Thursday, November 17, 2011

INSPIRASI BASUKI KURNIAWAN

Peluang Usaha

 
Selasa, 15 November 2011 | 15:56  oleh Hafid Fuad
INSPIRASI BASUKI KURNIAWAN
Basuki Kurniawan: Eksportir sukses berbekal jati kelas dua (1)
Berkat mebel kayu jati kelas dua, Basuki Kurniawan sukses menyandang eksportir Usaha Kecil Menengah (UKM) berprestasi 2011. Ia membawa pulang penghargaan Primaniyarta Award 2011 dari Kementerian Perdagangan setelah menerobos pasar mebel di 74 negara dengan pertumbuhan nilai ekspor mencapai 1.661%.

Basuki Kurniawan adalah nama baru dalam deretan nama eksportir usaha kecil menengah (UKM) berprestasi di tahun 2011. Pemilik perusahaan mebel, PT Indoexim International itu membawa pulang penghargaan Primaniyarta Award 2011 dari Kementerian Perdagangan.

Penghargaan kepada Basuki itu diraih setelah ia sukses membawa produk UKM menerobos pasar ekspor ke mancanegara. Tidak hanya menerobos saja, Basuki juga mampu menorehkan pertumbuhan nilai eskpor yang spektakuler.

Tercatat sejak tahun 2006 sampai 2011, Basuki melipatgandakan nilai ekspornya hingga 1.661%. Ia berhasil mengenjot nilai ekspornya dari US$ 176.518,16 di tahun 2006 menjadi US$ 3.109.263,97 pada tahun 2011.

Ekspor itu tidak hanya untuk satu negara saja, ia mengekspor produk mebel kayu jati itu hingga ke 74 negara di lima benua. Kini ia sudah mengandeng 259 perusahaan menjadi pelanggan mebel kayu itu.

Pangsa terbesar Basuki saat ini adalah: Eropa (74%), Asia (13%), Amerika Serikat (8,3%), Afrika (3,6%.) dan Australia (1,3%).

Untuk merealisasikan ekspor itu, pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah itu memilih produk mebel dari kayu jati. Ia menilai, kayu jati merupakan produk khas Indonesia yang punya potensi pasar menggiurkan di mancanegara.

Melihat peluang itulah Basuki menggarap serius ekspor mebel kayu jati itu sejak tahun 2006. Ia memulainya dengan mendirikan PT Indoexim International, kini berkantor di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan. Sayangnya, Basuki enggan menyebut modal mendirikan perusahaan tersebut.

Pertama kali merintis ekspor, Basuki mengirim mebel kayu jati kualitas super atau jati berkualitas terbaik. Namun karena harganya mahal, mebel dari kayu jati terbaik itu pun sepi pembeli. "Apalagi saingan saya juga sudah cukup banyak," terang Basuki.

Hingga suatu saat Basuki datang ke Bali, disana ia menyaksikan banyak mebel kayu jati kelas dua buatan perajin di Bali. Saat itulah ia tebersit untuk mengekspor mebel kayu jati kelas dua. "Harga mebel kayu jati kelas dua setengah harga mebel kayu jati kualitas terbaik," kata Basuki.

Menurut Basuki, selama ini banyak penilaian kayu jati kelas dua hanya cocok untuk pasar dalam negeri. Namun Basuki membatah hal itu, ia membuktikan kayu jati kelas dua pun laris manis di pasar global. "Kayu jati tetaplah jati, kenapa mesti dibeda-bedakan," tegasnya.

Pertama kali merintis ekspor mebel kayu jati kelas dua itu, Basuki memanfaatkan produk kayu jati milik perajin jati di Jepara. Setelah sukses mendapatkan pembeli, barulah Basuki memutuskan membuka workshop sendiri.

Hingga kini Basuki memiliki 65 orang pekerja harian dan 302 perajin yang tersebar di Jepara, Semarang, Kudus, dan Blora. "Perajin itu seperti keluarga bagi saya, apalagi kami saling membutuhkan," terang Basuki.

Lewat tangan perajin itulah Basuki sukses menjadi eksportir mebel jati. Ia memiliki produk mebel indoor maupun outdoor seperti: meja, kursi, tempat tidur, lemari, mini bar, kursi pantai dan produk mebel lainnnya. Dari perajin itu juga Basuki mampu memproduksi 40 kontainer mebel kayu jati per bulan.

Tidak mudah bagi Basuki untuk mendapatkan banyak pelanggan di mancanegera. Ia ternyata harus bekerja keras mengikuti pameran, tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri.

Pameran dalam negeri yang ikuti adalah: Trade Expo Indonesia (TEI) dan International Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA). Untuk pameran luar negeri yang diikuti adalah: International Furniture Fair Singapore (AFFS), Spoga Fair di Koln, Jerman, WMCLV di Las Vegas, China International Furniture Fair di Guangzhou dan Korea International Furniture. "Saya mesti rajin keluar negeri untuk mengikuti tren mebel global," ungkap Basuki.

Untuk mencari pelanggan di mancanegara, Basuki memiliki trik khusus. Ia mencari pembeli yang merupakan pedagang mebel ritel walaupun skalanya kecil. "Lebih baik punya mitra kecil, tapi jumlah mereka itu banyak," ungkap Basuki.  

Rabu, 16 November 2011 | 13:44  oleh Hafid Fuad
INSPIRASI BASUKI KURNIAWAN
Basuki Kurniawan: Gagal jual lumpia sukses jualan properti (2)
Sebelum sukses menjadi eksportir kayu jati, Basuki Kurniawan bekerja di perusahaan orang lain. Sembari bekerja, ia mencari usaha sampingan seperti jualan lumpia, kacang goreng, hingga mobil bekas. Namun, usaha itu berujung pada kegagalan. Meski begitu, Basuki pantang menyerah. Keberuntungan ia peroleh saat berbisnis properti.

Kesuksesan Basuki Kurniawan berbisnis mebel kayu jati tidak semudah membalikkan tangan. Pemilik PT Indoexim International itu melewati jalan panjang untuk bisa menjadi eksportir kayu jati ke 74 negara.

Satu hal yang pasti, jiwa kewirausahaan Basuki sudah tampak sejak ia masih duduk di bangku SMP. Saat itu, ia memproduksi prakarya sekolah yang kemudian ia gandakan dan dijual di salah satu toko di kota Semarang. "Itu pengalaman berkesan bagi saya," kenang Basuki.

Lulus SMP, Basuki lantas menyelesaikan sekolah di SMA di Kota Semarang. Setelah itu, ia lantas masuk Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta dengan jurusan teknik elektro.

Tahun 1988, Basuki resmi menyandang gelar insinyur. Berbekal gelar itu, Basuki lantas merantau ke Jakarta untuk bekerja. "Beruntung, saat itu tenaga insinyur banyak dibutuhkan untuk pembangunan," ujarnya.

Perusahaan pertama tempat Basuki bekerja adalah anak perusahaan Lippo Group. Di perusahaan itu, ia dipercaya menjadi staf teknisi untuk perangkat teknologi informasi.

Karena tidak betah bekerja di perusahaan itu, Basuki memutuskan pindah ke perusahaan lain. "Sampai tahun 1998, saya itu berpindah-pindah kerja," katanya.

Meski sering berpindah kerja, jiwa dagang Basuki tetap menggelora. Ia misalnya menyempatkan diri membuka usaha. Usaha pertamanya berjualan lumpia, makanan khas dari Semarang.

Menyewa gerai mungil di salah satu supermarket di Jakarta, Basuki berbisnis lumpia. Sayangnya, penjualan lumpia itu tak sesuai dengan harapan Basuki. Memasuki usia enam bulan, usaha itu gulung tikar. "Untungnya pemilik gerai sungkan menagih uang sewa ke saya," ujarnya dengan tawa berderai.

Masih sembari bekerja, Basuki lantas mencoba peruntungan lain dengan berjualan kacang goreng. Kacang itu ia titipkan ke warung pedagang kaki lima. Namun bisnis itu juga tidak berumur panjang, Basuki kesulitan menagih hasil penjualan kepada pedagang.

Dua kali gagal merintis usaha sampingan tidak membuat Basuki menyerah. Kali ini, ia melirik usaha penjualan mobil bekas. Tapi usaha itu juga berujung kegagalan. Ia lantas meninggalkan bisnis otomotif setelah tertipu lantaran membeli mobil dalam kondisi rusak berat.

Walaupun berulang kali gagal, Basuki tak patah arang untuk menjadi wirausahawan. Kali ini, pilihan usahanya adalah jual beli properti. Saat itu, Basuki menjadi tenaga pemasaran di salah satu perusahaan properti Jakarta.

Ketika menjadi tenaga pemasaran itu Basuki bersua dengan pendamping hidupnya, Theresianawati. Kala itu Theresianawati menjabat sebagai general manager di salah satu perusahaan otomotif. "Kami memutuskan menikah tahun 1994," urai Basuki.

Walaupun jabatan istri Basuki itu terbilang tinggi, istrinya rela mengundurkan diri dan memilih membantu Basuki berbisnis properti.

Di sela-sela bisnis properti, ia juga menyempatkan diri mencoba peruntungan dengan membuka warung mi ayam di daerah Slipi, Jakarta. "Saat itu, istri saya yang cuci mangkuk meski hamil tua," terang Basuki.

Dari deretan panjang pengalaman bisnis itu, Basuki menuai sukses berjualan properti milik rekan bisnisnya. Ia pun dipercaya menjadi pemimpin perusahaan properti bernama PT Wirakarya Bumi Pertiwi itu.

Namun, saat itu, krisis ekonomi datang. Walhasil, penjualan properti pun ikut lesu. "Jadi perusahaan properti itu vakum, tidak ada kegiatan," terang Basuki.

Namun, Basuki tidak kehilangan akal. Ia melihat ada potensi ekspor saat nilai mata uang dolar menguat terhadap rupiah. Bersama rekan bisnisnya itu, Basuki memutuskan mengekspor mebel kayu jati super dengan membawa bendera PT Wirakarya Kharisma, milik rekan bisnisnya.

Tahun 2006 Basuki memilih mengundurkan diri. Bersama istrinya, ia mendirikan PT Indoexim International yang kemudian sukses mengekspor jati kelas dua. "Modal perusahaan itu berasal dari tabungan kami ditambah modal dari rekan bisnis kami," ujar Basuki bangga.
 
Kamis, 17 November 2011 | 13:50  oleh Hafid Fuad
INSPIRASI BASUKI KURNIAWAN
Basuki Kurniawan: Utamakan kejujuran dan kewaspadaan (3)
Seperti bisnis sebelumnya, Basuki Kurniawan juga pernah menelan kerugian besar di bisnis mebel. Tapi, ia tak patah arang dan terus belajar dari pengalamannya. Inilah yang mengantarkan pada kesuksesan dengan mengembangkan penjualan ke pengecer. Dalam setiap transaksi, Basuki mengutamakan kejujuran dan kewaspadaan.

Setiap kesuksesan, sering menjadi buah dari kegagalan. Hampir setiap pengusaha pasti pernah mengalami kegagalan, karena itu menjadi kunci menuju keberhasilan.

Demikian pula yang dialami oleh Basuki Kurniawan, pemilik PT Indoexim International. Saat berbisnis furnitur, ia pernah menelan kerugian hingga ratusan juta.

Ketika itu, seorang buyer asing menghubunginya dan tertarik membeli mebel dagangannya. Tanpa curiga, Basuki menemui calon klien itu di Jepara.

Kecurigaan Basuki makin lenyap, ketika ia melihat sang klien menginap di hotel bintang lima dengan kamar paling mewah. Orang asing ini pun kian meyakinkan dengan mobil mentereng yang dikendarainya. "Si bule ini ingin membeli semua stok barang saya. Bahkan, ia meminta saya melengkapi semua pesanannya," ucap Basuki dengan suara lantang.

Namun, ternyata orang asing itu hanya memberi uang muka 10% untuk enam kontainer furnitur yang dikirimkan. Skema pembayaran berikutnya, 60% dibayarkan saat pengiriman dan 30% saat barang tiba di tujuan.

Sayang, Basuki tak bisa berbuat banyak. Ia pun terpaksa menerima skema itu, karena khawatir mengalami kerugian yang lebih besar. "Ternyata benar, pembayaran tersendat. Saya pun tertipu hingga Rp 500 juta," ujarnya.

Meski kepolisian mengusut kasusnya, Basuki hanya menerima pengembalian uang Rp 100 juta. "Itu pun dicicil 10 kali oleh pelaku," ujarnya sambil tertawa.

Pengalaman itu sempat menurunkan semangatnya dan tak ingin melanjutkan usaha. Namun, untunglah, sang istri, Theresianawati selalu memberi semangat untuk tak menyerah ini.

Basuki pun makin terdorong, setelah melihat banyak eksportir sukses yang punya pengalaman serupa. "Banyak pengusaha ekspor yang tergantung pada satu pembeli besar, namun itu justru sangat berbahaya," ujarnya.

Dengan semangat untuk terus belajar, Basuki mengembangkan konsep penjualan langsung kepada pengecer di luar negeri. Ia memilih pengecer, untuk mengurangi risiko kerugian, seandainya pembeli besar bermasalah.

Selain itu, importir besar, kerap menekan harga dengan alasan pembelian partai besar. Importir besar juga sering memaksakan kehendak.

Pernah, Basuki menghadapi importir besar skala multinasional yang ingin menerapkan aturan baru, yakni tak adanya deposit uang muka. Aturan ini berlaku untuk seluruh dunia, termasuk perusahaan Basuki.

Karena punya pengalaman buruk, Basuki pun bertahan tetap memakai skemanya. "Saya bilang, semua pembeli saya ikut cara saya," ujarnya.

Akhirnya, setelah melalui perdebatan sengit, perusahaan itu justru mengalah. Ia mau bertransaksi, dengan memberikan uang jaminan sebesar 30%.

Dari berbagai pengalaman ini, Basuki pun dituntut untuk selalu waspada. "Strategi inilah yang membuat saya bisa berkembang dalam persaingan bisnis mebel hingga saat ini," ujar penggemar bulutangkis ini.

Dalam bisnis, ia meyakini, semua rezeki sudah diatur oleh Tuhan. "Karena itu, kita tak perlu serakah," ujarnya. Ia pun selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dalam setiap transaksi.

Bagi penerima penghargaan Primaniyarta ini, apa yang telah diperolehnya saat ini ibarat proses menaiki tangga. Jika ingin sukses, seseorang tak melompati anak tangga. "Jika lompat ada kemungkinan jatuh dan tersungkur," tuturnya.

Untuk mengakalinya, Basuki pun menyarankan, agar kita cepat menyelesaikan setiap anak tangga. "Tapi, untuk melewati anak tangga tersebut, maka kita harus jujur dan bekerja keras," ujarnya mantap.

Basuki meyakini, dalam setiap lini kehidupan, manusia harus jujur untuk berhasil. Baginya, nilai kejujuran merupakan harga mati. "Kejujuran itu sangat gampang diucapkan, namun sulit dilakukan," tuturnya. Itulah yang selalu disampaikan kepada keluarga, karyawan dan orang lain.
Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1321347404/82765/Basuki-Kurniawan-Eksportir-sukses-berbekal-jati-kelas-dua-1-
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1321425861/82853/Basuki-Kurniawan-Gagal-jual-lumpia-sukses-jualan-properti-2-
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/82969/Basuki-Kurniawan-Utamakan-kejujuran-dan-kewaspadaan-3-

1 comment: