumah tangga. Jika seorang pasangan mendukung ambisi Anda, lingkungan kerja Anda juga seharusnya demikian.

Sebagaimana dinyatakan dalam artikel Forbes bulan Juli 2011, terdapat lebih dari 27 juta bisnis kecil di AS dan lebih dari 7,7 juta bisniskeci itu dimiliki oleh wanita AS. Meski data statistik itu bervariasi berdasarkan sumber, masih saja ini menunjukkan adanya selisih yang tajam antara mayoritas pria dan wanita yang bekerja sebagai pemilik bisnis. Meski bisa dianggap sebagai fakta yang menarik, dijumpai kesukaran di dalamnya: dengan fokus pada jumlahnya, hasilnya masih berfokus pada gender bukannya kualifikasi. Apakah penting untuk mengetahui jumlah pria dan wanita dalam sebuah tempat kerja, yang menjabat CEO, yang berada di dewan direksi, atau yang memiliki bisnis? Jawabannya mungkin tidak sepenting dahulu.

Apa yang lebih penting, atau seharusnya lebih penting, ialah siapa yang lebih kapabel dalam menjalankan posisi tersebut. Hal yang lebih penting ialah bahwa kedua gender diperlakukan secara adil, tanpa memandang jenis kelamin, ras, usia, budaya atau orientasi seksual, atau karakteristik lainnya yang menimbulkan prasangka dan bias. Lebih condong pada satu kelompok hanya akan menyingkirkan kelompok lain dan menimbulkan rasa ketidakadilan. Jawabannya sederhana- terlalu jelas bagi semua orang untuk diakui: perlakukan setiap orang dengan prinsip kesetaraan. Yakinlah bahwa ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan tetapi itulah yang terjadi saat manusia hendak wujudkan hal-hal yang baik. Daripada melihat permukaan saja, marilah kita fokus pada kinerja, prinsip, ketrampilan dan pengalaman.

Mengelola diskriminasi gender dalam tempat kerja berkenaan dengan penghapusan diskriminasi. Bayangkan bahwa yang Anda miliki hanyalah riwayat hidup tanpa adanya nama atau karakteristik individual lainnya. Lalu bayangkan bahwa Anda bisa mengenali orang itu tanpa adanya informasi pengenal. Ini tentunya tak mungkin dalam kenyataannya. Namun, kunci untuk menguasai keseimbangan memiliki dua sisi. Jangan menahan imbalan, peran, tanggung jawab atau penghargaan berdasarkan prasangka dan jangan memberikan hal –hal ini untuk alasan yang sama.(*AP)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/tips-bisnis/177-manajemen/15501-bagaimana-menangani-isu-diskriminasi-gender-dalam-tempat-kerja.html

No comments:

Post a Comment