Thursday, November 24, 2011

Sri Hidayat, Penjual Madu yang Jadi Juragan Madu


Views :107 Times PDF Cetak E-mail
Kamis, 24 November 2011 14:08
Percaya pada kemampuan diri sendiri dan selalu pantang menyerah akan berujung pada kesuksesan. Sering kali kalimat motivasi tersebut menjadi semacam "vitamin" semangat bagi seorang entrepreneur dalam menjalani bisnisnya. Ketekunan seorang pengusaha dalam merintis karier dari bawah, akan menepa mentalnya sebagai seorang entrepreneur handal di masa depan. Hal itu pula yang terjadi pada Sri Hidayat.

beternak_lebahSempat menjadi penjual madu, Sri Hidayat akhirnya berhasil menjadi pengusaha madu kemasan dan curah nan sukses. Meski pernah dikecewakan mitranya, kini ia bisa mendirikan perusahaan sendiri beromzet Rp 300 juta per bulan. Hidayat, begitu ia biasa disapa, membuktikan kebenaran kalimat motivasi itu. Keberhasilannya membangun CV Madu Apiari Mutiara, perusahaan penghasil madu kemasan, tak lepas dari kemauan dia untuk belajar dan bekerja keras agar selalu maju.

Kini CV Madu Apiari mampu bersaing di pasar madu kemasan nasional. Perusahaan yang terkenal dengan merek Madu Mutiara Ibu ini juga berhasil membuat beragam produk turunan madu seperti sampo, sabun cair, tetes mata, propolis, royal jelly, dan sebagainya. Kini penjualan Madu Apiari Mutiara mencapai 3 ton madu sebulan.

Selain dalam kemasan, Hidayat juga memasok madu curah ke beberapa produsen makanan seperti PT Holdin dan PT Suprasari. Saban bulan, omzet usaha penjualan madu ini mencapai Rp 300 juta. Total nilai aset Madu Apriari saat ini sudah mencapai Rp 3 miliar.

Perjuangan Hidayat membesarkan Madu Apiari bukan tanpa hambatan. Ia harus melewati rintangan, bahkan dari rekan bisnisnya sendiri. Lulusan Diploma III Institut Pertanian Bogor (IPB) itu sebenarnya berangan-angan menjadi guru. Namun, ketika melanjutkan kuliah S-1 di Universitas Siliwangi, ia memutuskan berkarier di bidang pertanian.

Setelah lulus, Hidayat bekerja di perusahaan pupuk. Tapi ketika sudah berkeluarga, ia terpaksa mengundurkan diri karena harus sering bertugas ke luar kota. Hidayat mencari pekerjaan apa saja asal dekat dengan keluarga.

Hidayat lantas bekerja di perusahaan madu besar di Depok, Jawa Barat, itu. Dia mendapat tugas memasarkan madu-madu produksi perusahaan itu. Meski tanpa bekal ilmu pemasaran, ia tetap percaya diri. Hidayat selalu bisa memenuhi target perusahaan. Target mendapatkan 150 agen madu hanya dalam tempo tiga bulan berhasil ia penuhi dalam sebulan.

Karena target sudah terpenuhi, Hidayat penasaran pada seluk-beluk bisnis madu. Ia lantas mengikuti kursus budidaya lebah di almamaternya. Dari sinilah Hidayat mendapatkan pengetahuan tentang lika-liku produksi madu. Kebetulan, untuk praktik, dia mendapatkan 40 koloni lebah. Alhasil, sambil bekerja sebagai tenaga pemasar, Hidayat juga berusaha memproduksi madu sendiri.

Untuk menambah penghasilan keluarga, madu-madu hasil lebah piaraannya dijual ke perusahaan tempatnya bekerja. Nah, dari sini dia makin tahu seluk-beluk bisnis madu. Pasalnya, madunya dihargai cukup murah oleh perusahaan, tetapi menjadi mahal ketika sudah dia kemas dan dijual.

Setelah paham betapa menguntungkannya bisnis ini, lima tahun kemudian Hidayat memutuskan keluar dari pekerjaannya. Istrinya sempat menentang lantaran gaji sebagai karyawan dan hasil penjualan madu sudah cukup membiayai hidup. Tapi, jiwa entrepreneur Hidayat kadung menyala.

Hidayat lantas mengajak teman yang lebih dulu berbisnis madu untuk bekerja sama membuat madu kemasan. Pada tahun 2005, perusahaan tersebut berdiri. Hidayat menyuntikkan modal Rp 30 juta, sementara sang rekan Rp 70 juta. Tak disangka, secara mendadak Hidayat yang memimpin operasional perusahaan itu diberhentikan sepihak oleh rekan bisnisnya.

“Saya tidak menyangka padahal selama lima tahun bekerja sama, hubungan kami baik-baik saja, Saya memang kecewa karena usaha ini saya rintis dari bawah, dan saat itu pertumbuhannya sangat baik. Namun, saya ikhlas. Saya yakin bisa dipercaya, karena mampu menghasilkan madu berkualitas dengan harga murah,” ujar Hidayat seperti dikutip dari Kontan Online.

Namun, Hidayat tak lantas terpuruk. Berkat hubungannya yang baik dengan rekan-rekannya saat menjadi pemasar madu, ia mendapatkan kepercayaan dari seorang teman. Ia dipinjami modal usaha sebesar Rp 200 juta. Dengan modal koloni lebah sebanyak 120 kotak di Subang, Hidayat merintis lagi usaha madu dari awal dengan nama CV Madu Apriari Mutiara di tahun 2005. Rumahnya di Cimanggis dia jadikan sebagai tempat pengolahan madu.

Hidayat memproduksi dan memasarkan madu ke agen-agen penjual yang pernah menjadi mitranya dulu. Ia pun menggunakan website untuk memperluas pasar. Tiga bulan pertama, usaha ini mulai terlihat hasilnya. Jika pada awal usaha omzetnya hanya Rp 150 juta per bulan, sekarang sudah Rp 300 juta per bulan. Ke depan Hidayat yakin bisa memproduksi madu kualitas tinggi untuk dijual ke kalangan menengah atas. (*/Gentur)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/agrobisnis/13010-sri-hidayat-penjual-madu-yang-jadi-juragan-madu.html

No comments:

Post a Comment