Friday, August 3, 2012

INSPIRASI KARYO SAMPURNO MUSTIKO


Karyo kini sukses jadi juragan soto (1)

Karyo kini sukses jadi juragan soto (1)
Lantaran ngebet untuk melanjutkan kuliah, Karyo Sampurno Mustiko nekad merantau ke Jakarta. Karena tak punya biaya, di Ibu kota, ia merintis usaha soto yang diberi nama Soto Kudus Kauman. Belakangan, usaha sotonya berkembang pesat. Omzetnya mencapai ratusan juta rupiah per bulan.

Berawal dari keinginan untuk memperbaiki nasib dan bisa meneruskan sekolah hingga ke tingkat perguruan tinggi, Karyo Sampurno Mustiko nekad merantau ke Jakarta. Bersama kakaknya bernama Ludi Priyanto, ia meninggalkan kampung halamannya di Pati, Jawa Tengah.

Saat itu, ia baru saja lulus sekolah menengah atas (SMA) pada tahun 2005. "Ketika itu saya sangat ingin melanjutkan kuliah namun tidak ada biaya," kata Karyo.

Apalagi, kedua orangtuanya saat itu sudah meninggal dunia. Ia pun tertantang untuk mencari biaya kuliah sendiri. Di Jakarta, ia sempat membantu usaha soto milik seorang teman.

Namun, tak lama ia memutuskan membuka usaha soto sendiri. Saat merintis usaha soto ini, ia juga mengajak serta kakaknya. Usaha soto Karyo ini kemudian diberi nama Soto Kudus Kauman.

Pada tahun 2010, mereka kemudian mengajak tiga orang lain untuk bergabung. Mereka adalah Basri, Sikin, dan Ubaidilah.

Setelah berjalan selama tujuh tahun, kini Soto Kudus Kauman menjadi usaha yang cukup besar dan dikenal luas. Pelanggannya mulai dari rakyat biasa hingga pejabat negara. "Pak Boediono (Wakil Presiden) rutin memesan 50 porsi katering ke kami seminggu sekali," ujar Karyo.

Selain dari kalangan pejabat, ia juga kerap menerima pesanan katering dari hotel-hotel bintang lima di Jakarta. Karyo sendiri sempat memperoleh penghargaan sebagai finalis Wirausaha Muda Mandiri tahun 2011 dari Bank Mandiri.

Untuk gerai, saat ini sudah ada 14 gerai Soto Kudus Kauman yang tersebar di kawasan Jabodetabek. Sebanyak sembilan gerai di antaranya milik mitra dan sisanya milik sendiri.

Dari gerai mitra ini, Karyo masih memperoleh dana bagi hasil sekitar 50% dari omzet per bulan. Sementara untuk yang memakai skema waralaba, ada juga royalti fee 5% dari omzet mitra.

Dari situ, total omzet yang masuk ke kantongnya mencapai Rp 150 juta per bulan. "Saya sendiri tak menyangka bisa membesarkan bisnis soto yang awalnya dirintis dari soto kaki lima," ujar anak bungsu dari sembilan bersaudara ini.

Impian awal Karyo untuk meneruskan kuliah pun terwujud. Sejak tahun 2007, ia sudah terdaftar sebagai mahasiswa jurusan pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. "Ini memang sudah menjadi impian saya sejak awal, dan sekarang saya sudah duduk di semester 10," ujar Karyo.

Tidak hanya biaya kuliah, Karyo kini telah bisa membiayai sendiri kebutuhan hidup yang lain dan tidak bergantung lagi kepada kakaknya.

Menurutnya, orang-orang yang ingin membuka usaha tak perlu terlalu menunggu punya banyak kemampuan. "Saya sendiri dulu saat membuka usaha tidak tahu apa-apa tentang soto, apalagi pengalaman berwirausaha" ujar Karyo.

Karyo bilang, setiap orang yang ingin belajar dan terus berusaha pasti bisa terjun ke dunia wirausaha.

Karyo: Gratiskan wanita hamil membawa keberuntung


Dengan modal pinjaman, Karyo Sampurno Mustiko membuka usaha soto kudus. Strategi menggratiskan perempuan hamil makan soto menjadi strategi andalan yang melambungkan Soto Kudus Kauman. Yakin dengan pasar, sejak tahun 2010, Karyo berani mewaralabakan usahanya.

Setelah membantu temannya berjualan soto di Jakarta, Karyo Sampurno Mustiko memberanikan diri membuka usaha kuliner itu sendiri dengan mengusung nama Soto Kudus Kauman.

Menurut Karyo, modal awal untuk berdagang soto adalah hasil pinjaman. "Waktu itu saya pinjam dari teman Rp 1,5 juta," kata Karyo mengenang,

Uang sebanyak Rp 1 juta itu, lantas Karyo gunakan untuk membeli gerobak dan peralatan memasak. Sisanya sebanyak Rp 500.000 dia pakai untuk membayar sewa lapak kaki lima.

Modal usaha Karyo lainnya adalah ilmu meracik soto yang ia dapat selama membantu temannya berdagang makanan itu. Tak disangka-sangka, soto olahannya membekas di lidah para pembeli.

Pelanggan Karyo pun bertambah banyak. Alhasil, usaha sotonya berkembang dan memiliki cabang. Selain rasa soto yang khas, Karyo punya "magnet" lain untuk menarik pembeli.

Salah satunya ialah, setiap pengunjung yang hamil gratis makan soto di Soto Kudus Kauman. Bukan tanpa alasan Karyo memberikan perlakuan istimewa bagi wanita hamil.

Awalnya, Karyo menjelaskan, cara ini bukanlah strategi pemasaran. Tapi, semata-mata lantaran dia teringat pengalaman getir sang ibu yang ketika itu mengidam soto kudus cuma tidak kesampaian.

Maklum, kala itu kondisi ekonomi orang tuanya sangat sulit, sehingga tak mampu membeli soto kudus. Mirisnya, waktu itu tidak ada penjual soto kudus yang iba, meski ibunya tengah hamil.

Karyo mengingat peristiwa itu sebagai perjalanan hidup yang pahit. "Karena uang yang pas-pasan sehingga hanya cukup untuk makan dan bertahan hidup," tutur Karyo getir.

Nah, berangkat dari pengalaman pahit itulah, Karyo berkomitmen untuk tidak menerima bayaran dari perempuan yang tengah hamil. Ternyata, cara itu menjadi strategi dan berkah pemasaran yang jitu. Soto Kudus Kauman makin dikenal orang.

Keberhasilan yang Karyo raih tak membuat ia berpuas diri. Makanya, ketika mendapat tawaran pembinaan usaha dari Kementerian Perdagangan, dia langsung iyakan.

Dari sinilah Karyo mulai mengenal dan belajar mengembangkan usaha dengan sistem waralaba.

Di tahun 2010, Karyo pun mulai mewaralabakan Soto Kudus Kauman. Ia menggandeng tiga temannya, Ubaidilah, Basri, dan Sikin untuk ikut membesarkan usaha soto dengan sistem waralaba. Tak sampai setahun, tiga mitra usaha Karyo pun bergabung bersama Soto Kudus Kauman.

Sayang, saat kesuksesan mulai di depan mata, Karyo pecah kongsi dengan salah satu temannya, Sikin. Sikin membuka usaha soto kudus dengan dengan nama Soto Kudus Kauman juga.

Menurut Karyo, keputusan Sikin berpisah dan mendirikan usaha soto kudus sendiri menjadi cobaan terberat yang pernah dia alaminya selama berwirausaha. Tapi, dia berusaha tidak mempersoalkan kenyataan ini.

Karyo menambahkan, sampai sekarang masalah tersebut belum selesai. Tapi, "Tidak apa-apa yang penting bisa sama-sama menjalankan," ujarnya.

Kini, Karyo cuma bisa berharap Soto Kudus Kauman yang kini sudah punya 14 cabang bisa tetap eksis. Dan, ia akan mengelola sebaik-baiknya.

Karyo ingin sotonya besar seperti McDonald's (3)



Sejak pecah kongsi dengan seorang temannya bernama Sikin, Karyo fokus membenahi manajemen dan sumber daya manusia (SDM) di Soto Kudus Kauman. Ia berharap pembenahan itu bisa membuat usaha sotonya semakin berkibar.

Pengalaman pecah kongsi dengan sang teman sangat membekas Karyo Sampurno Mustiko. Sejak pecah kongsi dengan salah seorang temannya bernama Sikin, ia pun fokus membenahi sistem manajemen dan sumber daya manusia (SDM) di Soto Kudus Kauman.

Karyo tak ingin peristiwa serupa terulang kembali. Seperti diketahui, Sikin kini membuka usaha soto kudus sendiri dengan nama Soto Kudus Kauman juga.

Ia khawatir, tanpa penguatan SDM dan manajemen, maka peristiwa serupa bakal terulang lagi. Karyo sendiri mengakui, pengelolaan SDM-nya masih belum begitu bagus.

Makanya, pembenahan SDM ini menjadi prioritas utama. Selama melakukan pembenahan, Karyo menutup sementara tawaran kemitraan Soto Kudus Kauman. "Selama pembenahan ini saya juga belum akan membuka gerai baru," ujar Karyo.

Ia menargetkan, pembenahan manajemen dan SDM ini bisa selesai paling lambat akhir tahun ini. Menurut Karyo, hingga saat ini permintaan menjadi mitra masih terus berdatangan.

Namun, selama perbaikan belum selesai, ia belum membuka lagi tawaran kemitraan. Karyo bilang, dengan sistem saat ini, mengelola 14 gerai saja ia sudah kewalahan. "Nah, nanti kalau setiap permintaan saya terima tapi tidak siap, sama saja bunuh diri pelan-pelan," ujar karyo.

Ia khawatir, jika kualitas produk dan pelayanan menurun, nama Soto Kudus Kauman bisa buruk di mata pelanggan.

Karyo berjanji, begitu perbaikan internal selesai, ia akan memproses setiap permintaan menjadi mitra. Ia menargetkan, sistem kemitraannya ini akan efektif lagi mulai tahun depan.

Bila pembenahan selesai dilakukan, ia berharap usaha sotonya bisa semakin berkibar. "Harapan saya waralaba Soto Kudus Kauman bisa besar seperti McDonald's," ujar Karyo.

Karyo ingin jaringan gerai sotonya semakin kuat dan menjamur. Minimal, kata dia, di setiap kota ada Soto Kudus Kauman.

Ia juga berharap brand Soto Kudus Kauman bisa semakin kuat di masyarakat. "Sehingga saat mengingat soto, masyarakat mengingat soto kudus Kauman," ujarnya.

Karyo juga ingin waralaba sotonya bisa menjadi tempat nongkrong yang digemari sekaligus trendsetter di lini bisnisnya.

Maka itu, Karyo juga berencana menambah menu-menu baru yang di setiap gerai sotonya. "Namun, soto tetap akan menjadi menu unggulan kami," jelas karyo.

Selain membesarkan usaha sotonya, Karyo juga berniat merambah usaha lain. Saat ini, ia sudah mulai terjun ke usaha laundry. "Saya mulai bisnis ini dari kecil-kecilan," jelas Karyo.

Selain laundry, ia juga sudah merencanakan untuk merambah jenis usaha lain. Namun, Karyo belum mau blak-blakan menyebut sektor usaha yang akan digarapnya.

"Yang penting ada hasilnya dan saya menyukai bidangnya," jelas Karyo yang semakin mantap berwirausaha.

Selama mengelola usaha soto ini, Karyo memang banyak belajar tentang bisnis. Dari sebelumnya awam, kini ia sudah banyak menguasai, terutama bisnis dengan sistem waralaba. Tak heran, bila naluri bisnisnya kian terasah.

http://peluangusaha.kontan.co.id/news/karyo-kini-sukses-jadi-juragan-soto-1
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/karyo-gratiskan-wanita-hamil-membawa-keberuntung/2012/08/02
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/karyo-ingin-sotonya-besar-seperti-mcdonalds-3

No comments:

Post a Comment