Wednesday, August 3, 2011

INSPIRASI AHMAD NGABDULLOH

Peluang Usaha

 
Selasa, 02 Agustus 2011 | 12:34  oleh Dharmesta
INSPIRASI AHMAD NGABDULLOH
Ahmad terpaksa jadi pengusaha, eh, ternyata sukses (1)

Kerajinan batu alam menjadi sumber penghasilan Ahmad Ngabdulloh di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Walau mengaku tak pernah bercita-cita menjadi pengusaha, namun pria berumur 32 tahun ini terbukti sukses mengembangkan usaha batu alamnya.

Dengan nama usaha 77 Craft, saat ini, Ahmad sudah bisa mengekspor produknya ke beberapa negara di Asia, Amerika, dan Australia. Negara-negara Asia yang rutin meminta kiriman produknya antara lain Filipina, Singapura, dan Malaysia. Dengan pasar yang cukup luas tersebut, Ahmad mengaku mampu mengumpulkan omzet dari penjualan batu alam minimal Rp 100 juta per bulan.

Berbagai jenis produk eksterior dibuat, seperti air mancur, ornamen lampu, dan patung. Produk-produk tersebut dijual dengan harga mulai Rp 35.000 sampai Rp 1 juta per unit.

Ahmad mengaku mewarisi usaha kerajinan batu alam dari orang tua. Walau terlahir dari keluarga perajin batu alam di Muntilan, Ahmad mengaku tak pernah dididik menjadi pengusaha seperti orang tuanya. "Karena itu, tidak ada di benak saya menjadi pengusaha," katanya.

Muntilan memang terkenal dengan sentra kerajinan batu alam. Terletak di lereng gunung Merapi, kota ini berdekatan dengan salah satu candi terbesar di dunia, yaitu Candi Borobudur.

Menurut Ahmad, ia tidak diajari sebagai pengusaha oleh orang tua lantaran mereka lebih suka Ahmad konsentrasi pada sekolah atau kuliahnya. Karena itulah, saat menginjak remaja dia hanya bertugas penerima pesanan dari pelanggan yang ingin membeli produk batu alam sang ayah. "Kalau saya mau membantu, mereka selalu mengingatkan untuk belajar," kenang Ahmad.

Selepas menyelesaikan bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Ahmad kemudian meneruskan kuliah di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta dengan mengambil program Diploma 3. Dia mengaku mengambil jurusan mesin karena jurusan itu yang populer, sehingga nantinya bakal mudah mencari pekerjaan.

Namun cita-cita mendapat pekerjaan kantoran tak kesampaian. Setelah menyelesaikan kuliah, Ahmad malah kesulitan mencari kerja. Padahal, dia sudah menebar lamaran di berbagai instansi pemerintah atau perusahaan. "Namun semua ditolak. Ternyata cari kerja itu berat," katanya.

Tekanan batin Ahmad semakin berat, selain tak berhasil mendapat pekerjaan, sang ayah yang selama ini menjadi penopang kehidupan keluarga, jatuh sakit.
Itulah titik balik kehidupan Ahmad. Walau hati kecilnya menolak, namun dia terpaksa mengambilalih usaha sang ayah. "Cita-cita saya itu bisa kerja di perusahaan," katanya.

Namun Ahmad teringat tanggung jawab besar keluarga. Sebagai anak tertua, dia harus membiayai sekolah adik-adik. "Kalau bukan saya siapa lagi," ujarnya.

Masalahnya, meski lahir dan besar dalam keluarga perajin batu alam, Ahmad tidak mempunyai kemampuan membuat kerajinan batu alam. Pendidikan teknik yang didapatkan di bangku kuliah tidak bisa diterapkan usaha batu alam. Sebab, dia mengaku, dulu hanya diajarkan bagaimana membuat cobek atau kerajinan kecil lain.

Di tengah keterpaksaan itulah Ahmad terus belajar membuat kerajinan batu alam. Ketrampilan tersebut didapatnya dari pegawai-pegawai sang ayah. Menurutnya, dengan belajar maka dia tidak akan tergilas oleh pesaing lain yang juga terus berinovasi.

Kini, pengalamannya dalam berhubungan dengan orang lain terbukti membantu usahanya. Di tangan Ahmad, bisnis kerajinan batu alam milik sang ayah berkembang pesat.

Tak hanya melayani pelanggan domestik, dia juga melayani pembeli asing. Walau begitu, sampai saat ini Ahmad masih teringat cita-cita dahulu. "Mungkin kalau ada yang menawarkan pekerjaan, saya terima," ujar Ahmad tertawa.

 Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/74389/Ahmad-terpaksa-jadi-pengusaha-eh-ternyata-sukses-1

No comments:

Post a Comment