Ada ratusan perajin (1)
Oleh Noverius Laoli - Selasa, 28 Agustus 2012 | 15:52 WIB
Bila Anda tengah berkunjung atau melintas di
Purwakarta, Jawa Barat, tak ada salahnya berkunjung ke Desa Anjun,
Kecamatan Plered. Di sana, ada ratusan perajin yang memproduksi dan
menjual aneka kerajinan keramik.Harganya mulai puluhan ribu hingga
ratusan ribu rupiah. Omzet perajin pun mencapai puluhan juta.
Selain
di Kasongan, Yogyakarta, sentra kerajinan keramik juga bisa Anda jumpai
di Purwakarta, Jawa Barat. Di daerah ini, sentra kerajinan keramik bisa
Anda temukan di Desa Anjun, Kecamatan Plered.
Lokasinya tidak
jauh dari Pasar Plered. Sementara, dari terminal Purwakarta, jaraknya
sekitar 20 kilometer (km). Untuk menuju desa ini, Anda bisa menumpang
angkutan umum dengan trayek Pasar Plered.
Di Anjun terdapat
ratusan perajin yang memproduksi bermacam kerajinan keramik. Beberapa di
antaranya adalah vas bunga, guci, meja, kursi, tempat payung, dan masih
banyak lagi.
Semua kerajinan itu terbuat dari tanah liat yang
diberi pelbagai motif seperti bunga. Umumnya, proses produksi dilakukan
di rumah masing-masing perajin. Tapi, sebagian perajin ada juga yang
sudah mendirikan bengkel kerja khusus tak jauh dari rumahnya.
Saat
KONTAN menyambangi desa ini Juli 2012 lalu, para perajin tampak sibuk
bekerja. Sedang di bagian depan rumah mereka terlihat ratusan kerajinan
keramik yang sedang dikeringkan di bawah terik matahari.
Keramik
yang baru selesai dibuat itu masih belum dicat. Alhasil, warna aslinya
yang terbuat dari tanah liat terlihat terang menyala.
Ade
Sudrajat, salah seorang perajin keramik, mengatakan, proses pembuatan
keramik di desanya telah ada sejak nenek moyangnya. Sampai sekarang
kerajinan itu masih berjalan secara turun temurun. "Kami hanya
meneruskan usaha yang sudah ada dengan pelbagai perkembangan bentuk,"
kata dia.
Ade sendiri sudah melakoni usaha ini sejak 15 tahun
lalu. Dengan dibantu lima karyawan, ia bisa memproduksi sebanyak 100
hingga 150 keramik sehari.
Keramik hasil karyanya dibanderol
dengan harga Rp 10.000 hingga ratusan ribu per buah. "Harga tergantung
bentuk keramik dan kerumitan membuatnya," kata Ade. Dari usahanya ini,
dalam sebulan ia bisa meraup omzet sekitar Rp 90 juta, dengan laba
berkisar 30%.
Perajin lainnya adalah Haja Ayat yang sudah terjun
ke bisnis pembuatan keramik sejak 1981 silam. Selain memproduksi, Haja
juga memiliki toko keramik yang ada di Jalan Raya Anjung, Plered.
Tempat
pembuatan keramik Haja tidak jauh dari tokonya. Dalam sehari, bengkel
produksinya bisa membikin rata-rata sebanyak 50 buah sampai 100
kerajinan keramik. Produk keramiknya dijual dengan harga
Rp 10.000 sampai ratusan ribu per buah. Saban bulan pendapatan Haja mencapai sekitar Rp 50 juta.
Seangkatan
dengan Haja, Slamat Krajan juga telah menekuni usaha ini sejak tahun
1980-an. Saat ini, dia memproduksi sekitar 60 sampai 100 kerajinan
keramik per hari, dengan omzet Rp 55 juta.
Produk keramik Slamat kebanyakan berupa vas bunga dan tempat payung. "Usaha ini adalah warisan orang tua," jelasnya.
Kendala modal (2)
Oleh Noverius Laoli - Rabu, 29 Agustus 2012 | 14:15 WIB
Jumlah perajin keramik di Desa Anjun, Plered,
Purwakarta terus menyusut. Pasalnya, banyak perajin skala kecil yang
bangkrut karena kekurangan modal dan pengetahuan mengelola keuangan.
Sebagian memang masih ada yang bertahan. Mereka menjual keramik
buatannya ke perajin besar dengan harga murah.
Pusat produksi
keramik di Plered, Purwakarta, Jawa Barat sudah dikenal sejak awal abad
ke-20. Sentra ini terpusat di Desa Anjun. Saat masih jaya-jayanya,
jumlah perajin keramik di Plered mencapai 2.000 orang.
Tapi,
belakangan banyak perajin yang bangkrut alias gulung tikar. Kini,
jumlahnya tinggal ratusan perajin saja. Banyak dari mereka yang bangkrut
karena kurangnya modal dan pengetahuan mengelola keuangan.
Ujang,
salah seorang perajin kecil di Plered bilang, selama ini dia kesulitan
mengembangkan usahanya lantaran kendala modal dan tenaga. "Dalam sehari
saya hanya bisa menjual 50 keramik," katanya.
Untuk bertahan,
Ujang menjual keramik ke perajin besar dengan harga sangat murah. Yakni,
antara Rp 500 - Rp 1.000 per keramik. Keramik dia hargai murah karena
belum dicat dan diberi motif. Kendati belum dicat dan diberi motif,
proses pembuatan keramik sendiri tidak mudah.
Untuk tanah
liatnya, mereka harus membeli dari daerah Citeko, Plered. Setelah itu,
tanah dibentuk menjadi aneka produk keramik. Kemudian, keramik dibakar
dan dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari.
Ujang
terpaksa menjual keramik kepada para perajin besar dengan harga murah.
"Soalnya, kami juga butuh uang cepat buat hidup sehari-hari," ujarnya
lirih.
Salah seorang perajin besar yang kerap menampung keramik
dari para perajin kecil adalah Mochamad Taufiq. Ia menampung keramik
dari para perajin kecil dengan harga murah karena produknya masih harus
di-finishing.
Proses finishing di antaranya meliputi pengecatan
dan pemberian motif. Setelah selesai di-finishing, keramik Taufiq jual
dengan harga lumayan tinggi. Yaitu, mulai Rp 10.000 hingga ratusan ribu
per keramik.
Menurut Taufiq, banyak perajin kecil sulit
berkembang akibat terkendala modal. "Sudah itu, mereka juga tidak pandai
mengelola keuangan, sehingga banyak yang bangkrut," katanya.
Sayang, dukungan dari pemerintah tergolong minim. Contoh, penyuluhan atau pelatihan dari pemerintah sangat jarang diberikan.
Perajin
besar lainnya, Ade Sudrajat, mengakui minimnya dukungan dari pemerintah
setempat dalam mengembangkan kerajinan keramik di Plered. Padahal, para
perajin sangat membutuhkan adanya penyuluhan, pelatihan, maupun bantuan
modal dari pemerintah.
Haji Ayat, perajin lainnya, menambahkan,
kendala modal sebenarnya bisa diatasi dengan mengajukan pinjaman ke
bank. Tapi, bagi perajin kecil, bunga bank yang lumayan tinggi jelas
memberatkan mereka.
Tahun lalu sebetulnya sempat ada program
bantuan modal dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan bunga yang
cukup rendah. Namun, tidak semua perajin memenuhi persyaratan sehingga
banyak yang tidak mendapat pinjaman ini.
Selalu ramai (3)
Oleh Noverius Laoli, Noverius Laoli - Kamis, 30 Agustus 2012 | 14:11 WIB
Desa Anjun, Plered, Purwakarta sudah tersohor sebagai
sentra keramik di Jawa Barat. Sentra ini selalu ramai dikunjungi
konsumen. Kebanyakan dari mereka merupakan para pedagang keramik dari
sejumlah daerah. Selain dijual lagi di daerahnya, ada juga pedagang yang
mengekspor keramik Plered ke sejumlah negara.
Selama puluhan
tahun, Desa Anjun, Kecamatan Plered dikenal sebagai sentra keramik. Di
desa ini terdapat ratusan perajin yang memproduksi bermacam kerajinan
keramik.
Beberapa di antaranya adalah vas bunga, guci, meja,
kursi, tempat payung, dan masih banyak lagi. Selain pusat produksi, desa
ini juga menjadi pusat perdagangan keramik.
Karena sudah
terkenal luas dan memiliki stok keramik dalam jumlah banyak, banyak
pedagang dari daerah berburu keramik ditempat ini untuk dijual kembali.
Biasanya,
mereka belanja keramik setiap akhir pekan. Selain diramaikan para
pedagang, para wisatawan juga kerap menyambangi desa ini. Tidak hanya
berburu keramik, mereka juga berkesempatan melihat langsung proses
pembuatan keramik dari dekat.
Bahkan, hari kerja pun desa ini
tetap ramai dikunjungi wisatawan. Seperti saat KONTAN menyambangi desa
ini pada Juli 2012 lalu. Nampak, beberapa bus mengangkut rombongan
pelajar yang tengah melakukan study tour atau darma wisata ke Plered.
Mereka terlihat mengunjungi beberapa bengkel kerja milik para perajin untuk melihat langsung proses pembuatan keramik.
Haja
Ayat, salah seorang perajin keramik di Desa Anjun mengaku, desanya
memang kerap dikungjungi para pelajar. Selain dari Jawa Barat, "Banyak
juga pelajar dari Jawa Tengah dan Jawa Timur," katanya.
Sementara
pelanggannya sendiri kebanyakan para pedagang dari daerah-daerah. Para
pedagang itu umumnya berasal dari luar Plered, seperti Jakarta,
Bandung, dan kota-kota lain di Indonesia.
Para pedagang ini ada
juga yang mengekspor keramik Plered ke sejumlah negara.Menurut Ayat,
setiap perajin keramik sudah memiliki pelanggan tetap.
Ayat
sendiri, kerap melempar produk keramiknya ke sejumlah pedagang asal
Jakarta. Para perajin menawarkan harga berbeda antara pedagang dengan
wisatawan.
"Kami kasih harga tinggi jika konsumennya wisatawan, karena mereka hanya beli sedikit," ujar Ayat.
Jika
konsumennya wisatawan, rata-rata harga keramiknya dibanderol mulai Rp
20.000-Rp 300.000 per buah. Sementara bila dijual ke pedagang harganya
mulai Rp 10.000 hingga ratusan ribu per buah.
Perajin lain, Ade
Sudrajat juga memiliki pelanggan dari kalangan pedagang. "Mereka banyak
dari Jakarta," ujarnya. Setiap hari, Ade rutin memasok 300 keramik ke
Jakarta. Ade bilang, jika sudah memiliki pelanggan, pendapatannya sudah
pasti.
Sementara jika mengharapkan kedatangan wisatawan ke Plered, ia harus bersaing dengan para perajin lainnya.
Mochamad
Taufiq, perajin lainnya memilih menjual semua produknya ke para
pedagang keramik yang ada di Plered. Ia bilang, sudah memiliki sejumlah
pedagang yang siap menampung keramiknya.
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-keramik-plered-ada-ratusan-perajin-1/2012/08/28
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-keramik-purwakarta-kendala-modal-2/2012/08/29
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-keramik-plered-selalu-ramai-3