Tuesday, August 28, 2012

SENTRA PERABOTAN RUMAH TANGGA PASAR JATINEGARA, JAKARTA TIMUR


Sentra Perabot: Tempat berburu perabot murah (1)

Sentra Perabot: Tempat berburu perabot murah (1)
Sentra perabotan rumahtangga merupakan satu dari sekian banyak sentra produk lain di kawasan Pasar Jatinegara, Jakarta Timur. Sentra perabotan rumahtangga ini sudah di Pasar Jatinegara sejak 1980-an. Lokasinya tidak jauh setelah Halte Transjakarta Pasar Jatinegara. Sentra ini berada di pinggir Jalan Pasar Jatinegara. Tapi, ada juga pedagang yang kiosnya di dalam gang yang sepanjang jalannya penuh kios perabotan rumahtangga.
Di sentra ini ada sekitar 25 pedagang. Sebagai pusat perabotan rumahtangga, tempat tersebut menjual hampir semua jenis perabotan rumahtangga. Mulai dari perabotan kecil, seperti kemoceng, gantungan baju, dan keset, hingga perabot besar semisal lemari kabinet dan tempat tidur. Selain itu, juga banyak dijual produk-produk elektroknik rumahtangga, semacam kipas angin, setrika, dan rice cooker.
Zubaedah, salah satu pedagang di sentra ini, mengaku menyediakan hampir semua jenis perabot rumahtangga. Harganya berkisar mulai Rp 10.000 untuk perabot kecil, hingga Rp 800.000 untuk perabot besar seperti tempat tidur. Ia juga menjual peralatan dapur seperti panci, penggorengan, dan kompor.
Dari usahanya ini, Zubaedah bisa mengantongi omzet minimal sebesar Rp 1 juta per hari. Menurutnya, omzetnya lumayan besar karena sentra ini selalu ramai dikunjungi pembeli. Maklum, sentra ini sudah kesohor di Jakarta dan sekitarnya. "Tempat berjualan kami ini sudah 30 tahun, turun-temurun dari kakek," jelas Zubaedah.
Awalnya, Zubaedah bilang, pedagang perabotan rumahtangga di Jatinegara yang di zaman Belanda bernama Meester Cornelis baru ada enam orang. Toko mereka belum sebesar sekarang. Tapi sekarang, selain jumlah pedagangnya makin banyak, tokonya juga besar-besar dengan barang dagangan yang makin lengkap.
Samadi, pedagang lainnya, termasuk pedagang senior. Ia sudah berjualan di tempat ini sejak 20 tahun lalu. Ia membenarkan, jumlah pedagang sekarang jauh lebih banyak dari saat awal ia berjualan. "Meski pedagang kian banyak, pembelinya juga bertambah," katanya.
Pembeli semakin ramai, Samadi menjelaskan, lantaran sentra ini semakin dikenal luas masyarakat dan semakin lengkap barang dagangannya. Ia sendiri memiliki dua toko di Pasar Jatinegara. Kedua kiosnya itu bisa meraup omzet minimal Rp 7 juta-Rp 8 juta sehari.Adapun laba bersihnya 10% hingga15% dari omzet.
Samadi mengungkapkan, sebagian besar pelanggan sentra ini merupakan warga Jabodetabek. Selain konsumen pengguna, banyak juga pelanggan sentra ini berprofesi sebagai pedagang. Biasanya, mereka menjual lagi perabotan tersebut di daerah lain. "Kalau harganya cocok dan masih bisa untung, mereka ambil barang dari sini," ungkap Samadi.
Harga perabot di tempat ini memang terhitung miring. Ambil contoh, rice cooker yang di supermarket biasanya Rp 500.000 per unit, di sini hanya Rp 350.000.

Sentra perabot: Sesuai kebutuhan konsumen (2)

Sentra perabot: Sesuai kebutuhan konsumen (2)
Pedagang produk perabotan rumah tangga di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur banyak memiliki pelanggan dari kalangan perusahaan, rumah sakit, sekolah-sekolah hingga universitas. Biasanya, mereka membeli dalam jumlah besar. Pedagang sendiri akan memasok perabot yang sedang banyak dicari.

Sentra perabotan rumah tangga di Pasar Jatinegara selalu ramai diserbu pembeli. Namun, tidak seluruh perabotan bisa laku dalam waktu yang sama. Biasanya ada musim-musim tertentu di mana satu produk lebih laku dari produk yang lain. Untuk itu, pedagang harus jeli membaca peluang tersebut.

Pada saat menjelang Lebaran, misalnya, produk stoples yang paling laris. Makanya, banyak pedagang menjajakan produk ini. Namun, setelah lebaran usai, stoples tersebut akan disimpan kembali.

Giliran produk lain yang akan ditonjolkan pedagang. "Kalau stoples dipajang khusus menjelang Lebaran dan tahun baru, karena tidak laku kalau enggak musimnya, jadi saya simpan saja," ujar Samadi, pedagang perabotan di Pasar Jatinegara.

Jika musim hujan, alat-alat kebersihan rumah yang paling banyak laku. Di saat-saat seperti itu, Samadi banyak memasok alat pel, ember, keset, tempat sampah dan alat kebersihan lainnya.

Jumlahnya lebih banyak ketimbang hari biasa. Selain pembeli eceran, banyak pula yang membeli barang tersebut dalam partai besar. Untuk alat-alat kebersihan semacam itu, langganannya banyak perusahaan penyedia jasa cleaning service perkantoran dan rumah sakit.

Sekali membeli, biasanya mereka memborong alat kebersihan sebanyak 50 hingga 100 buah. Menurut Samadi, mereka ini rutin datang berbelanja.

Pedagang lainnya, Doni juga mengaku kerap melayani melayani pembelian dari perkantoran dan rumah sakit. Selain itu, banyak juga sekolah atau kampus yang berbelanja di tempatnya.

Makanya, omzetnya pun terpengaruh dengan siklus penerimaan siswa atau mahasiswa baru. "Setiap musim ajaran baru, pemesanan perabot kebersihan lebih meningkat," katanya.

Jika membeli secara borongan, biasanya Doni memberi potongan harga. Mengenai pasokan barang, para pedagang mengaku tidak kesulitan.

Setiap hari selalu ada sales produk yang berkeliling menawarkan produk kepada para pedagang. Pedagang tinggal menyebutkan kebutuhan produknya dan barang tersebut akan dibawa keesokan harinya.

Selain itu, ada pula barang yang bisa dipesan langsung ke pabrik via telepon. Selanjutnya, barang akan diantarkan langsung ke pedagang.

"Setiap hari kami memasok barang baru. Maka, barang terus berputar. Pintar-pintar saja melihat mana yang sedang laku," ujar Doni.

Zubaedah juga jeli dalam memasok barang. Ia mengaku tidak mau memasok barang yang tidak begitu diminati dalam jumlah banyak. Sebaliknya, ia memilih mengikuti musim atau siklus barang yang sedang diminati konsumen.

Menjelang tahun baru mendatang, ia telah menyiapkan sejumlah produk yang banyak dicari konsumen, seperti kasur, lemari susun, rak, dan karpet. Saat sedang ramai dipesan, harga barang-barang tersebut terkadang lebih mahal dari biasanya.

Sentra Perabot: Rukun karena satu kampung (3)

Sentra Perabot: Rukun karena satu kampung (3)

Sentra perabotan rumah tangga di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur diramaikan sekitar 25 pedagang. Kendati saling bersaing mendapatkan pembeli, toh hubungan sesama pedagang tetap terjalin harmonis. Para pedagang hidup rukun dan saling dekat satu sama lain. Hubungan harmonis ini tercipta karena mereka semua bernaung di bawah Perkumpulan Pedagang Cirebon di Mesteer.
Kebetulan hampir semua pedagang perabotan rumah tangga di Pasar Jatinegara ini berasal dari Cirebon. Sejatinya, perkumpulan ini tidak hanya mengayomi para pedagang perabot saja. Tetapi, juga seluruh pedagang di Mesteer asal Cirebon yang jumlahnya lebih dari 200 orang.
Di dalam perkumpulan itu terdapat unit-unit usaha yang masing-masing memiliki ketua. Khusus untuk pedagang perabotan rumah tangga, ketua perkumpulan dijabat oleh Samadi.
Samadi mengaku ditunjuk ketua karena termasuk orang yang pertama berdagang perabot di Mesteer. "Karena saya yang dituakan, saya berusaha mengatur agar jangan ada persaingan tidak bagus di kawasan ini," ujar Samadi.
Di dalam perkumpulan, kata Samadi, para pedagang kerap melakukan pertemuan rutin. Makanya, komunikasi sesama pedagang terjalin dengan baik. Selain itu, pedagang juga kerap urunan biaya bila ada acara tertentu. Termasuk ketika ada anggota keluarga pedagang yang sakit.
Contoh lain, saat menjelang hari kemerdekaan 17 Agustus. Seluruh pedagang akan patungan untuk mengadakan acara perayaan kemerdekan di Cirebon. "Kebetulan kami semua satu kampung jadi bisa membuat acara seperti ini," ujar Samadi.
Samadi bercerita, bila ada kegiatan yang dilakukan di Cirebon, seluruh pedagang biasanya akan pulang kampung untuk mengikuti acara tersebut. Sementara penjualan akan dititipkan kepada karyawan.
"Makanya, perkumpulan ini yang dijaga hatinya, saling silaturahmi, sehingga satu sama lain tidak boleh sirik," ujar Samadi. Pedagang lainnya, Doni membenarkan hal tersebut. Menurutnya, selama berjualan di pasar itu hubungan sesama pedagang selalu rukun. Ia mencontohkan, ketika dirinya kehabisan stok barang saat ada pembeli.
Karena hubungan baik dengan sesama pedagang, ia bisa meminjam barang dari pedagang lainnya, sehingga tidak kehilangan pelanggan. Begitu pun sebaliknya. Kendati rukun, namun bukan berarti tidak ada persaingan sama sekali. Ia tak menampik, kadang-kadang ada pedagang yang menjual harga lebih murah. "Kalau jual murah, mungkin sedang butuh untuk bayar karyawan, rezeki masing-masing sudah ada yang mengatur," ujar Doni.
Ke depannya, Menurut Doni, persaingan sesama pedagang bakal semakin ketat. Setelah Lebaran biasanya akan datang lagi pedagang baru, baik dari Cirebon maupun dari tempat lain yang mencoba mengadu nasib dengan berjualan di kawasan ini.
Jika tak bertahan, mereka akan menjadi pedagang musiman. Namun jika bertahan biasanya menjadi anggota tetap perkumpulan pedagang kawasan itu. "Yang terpenting, persaingan tetap terjaga baik," timpal Zubaedah, pedagang lainnya.

http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-perabot-tempat-berburu-perabot-murah-1/2012/08/26
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-perabot-sesuai-kebutuhan-konsumen-2/2012/08/27
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-perabot-rukun-karena-satu-kampung-3

1 comment: