Wednesday, August 8, 2012

Ternyata bisnis pempek belum lembek

TAWARAN KEMITRAAN KULINER: PEMPEK

Ternyata bisnis pempek belum lembek

Ternyata bisnis pempek belum lembek

Pempek merupakan makanan tradisional khas Palembang yang sudah populer di seluruh Indonesia. Menggunakan bahan dasar ikan, makanan Wong Kito Galo ini terkenal akan citarasanya yang khas.

Kudapan ini kian mantap disantap dengan kuah cuka yang nikmat. Berbisnis pempek agaknya juga senikmat rasanya. Terbukti, banyak penjual pempek sukses mengembangkan usahanya.

Hal itu terindikasi dari beberapa tawaran kemitraan pempek yang KONTAN ulas dalam review kali ini. Mereka adalah Pempek 8 Ulu Cik Ning, Pempek Wongkito 19, dan Pempek Royal.

KONTAN pernah mengulas tawaran usaha mereka di tahun lalu. Nah, dari tiga pebisnis pempek itu hampir semuanya mengalami pertumbuhan usaha dan jumlah mitra.

Seperti apa perkembangan usaha mereka saat ini, berikut ulasannya:


Pempek 8 Ulu Cik Ning

Usaha pempek milik Imron Casidy ini mulai berdiri tahun 2008 di Jakarta. Pada November 2009, ia resmi menawarkan kemitraan. Sejak diluncurkan, tawaran kemitraan ini tetap mendapat respons positif dari pasar.

Saat KONTAN mengulas kemitraan pempek ini pada Januari 2010, Pempek Cik Ning baru memiliki 11 gerai. Perinciannya, delapan gerai milik mitra dan tiga sisanya milik sendiri.

Saat itu, kemitraan pempek ini menawarkan tiga paket investasi. Yakni, tipe gerobak I senilai Rp 10 juta, gerobak II Rp 15 juta, dan resto senilai Rp 50 juta. Mitra bisa meraih omzet mulai Rp 300.000-Rp 700.000 per hari.

Dengan omzet itu, mitra yang mengambil paket gerobak I dan II bisa balik modal dalam waktu lima bulan. Sementara balik modal paket resto sekitar 12 bulan.

Saat ini, Pempek Cik Ning sukses melipatgandakan jumlah mitranya. Untuk mitra gerobak sudah mencapai 30 yang tersebar di berbagai wilayah seperti Aceh, Jakarta, dan Makassar. Sementara mitra restonya hanya ada satu.

Lantaran mitra restonya masih minim, Imron kini menutup paket gerobak dan fokus menggenjot paket resto. Biaya investasi paket resto ini juga sudah dinaikkan dari Rp 50 juta menjadi Rp 139 juta-Rp 180 juta. "Kami sudah memulainya sejak akhir 2011 lalu," jelas Imron.

Ia menjanjikan, omzet paket resto ini mencapai Rp 2 juta per hari dan balik modal pada bulan kesembilan. Selain pempek, paket resto ini juga menyediakan menu pindang ikan patin, nasi goreng rempah, dan martabak kari.

Harga jualnya juga lebih mahal dibanding gerobak. Contohnya, pempek yang dibanderol Rp 14.000 per porsi.



Pempek 8 Ulu Cik Ning

KONTAN pernah mengulas tawaran kemitraan Pempek Wongkito 19, pada September 2010. Saat itu, usaha pempek asal Bekasi, Jawa Barat ini sudah punya 24 gerai. Rinciannya, 20 milik mitra dan empat milik sendiri.

Dua tahun berselang, jumlah gerai Wongkito 19 saat ini sudah bertambah hingga mencapai 88. Bila ditambah empat gerai milik sendiri, maka total gerai Wongkito 19 mencapai 92. Gerai sebanyak itu tersebar di berbagai daerah, seperti Kalimantan, Bandung dan Sukoharjo.

Pemilik Wongkito 19, Kemas Firmansyah mengatakan, penambahan jumlah mitra ini sesuai dengan target yang dicanangkan dua tahun lalu. Berdasarkan catatan KONTAN, Kemas saat itu memang menargetkan jumlah mitra pada tahun 2012 mencapai 100. "Sampai akhir tahun kami optimistis menjadi 100 mitra," ujar Kemas.

Kemas mengklaim, kinerja mitra usahanya selama ini lumayan kinclong. Contohnya, dalam hal perolehan omzet. Ada mitra yang bisa meraup omzet hingga Rp 60 juta per bulan. Namun, sebagian ada yang berada di kisaran Rp 15 juta per bulan. "Tapi, masih ada juga yang omzetnya sekitar Rp 6 juta," beber Kemas.

Menurutnya, perolehan omzet itu sangat bergantung kepada wilayah dan kemampuan mitra menggaet pelanggan. Lantaran bisnis ini masih menjanjikan, Kemas yakin, bisnis mitra usahanya tetap akan tumbuh.

Untuk meningkatkan kinerja usaha ini, ia terus mengimbau mitra usahanya untuk menjaga mutu dan kualitas produk. Untuk itu, Kemas kerap memberikan edukasi kepada calon mitra. "Edukasi itu seputar kualitas produk, pelayanan ke konsumen, dan juga bagaimana mengelola usaha. Kami terus pantau mitra dan memberikan edukasi yang memadai," katanya.

Ia menilai, edukasi itu penting di tengah persaingan bisnis pempek yang semakin ketat. Jangan sampai kualitas produk menurun, sehingga ditinggalkan pelanggan.

Terkait harga jual produk, sedikit sudah mengalami kenaikan. Jika sebelumnya harga pempek mulai Rp 3.500 per potong untuk ukuran kecil hingga Rp 8.000 per potong untuk ukuran besar, kini harganya menjadi Rp 9.000 per potong untuk ukuran kecil dan Rp 12.000 per potong untuk ukuran besar.

Selain harga jual produk, biaya investasi kemitraan juga mengalami kenaikan. Sebelumnya, Kemas menawarkan paket investasi sebesar Rp 6 juta. Namun, sekarang naik menjadi Rp 9 juta.

Biaya investasi itu dipakai buat membeli semua peralatan masak. Kemas juga menarik tambahan pembayaran sebesar Rp 1,5 juta sebagai deposit untuk menebus produk pempek, sehingga, total investasi awalnya Rp 10,5 juta.



Pempek Royal

Pempek Royal berdiri pada Agustus 2009. Kelebihan pempek yang satu ini adalah menawarkan pempek dengan varian isi. Di antaranya ada pempek isi kepiting, keju, udang, ikan, telur puyuh, daging sapi, dan sosis.

Saat diulas KONTAN pada Januari 2011, Pempek Royal asal Surabaya ini sudah memiliki 15 gerai. Rinciannya 14 gerai milik mitra dan satu milik sendiri.

Seluruh gerai tersebar di Surabaya, Malang, Kediri, Yogyakarta, dan Bandung. Namun, sayangnya sejak akhir 2011 Pempek Royal berhenti menawarkan kemitraan.

Pemilik Pempek Royal, Bobby Hendrawan Farizky mengaku, terpaksa menutup waralaba karena kesulitan mendapat pasokan ikan belida yang merupakan bahan dasar pembuatan pempeknya. Menurutnya, permintaan pasokan dari mitra sudah di atas kemampuannya untuk mencari bahan baku ikan belida. "Pasokan ikan belida dari nelayan sudah sulit, takutnya kalau kita menambah kemitraan terus tapi bahan baku tidak tercukupi bisa tidak enak," ujar Bobby.

Pempek Royal memang membuat sendiri bahan baku untuk mitranya. Ia sendiri tidak mau mengganti bahan baku pempek dengan ikan tenggiri yang sudah banyak dilakukan penjual pempek saat ini.

Menurutnya, rasa pempek asli ikan belida berbeda dengan pempek ikan tenggiri. Selain itu, sejak awal membuka kemitraan, ia sudah memperkenalkan brand Pempek Royal sebagai pempek ikan belida. "Kalau mau pakai ikan tenggiri saya harus buat brand baru, tidak boleh pakai brand Pempek Royal. Tapi saya belum ada rencana membuat brand baru," tutur Bobby.

Meski menutup paket kemitraan, ia tetap menjaga brand-nya. Seluruh mitranya yang berjumlah 14 belum ada yang tutup, bahkan rata-rata sudah kembali modal.

Gerai Pempek Royal sendiri saat ini sudah ada 20 gerai. "Kami menambah gerai sendiri dari sebelumnya satu menjadi enam," jelasnya. Bila nanti pasokan belida kian sulit, ia berjanji memilih menutup gerai milik sendiri. "Tapi, kami berusaha seluruh gerai tetap buka," ujarnya.
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/ternyata-bisnis-pempek-belum-lembek

No comments:

Post a Comment