Friday, August 31, 2012

SENTRA KERAJINAN KERAMIK PLERED, PURWAKARTA


Ada ratusan perajin (1)

Sentra keramik Plered: Ada ratusan perajin (1)

Bila Anda tengah berkunjung atau melintas di Purwakarta, Jawa Barat, tak ada salahnya berkunjung ke Desa Anjun, Kecamatan Plered. Di sana, ada ratusan perajin yang memproduksi dan menjual aneka kerajinan keramik.Harganya mulai puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah. Omzet perajin pun mencapai puluhan juta.

Selain di Kasongan, Yogyakarta, sentra kerajinan keramik juga bisa Anda jumpai di Purwakarta, Jawa Barat. Di daerah ini, sentra kerajinan keramik bisa Anda temukan di Desa Anjun, Kecamatan Plered.

Lokasinya tidak jauh dari Pasar Plered. Sementara, dari terminal Purwakarta, jaraknya sekitar 20 kilometer (km). Untuk menuju desa ini, Anda bisa menumpang angkutan umum dengan trayek Pasar Plered.

Di Anjun terdapat ratusan perajin yang memproduksi bermacam kerajinan keramik. Beberapa di antaranya adalah vas bunga, guci, meja, kursi, tempat payung, dan masih banyak lagi.

Semua kerajinan itu terbuat dari tanah liat yang diberi pelbagai motif seperti bunga. Umumnya, proses produksi dilakukan di rumah masing-masing perajin. Tapi, sebagian perajin ada juga yang sudah mendirikan bengkel kerja khusus tak jauh dari rumahnya.

Saat KONTAN menyambangi desa ini Juli 2012 lalu, para perajin tampak sibuk bekerja. Sedang di bagian depan rumah mereka terlihat ratusan kerajinan keramik yang sedang dikeringkan di bawah terik matahari.

Keramik yang baru selesai dibuat itu masih belum dicat. Alhasil, warna aslinya yang terbuat dari tanah liat terlihat terang menyala.

Ade Sudrajat, salah seorang perajin keramik, mengatakan, proses pembuatan keramik di desanya telah ada sejak nenek moyangnya. Sampai sekarang kerajinan itu masih berjalan secara turun temurun. "Kami hanya meneruskan usaha yang sudah ada dengan pelbagai perkembangan bentuk," kata dia.

Ade sendiri sudah melakoni usaha ini sejak 15 tahun lalu. Dengan dibantu lima karyawan, ia bisa memproduksi sebanyak 100 hingga 150 keramik sehari.

Keramik hasil karyanya dibanderol dengan harga Rp 10.000 hingga ratusan ribu per buah. "Harga tergantung bentuk keramik dan kerumitan membuatnya," kata Ade. Dari usahanya ini, dalam sebulan ia bisa meraup omzet sekitar Rp 90 juta, dengan laba berkisar 30%.

Perajin lainnya adalah Haja Ayat yang sudah terjun ke bisnis pembuatan keramik sejak 1981 silam. Selain memproduksi, Haja juga memiliki toko keramik yang ada di Jalan Raya Anjung, Plered.

Tempat pembuatan keramik Haja tidak jauh dari tokonya. Dalam sehari, bengkel produksinya bisa membikin rata-rata sebanyak 50 buah sampai 100 kerajinan keramik. Produk keramiknya dijual dengan harga
Rp 10.000 sampai ratusan ribu per buah. Saban bulan pendapatan Haja mencapai sekitar Rp 50 juta.

Seangkatan dengan Haja, Slamat Krajan juga telah menekuni usaha ini sejak tahun 1980-an. Saat ini, dia memproduksi sekitar 60 sampai 100 kerajinan keramik per hari, dengan omzet Rp 55 juta.

Produk keramik Slamat kebanyakan berupa vas bunga dan tempat payung. "Usaha ini adalah warisan orang tua," jelasnya.

Kendala modal (2)

Sentra keramik Purwakarta: Kendala modal (2)

Jumlah perajin keramik di Desa Anjun, Plered, Purwakarta terus menyusut. Pasalnya, banyak perajin skala kecil yang bangkrut karena kekurangan modal dan pengetahuan mengelola keuangan. Sebagian memang masih ada yang bertahan. Mereka menjual keramik buatannya ke perajin besar dengan harga murah.

Pusat produksi keramik di Plered, Purwakarta, Jawa Barat sudah dikenal sejak awal abad ke-20. Sentra ini terpusat di Desa Anjun. Saat masih jaya-jayanya, jumlah perajin keramik di Plered mencapai 2.000 orang.

Tapi, belakangan banyak perajin yang bangkrut alias gulung tikar. Kini, jumlahnya tinggal ratusan perajin saja. Banyak dari mereka yang bangkrut karena kurangnya modal dan pengetahuan mengelola keuangan.

Ujang, salah seorang perajin kecil di Plered bilang, selama ini dia kesulitan mengembangkan usahanya lantaran kendala modal dan tenaga. "Dalam sehari saya hanya bisa menjual 50 keramik," katanya.

Untuk bertahan, Ujang menjual keramik ke perajin besar dengan harga sangat murah. Yakni, antara Rp 500 - Rp 1.000 per keramik. Keramik dia hargai murah karena belum dicat dan diberi motif. Kendati belum dicat dan diberi motif, proses pembuatan keramik sendiri tidak mudah.

Untuk tanah liatnya, mereka harus membeli dari daerah Citeko, Plered. Setelah itu, tanah dibentuk menjadi aneka produk keramik. Kemudian, keramik dibakar dan dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari.

Ujang terpaksa menjual keramik kepada para perajin besar dengan harga murah. "Soalnya, kami juga butuh uang cepat buat hidup sehari-hari," ujarnya lirih.

Salah seorang perajin besar yang kerap menampung keramik dari para perajin kecil adalah Mochamad Taufiq. Ia menampung keramik dari para perajin kecil dengan harga murah karena produknya masih harus di-finishing.

Proses finishing di antaranya meliputi pengecatan dan pemberian motif. Setelah selesai di-finishing, keramik Taufiq jual dengan harga lumayan tinggi. Yaitu, mulai Rp 10.000 hingga ratusan ribu per keramik.

Menurut Taufiq, banyak perajin kecil sulit berkembang akibat terkendala modal. "Sudah itu, mereka juga tidak pandai mengelola keuangan, sehingga banyak yang bangkrut," katanya.

Sayang, dukungan dari pemerintah tergolong minim. Contoh, penyuluhan atau pelatihan dari pemerintah sangat jarang diberikan.

Perajin besar lainnya, Ade Sudrajat, mengakui minimnya dukungan dari pemerintah setempat dalam mengembangkan kerajinan keramik di Plered. Padahal, para perajin sangat membutuhkan adanya penyuluhan, pelatihan, maupun bantuan modal dari pemerintah.

Haji Ayat, perajin lainnya, menambahkan, kendala modal sebenarnya bisa diatasi dengan mengajukan pinjaman ke bank. Tapi, bagi perajin kecil, bunga bank yang lumayan tinggi jelas memberatkan mereka.

Tahun lalu sebetulnya sempat ada program bantuan modal dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan bunga yang cukup rendah. Namun, tidak semua perajin memenuhi persyaratan sehingga banyak yang tidak mendapat pinjaman ini.

Selalu ramai (3)

Sentra keramik Plered: Selalu ramai (3)

Desa Anjun, Plered, Purwakarta sudah tersohor sebagai sentra keramik di Jawa Barat. Sentra ini selalu ramai dikunjungi konsumen. Kebanyakan dari mereka merupakan para pedagang keramik dari sejumlah daerah. Selain dijual lagi di daerahnya, ada juga pedagang yang mengekspor keramik Plered ke sejumlah negara.

Selama puluhan tahun, Desa Anjun, Kecamatan Plered dikenal sebagai sentra keramik. Di desa ini terdapat ratusan perajin yang memproduksi bermacam kerajinan keramik.

Beberapa di antaranya adalah vas bunga, guci, meja, kursi, tempat payung, dan masih banyak lagi. Selain pusat produksi, desa ini juga menjadi pusat perdagangan keramik.

Karena sudah terkenal luas dan memiliki stok keramik dalam jumlah banyak, banyak pedagang dari daerah berburu keramik ditempat ini untuk dijual kembali.

Biasanya, mereka belanja keramik setiap akhir pekan. Selain diramaikan para pedagang, para wisatawan juga kerap menyambangi desa ini. Tidak hanya berburu keramik, mereka juga berkesempatan melihat langsung proses pembuatan keramik dari dekat.

Bahkan, hari kerja pun desa ini tetap ramai dikunjungi wisatawan. Seperti saat KONTAN menyambangi desa ini pada Juli 2012 lalu. Nampak, beberapa bus mengangkut rombongan pelajar yang tengah melakukan study tour atau darma wisata ke Plered.

Mereka terlihat mengunjungi beberapa bengkel kerja milik para perajin untuk melihat langsung proses pembuatan keramik.

Haja Ayat, salah seorang perajin keramik di Desa Anjun mengaku, desanya memang kerap dikungjungi para pelajar. Selain dari Jawa Barat, "Banyak juga pelajar dari Jawa Tengah dan Jawa Timur," katanya.

Sementara pelanggannya sendiri kebanyakan para pedagang dari daerah-daerah. Para pedagang itu umumnya berasal dari luar Plered, seperti Jakarta, Bandung, dan kota-kota lain di Indonesia.

Para pedagang ini ada juga yang mengekspor keramik Plered ke sejumlah negara.Menurut Ayat, setiap perajin keramik sudah memiliki pelanggan tetap.

Ayat sendiri, kerap melempar produk keramiknya ke sejumlah pedagang asal Jakarta. Para perajin menawarkan harga berbeda antara pedagang dengan wisatawan.

"Kami kasih harga tinggi jika konsumennya wisatawan, karena mereka hanya beli sedikit," ujar Ayat.

Jika konsumennya wisatawan, rata-rata harga keramiknya dibanderol mulai Rp 20.000-Rp 300.000 per buah. Sementara bila dijual ke pedagang harganya mulai Rp 10.000 hingga ratusan ribu per buah.

Perajin lain, Ade Sudrajat juga memiliki pelanggan dari kalangan pedagang. "Mereka banyak dari Jakarta," ujarnya. Setiap hari, Ade rutin memasok 300 keramik ke Jakarta. Ade bilang, jika sudah memiliki pelanggan, pendapatannya sudah pasti.

Sementara jika mengharapkan kedatangan wisatawan ke Plered, ia harus bersaing dengan para perajin lainnya.

Mochamad Taufiq, perajin lainnya memilih menjual semua produknya ke para pedagang keramik yang ada di Plered. Ia bilang, sudah memiliki sejumlah pedagang yang siap menampung keramiknya.
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-keramik-plered-ada-ratusan-perajin-1/2012/08/28
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-keramik-purwakarta-kendala-modal-2/2012/08/29
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-keramik-plered-selalu-ramai-3

No comments:

Post a Comment