Views :1147 Times |
Jumat, 09 Maret 2012 09:45 |
Ayam
menjadi favorit masakan bagi kebanyakan orang. Itulah sebabnya, usaha
dengan menu andalan ayam tak pernah surut. Biarpun merek-merek asing
terus berekspansi hingga pelosok, itu tak menyurutkan niat pebisnis
lokal untuk menggeluti usaha berbahan ayam.
Salah satunya Dwi Suswinarno. Mengibarkan merek dagang Kane Fried Chicken. Dwi mendirikan usaha ayam cepat saji ini di Depok, Jawa Barat, pada awal tahun 2010. Dia yakin peluangnya masih besar lantaran ayam punya banyak penggemar. Makanya ia mantap berbisnis ayam goreng cepat saji. Sadar akan ketatnya persaingan, Dwi mengklaim ayam goreng yang ditawarkan ini punya kualitas terjamin. Harga yang bersahabat dengan kantong menjadi jurus lainnya. Satu porsi yang terdiri dari sayap atau paha ayam serta seporsi nasi dia banderol dengan harga Rp 7.000. Harga sepotong dada dan paha atas lengkap dengan nasinya Rp 8.000 per porsi. Dengan harga yang miring itu pula, Dwi mengaku menerima banyak permintaan dari konsumen untuk menjadi mitra dagangnya. Makanya, sejak Oktober 2010, Dwi memutuskan menawarkan kemitraan.
Hanya butuh waktu yang relatif singkat, Dwi sudah menjaring sekitar 25 mitra dan memiliki 48 unit rombong (booth) yang tersebar di Jakarta, Bandung dan Malang.
Ia sengaja memilih booth untuk berbisnis, agar mitra tidak perlu mengeluarkan dana besar untuk menyewa gedung atau toko. Mitra cukup menyewa tempat booth yang diperkirakan butuh biaya Rp 550.000–Rp 650.000 sebulan. Bila tertarik menjadi mitra kerja Dwi, calon mitra hanya perlu menyediakan investasi awal Rp 10 juta. Nilai investasi itu bahkan bisa dicicil, 50% di awal, dan sisanya dibayarkan sesudah fasilitas diberikan semua. Karena berkonsep kemitraan, Kane tidak memungut royalty fee dan franchise fee. Mitra akan mendapatkan antara lain: satu unit booth ukuran 150 cm x 60 cm, bahan baku hari pertama, serta pendampingan manajemen. Dengan kualitas yang ditawarkan, Dwi yakin Kane Fried Chicken mampu bersaing dengan tawaran sejenis. Apalagi menu yang ditawarkan Kane juga sangat spesifik, yakni hanya ayam goreng tepung yang diyakini Dwi punya penggemar tak terbatas, dari orang tua hingga anak-anak. Dengan hitungan punya penggemar banyak, Dwi berani menjanjikan keuntungan bersih mencapai Rp 3,5 juta tiap bulan dari bisnis ayam goreng renyah ini. Keuntungan itu didapat dengan asumsi, mitra dapat menjual tujuh ayam dalam sehari agar omzet yang dicapai mitra Rp 13 juta per bulan. Bila itu konsisten diperoleh, Dwi mengklaim, si mitra mampu mengembalikan modal investasi tiga bulan. Khoerussalim Ikhsan, konsultan wirausaha dan praktisi bisnis, mengakui bisnis makanan ayam goreng secara umum masih cerah. Namun, ketatnya persaingan dan bahan baku menjadi hal yang patut diperhatikan. Apalagi jika calon mitra jauh dari pusat. "Mitra harus menghitung biaya inefisiensi," katanya. Dia menyarankan agar pasokan bahan baku juga bisa didapatkan langsung saja dari kota mitra. Selain itu, penentuan lokasi yang tepat serta variasi menu harus terus dilakukan si pemilik usaha. (*/Kontan.co.id) Kane Fried Chicken Jl. Koman Muin No. 86 Limo, Cinere, Depok, Jawa Barat Telp: 02198664098 |
Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/bisnis-mikro/15081-meneropong-tawaran-kemitraan-kane-fried-chicken.html
No comments:
Post a Comment