Views :115 Times |
Kamis, 24 November 2011 10:37 |
Menjadi seorang entrepreneur sering kali menjadi pilihan karier, disaat yang tak terduga. Acap kali, seorang entrepreneur harus mememilih untuk menjalankan usaha sendiri disaat tenaganya sebagai seorang karyawan, sudah tidak dibutuhkan lagi oleh perusahaan tempatnya bekerja. Meskipun awalnya menjadi seorang entrepreneur karena kebutuhan untuk bertahan hidup, namun tak jarang entrepreneurship justru menjadi jembatan untuk meraih kesuksesan yang lebih besar. Hal sama terjadi pada diri Aswan Nasser, yang kini sukses di bisnis perlengkapan bayi bermerek La Vindhy Children & Baby Wear. Aswan yang adalah mantan Asisten Wakil Direktur Bank Exim (saat ini Bank Mandiri), awalnya terpaksa memilih jalur entrepreneurship setelah ia menjadi korban PHK dari bank tempatnya bekerja. Namun, terbukti keputusannya memilih jalur entrepreneurship tidak salah. Kini dari bisnis yang dirintisnya, Aswan mampu mencatat omzet sekitar Rp 100 juta per bulan. Bahkan dia sudah ekspor produknya itu ke Afrika Selatan. Mulai membangun usaha sejak tahun 2004, Aswan harus jatuh bangun untuk bisa bertahan membesarkan usahanya. Kini, lambat laun usahanya mulai berbuah manis. Sebagai bukti, Aswan sekarang sudah memiliki tiga gerai penjualan perlengkapan bayi di Bandung, Jawa Barat. Selain itu, Aswan juga memasok perlengkapan bayi ke sejumlah toko dan department store yang ada di Bandung hingga Jakarta. Tak puas hanya menjadi produsen kelas lokal, sejak beberapa tahun silam, Aswan merintis ekspor perlengkapan bayi merek La Vindhy Children & Baby Wear ke Afrika Selatan dan Hongkong. Namun dari semua cerita sukses itu, yang membuat Aswan senang sebagai seorang entrepreneur adalah dia bisa memberi kesempatan kerja pada orang lain. Lihat saja, usahanya yang kini beromzet sekitar Rp 100 juta per bulan itu, telah mampu menampung sebanyak 32 pekerja. Pengalamannya saat harus kehilangan pekerjaan sebagai pegawai bank yang telah ia jalani sejak tahun 1987, membuatnya sadar bahwa kunci keberhasilan ekonomi terletak pada tangan para entrepreneur yang mempu menciptakan lapangan pekerjaan. Sebelum melirik pasar bisnis perlengkapan bayi, Aswan mencoba peruntungannya dengan berdagang seprai dan bed cover. Bersama sang istri, Aswan menjajakan seprai kepada para kolega dan teman-temannya. Walaupun labanya menggiurkan, tetapi seprai itu hanya laris pada waktu tertentu saja alias musiman. Setahun lamanya Aswan bertahan dengan berjualan seprai. Hingga akhirnya, ia memutuskan banting setir menjual produk lain yang lebih menguntungkan dan lebih banyak peminat, yakni berjualan pakaian dan perlengkapan bayi. "Penjualan seprai itu tak bisa kita harapkan bisa stabil, karena cenderung musiman. Contohnya hanya ramai saat bulan puasa saja. Lain halnya dengan perlengkapan bayi. Selama masih ada bayi yang lahir, selama itu juga pakaian dan perlengkapan bayi akan dibutuhkan," ujar Aswan, seperti dikutip Kontan Online. Dengan modal sebesar Rp 75 juta, sisa pesangon yang tersisa, Aswan pun serius menggarap usaha pakaian dan perlengkapan bayi itu. Aswan menjual perlengkapan bayi dengan cara memasarkannya dari toko ke toko hingga masuk ke department store. Setelah mendapatkan langganan, Aswan mendapat batu sandungan. Produsen tempat ia mengambil perlengkapan bayi enggan memberikan barang kepadanya. Demi menjaga nama baik kepada pelanggan, Aswan memutuskan untuk memproduksi pakaian bayi dengan membuka konveksi sendiri. Ia membeli mesin jahit dan mencari tenaga kerja terampil yang banyak di kota Bandung. Pertama kali produksi, Aswan bersama istrinya dibantu seorang karyawan. Dalam sepekan, Aswan mampu memproduksi 40 lusin pakaian bayi. Setelah produksi berjalan lancar, halangan usaha ternyata belum berhenti. Aswan mengenang, ketika itu ada seorang pembeli yang gagal bayar pesanan senilai Rp 14,4 juta. Sedikitnya ada 20 lusin tas perlengkapan bayi yang ia produksi menumpuk di rumahnya karena pembeli membatalkan pemesanan. Tak hanya itu, Aswan sempat merugi karena pesanan produk yang telah diproduksi itu ternyata tidak sesuai dengan pesanan. Demi menjaga kepercayaan pembeli pula, Aswan pun rela merugi dengan mengganti semua pesanan yang tak sesuai dengan keinginan pelanggan itu. Menurut Aswan, untuk menjadi pengusaha tangguh pantang patah arang, halangan-halangan usaha seperti yang pernah dia alami adalah sesuatu yang biasa. Ia juga yakin rintangan itu juga bisa terjadi pada pengusaha lain. Sukses menjadi pemasok perlengkapan bayi ke departement store membuat Aswan Nasser makin berambisi meluaskan usaha. Setelah membuka tiga gerai di Bandung, La Vindhy telah mempunyai empat terwaralaba. Kini Aswan juga sedang mempersiapkan pembukaan cabang baru di Solo dan Semarang. Agar usahanya bisa berkembang, Aswan dalam waktu dekat berencana untuk mendirikan cabang di kota Solo dan kota kelahirannya, Semarang, Jawa Tengah. Selain itu, tahun lalu, Aswan juga menawarkan usaha waralaba perlengkapan bayi ini kepada khalayak. tak tanggung-tanggung, usaha waralaba yang ditawarkan Aswan adalah waralaba konveksi dan waralaba toko. Adapun untuk paket waralaba toko perlengkapan bayi, Aswan mematok nilai investasi sebesar Rp 15 juta. Sejak ditawarkan tahun lalu, kini Aswan sudah mempunyai dua terwaralaba toko perlengkapan bayi. Kedua terwaralaba itu membuka gerai di Bandung. Walaupun belum banyak yang menjadi terwaralaba, tapi Aswan mengaku tetap menjaga kondisi bisnis terwaralabanya. Ia mengklaim, setelah satu tahun bisnis waralaba berjalan, ia tidak menemukan adanya kendala. (*/Gentur) |
Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/manufaktur/13001-aswan-nasser-mantan-bankir-yang-jadi-juragan-perlengkapan-bayi.html
No comments:
Post a Comment