Friday, August 24, 2012

INSPIRASI SUNARTO


INSPIRASI SUNARTO

Sunarto sukses menjadi juragan kue nopia (1)

Berawal dari bisnis kecil-kecilan skala rumah tangga, kini usaha camilan yang ditekuni Sunarto sejak 10 tahun lalu sukses berkembang pesat.
Memproduksi camilan khas daerah Banyumas bernama nopia, Sunarto kini memasok sejumlah minimarket modern, seperti Alfamart dan Indomaret di seluruh Indonesia. Selain minimarket, produk nopia buatannya juga dipasarkan ke sejumlah toko camilan di Jawa Tengah.
Di bawah bendera usaha Prima Langgeng, Sunarto memproduksi nopia sebanyak 1 ton per hari. Omzet usahanya mencapai sekitar 20 juta per hari. "Produksi saya masih di bawah permintaan," kata Sunarto.
Mungkin, tak banyak yang tahu dengan camilan nopia ini. Makanan khas Banyumas ini terbuat dari tepung terigu dengan tekstur yang keras dan renyah. Bagian dalam nopia kosong dan diisi lapisan gula merah di bagian dinding dalam nopia.
Bentuk nopia bulat seperti telur. Rasanya pun perpaduan antara gurih dan manis gula merah. Nopia biasa juga disebut telur gajah atau di Banyumas disebut endog gludhug.
Sunarto mengawali usahanya ini tahun 2002. Saat itu, ia baru saja keluar dari tempatnya bekerja di sebuah perusahaan camilan bernama Gita Snack.
Di perusahaan ini, ia telah bekerja selama 13 tahun sejak 1989. Lokasi tempat kerja yang jauh dari rumah dan keluarganya membuat Sunarto memutuskan berhenti dari pekerjaannya.
Setelah keluar, ia langsung membuka usaha sendiri. Pengalaman bekerja di Gita Snack sangat membantunya dalam merintis usaha ini. "Kebetulan di Gita Snack saya bekerja di bagian produksi," ujarnya.
Pilihannya jatuh pada nopia karena pemainnya belum banyak. Selain itu, ia juga ingin mengenalkan makanan khas daerahnya ini ke berbagai kalangan. Lantaran relasi dengan bosnya di Gita Snack masih berjalan dengan baik, maka di tahun 2003, Sunarto diajak bekas bosnya itu untuk bekerja sama.
Ia pun dipinjami modal usaha sebesar Rp 5 juta untuk membesarkan usahanya. Sejak itu, hampir seluruh produksi Sunarto dibeli langsung dan dipasarkan oleh Gita Snack dengan label nama Gita Snack. "Saya berterima kasih kepada bos saya bernama Pak Iwan karena sudah membantu bisnis saya," ujar Sunarto.
Sunarto tak mempersoalkan jika camilannya kini lebih dikenal dengan nama Gita Snack. Selain menjual dalam partai besar ke Gita Snack, Sunarto juga meladeni pembelian partai kecil yang datang langsung ke rumahnya.
Untuk partai kecil ini, ia menggunakan merek dagang Prima Langgeng. Sunarto menjual nopia dengan harga sekitar Rp 15.000 hingga Rp 18.000 per kilogram (kg), tergantung jumlah pembelian. "Omzet kotor saya per hari biasanya di atas Rp 20 juta," jelas Sunarto.
Dalam menjalani usaha ini, ia dibantu sebanyak 54 karyawan. Dengan karyawan sebanyak itu, ia mampu memproduksi minimal 30 ton nopia dalam sebulan. "Saya sendiri tidak pernah menyangka bisnis saya ini bisa sampai sukses dan maju seperti sekarang ini," ujar Sunarto.
Ia meyakini modal utama dalam kesuksesan berusaha adalah kesabaran dan keuletan bekerja.

Sunarto sukses setelah dapat pinjaman uang (2)

Sunarto mulai merintis usaha di tahun 2002 ketika usianya sudah menginjak 40 tahun. Saat itu, ia baru saja keluar dari pekerjaannya sebagai staf produksi di perusahaan camilan bernama Gita Snack. Kendati usianya sudah memasuki kepala empat, ia tidak ragu untuk merintis sebuah bisnis baru.
Keputusannya ini memang cukup berisiko. Terlebih, saat itu ia sudah melepas pekerjaannya di tempat lama. "Tapi tekad saya sudah bulat untuk terjun ke dunia bisnis demi menghidupi keluarga," katanya.
Sebagai mantan staf produksi di Gita Snack, pilihan bisnisnya saat itu tidak jauh-jauh dari makanan. Pilihannya jatuh pada camilan khas daerah Banyumas bernama nopia.
Di tahun pertama menekuni usaha ini, Sunarto baru mampu memproduksi 80 kilogram (kg) nopia per minggu. Produksinya masih kecil karena ia kesulitan modal untuk memproduksi dalam jumlah besar.
Selain itu, pemasarannya juga masih belum terlalu kuat. Untungnya, Sunarto masih menjalin hubungan baik dengan mantan bosnya dulu di Gita Snack. Pada tahun 2003, mantan bosnya itu menawari pinjaman sebesar Rp 5 juta. "Sejak itu, produksi saya naik menjadi 250 kg per minggu, hingga sekarang menjadi 1 ton per hari," jelas Sunarto.
Semenjak produksinya terus meningkat, Sunarto tak berhenti berinovasi untuk mengembangkan nopia. Selain gula merah, ia juga membuat nopia rasa cokelat, vanilla, stroberi, pandan, dan durian.
Bahkan, ia juga meladeni pesanan nopia rasa khusus yang diinginkan konsumen.Selain produk, Sunarto juga terus berusaha meningkatkan efisiensi produksi.
Misalnya, dengan mengganti sebagian pekerjaan karyawan dengan mesin. Pada tahun 2005, ia membuat mesin khusus untuk menghaluskan adonan menjadi lentur dan mudah dibentuk menjadi nopia.
Dengan adanya mesin, karyawannya bisa dialihkan untuk pekerjaan lain. Namun, efisiensi tak lantas membuat Sunarto menurunkan kualitas nopia.
Sebagai contoh, untuk memanggang nopia, ia tetap memakai tungku bakar. Sunarto pernah memakai oven otomatis, tapi ternyata hasilnya kurang maksimal.
Menurutnya, jika dengan tungku, bagian bawah nopia akan sedikit gosong. Sementara bagian atasnya matang karena udara panas dalam gentong. Hal ini yang tidak bisa digantikan oven. Tungku bakar ini terbuat dari tanah liat berbentuk gentong yang dilapisi pasir dan anyaman bambu agar panas tetap terjaga. Satu persatu adonan nopia ditempelkan pada dinding tungku tersebut.
Semua upaya yang dilakukannya ini akhirnya membuahkan hasil juga. Terbukti, permintaan nopia terus meningkat. Bahkan, sampai melampaui kapasitas produksinya.
Untuk meningkatkan produksi, akhirnya Sunarto membeli beberapa usaha kue milik temannya. "Ada tiga usaha kue yang saya beli," ujarnya.
Seluruh usaha kue itu dijadikan satu dan semuanya memproduksi nopia. Dengan menggabungkan seluruh perusahaan, kini total karyawannya mencapai 54 orang.

Sunarto sukses karena terbuka dan jujur (3)

Bersikap terbuka dan jujur diyakini menjadi kunci sukses bisnis bagi Sunarto. Ia pun tak segan berbagi ilmu dan informasi kepada siapapun yang ingin berwirausaha. Salah satu yang dilakukannya adalah memberi kelas magang. Sunarto berharap, usahanya bisa semakin besar, bahkan ia berencana merambah ke bisnis lain.
Meski telah sukses, Sunarto tak takut dengan persaingan yang tumbuh. Setelah beberapa lama ia menggeluti usaha pembuatan nopia, sejumlah warga desanya pun ikut menjadi pembuat nopia. Bagi Sunarto, itu tak menjadi masalah. Malah, ia tak segan membagi ilmunya dengan warga desa yang ingin tahu bagaimana proses pembuatan nopia dan tips-tips membuat nopia yang enak.
Kini, sudah cukup banyak warga desanya menjadi pembuat nopia. "Sekarang hampir semua saya kasih tahu. Kalau ada orang yang mau ngobrol dan tanya-tanya nopia, saya bilang silakan saja datang ke sini," tutur Sunarto.
Ia meyakini, keterbukaan adalah salah satu unsur yang membawanya pada sukses. "Kalau kita terbuka dan jujur, rezeki pasti datang dengan sendirinya," tutur Sunarto.
Menurut Sunarto tak ada ruginya jika berbagi tips dan informasi bisnis. Bahkan, mengenai harga serta keuntungan yang ia dapatkan, Sunarto juga terbuka. Ia berharap warga di desanya pun bisa memperoleh sukses sepertinya.
Sunarto juga membuka kelas magang bagi anak muda di desanya. Kelas magang ini rutin dibuka dalam dua hingga tiga bulan. Sekali proses magang, ia menerima hingga lima anak muda. Dalam kelas magang ini, mereka diajarkan proses pembuatan nopia dari awal hingga akhir. Harapan Sunarto, anak-anak muda di desanya nantinya punya modal untuk bekerja atau membuka usaha sendiri.
Pria paruh baya ini juga berharap, usaha nopianya bisa berkembang pesat. "Permintaan terus meningkat, sehingga saya harus terus menambah pegawai dan tempat usaha," ujar Sunarto.
Dalam waktu dekat, ia berencana untuk memperluas tempat usahanya. Saat ini, lokasi usaha Sunarto sendiri masih seluas 300 meter persegi. Itu di luar tiga tempat usaha yang telah ia ambil alih. Toh, produksi dari tiga tempat usaha tersebut belum bisa memenuhi permintaan yang masuk.
Ia yakin masih bisa mengembangkan skala usahanya hingga dua kali lipat dari produksi saat ini. "Kemungkinan nantinya saya bisa produksi sampai dua ton nopia per hari," ujar Sunarto.
Produksi digenjot, karena pertumbuhan minimarket yang menjadi pasar penjualan nopia juga semakin menjamur.
Agar produksi nopia meningkat, Sunarto berniat mengambil alih lagi tempat usaha baru untuk dijadikan cabang pembuatan nopianya. Di luar itu, ia juga berencana mencari kreativitas rasa baru untuk camilannya di luar rasa yang sudah ada.
Sunarto juga berencana mencoba menggeluti usaha lain. Salah satunya adalah usaha rumah makan dengan menu komplit. Ia melihat ada peluang besar di sana. "Sekaligus usaha ini saya buat supaya ada yang dijalankan anak saya nanti," ujar Sunarto.

(Selesai)
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sunarto-sukses-menjadi-juragan-kue-nopia-1/2012/08/22
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sunarto-sukses-setelah-dapat-pinjaman-uang-2
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sunarto-sukses-karena-terbuka-dan-jujur-3


1 comment:

  1. Mohon info no telp Pak Sunarto yg bisa dihubungi, kami ingin jadi reseller,, Terima Kasih sebelumnya,,,

    ReplyDelete