Senin, 15 Agustus 2011 13:34 |
Saat Hagan Major, 26 tahun, memulai bisnis pembelian iklan online lebih dari satu dekade yang lalu, ia tidak tahu hal pertama tentang keuangan. “Kami menyalurkan semua dana kami ke dalam bisnis dan tidak mengeluarkan sedikit pun juga. Perusahaan membelikan kami makan siang,” kata Major, salah satu pendiri YellowHammer Media Group di New York. Lebih lanjut, mengaburkan batasan antara keuangan yang dimiliki oleh usaha dan perusahaan tidak hanya menjadi masalah bagi perusahaan. “Itu membuat pajak menjadi lebih rumit nantinya,” katanya. Setelah secara tidak sengaja menggunakan nomor Jaminan Sosial daripada nomor identitas pajak perusahaannya untuk membeli iklan online di tahun 2007, Major menerima tagihan yang tinggi dari Layanan Pemasukan Internal (Internal Revenue Service), ia berutang pada pemerintah pajak senilai 60.000 dolar AS dari pemasukan perusahaan. “Saya akhirnya harus membayar pajak,” katanya. Major ialah salah satu dari sedikit sekali pemilik bisnis muda yang membuat kesalahan dalam hal keuangan. “Banyak entrepreneur sukses menjadi begitu terkuras perhatiannya oleh perusahaan saat itu bahwa sejumlah prioritas keuangan pribadi mereka menurun,” kata Eric Johnson, seorang klien senior di Signature, sebuah perusahaan manajemen kekayaan yang bermarkas di Norfolk, Vancouver, AS. Berikut adalah 7 kesalahan keuangan pribadi yang lazim dibuat oleh para entrepreneur belia dan bagaimana mencegahnya dalam perjalanan karir Anda seperti dilansir dari Entrepreneur.com: 1. Terlalu tertarik pada usaha tersebut "Agar terlihat lebih profesional, entrepreneur muda bisa menghabiskan tabungannya terlalu banyak. Mungkin mereka menyewa kantor-kantor yang besar atau membeli peralatan mahal. Pengeluaran yang terlalu berlebihan dalam urusan bisnis yang tidak terlalu penting bisa dengan cepat menggerogoti keuangan pribadi Anda," kata Alexa von Tobel, pendiri dan CEO LearnVest.com, sebuah sumber keuangan pribadi online untuk kaum wanita. Menurutnya, sangat mudah untuk menghabiskan seluruh tabungan Anda sebelum Anda memiliki produk atau jasa untuk dijual. Itu terjadi saat entrepreneur muda menggali potensi pribadi mereka sendiri lebih dalam. Daripada menghabiskan setiap dolar yang Anda miliki untuk membangun sebuah produk bagus dan menyuguhkannya pada pengguna jika produk Anda tidak terlalu bagus, tidak akan ada harapan untuk mencapai kemajuan.” 2. Mengesampingkan urusan hukum dan akunting Terlalu sering kita jumpai entrepreneur-entrepreneur muda yang menyepelekan saran hukum dan akunting. Mungkin mereka mengetahui seseorang yang berprofesi sebagai pengacara atau ahli keuangan sehingga mereka meminta apakah pengacara dan ahli keuangan itu mendapatkan izin usaha. Namun ini bisa menjadi bumerang. Sebaiknya sewalah jasa seorang pakar atau praktisi secara profesional. 3. Tidak membayar diri sendiriSeperti Major, pemilik usaha kecil cenderung untuk selalu berhemat hingga tingkat ekstrim. Mereka makan makanan tidak sehat yang murah dan cara-cara tak lazim lainnya untuk senantiasa berhemat. Meskipun ini bisa menghemat, dalam jangka panjang tentu itu tidak sehat. Kesehatan mental, jasmani dan rohani Anda bisa jadi taruhannya. Setidaknya berikan Anda sejumlah uang sebagai gaji untuk menopang keperluan sehari-hari Anda, yaitu sandang, pangan, dan papan. Namun perlu diingat untuk tidak terlalu memanjakan diri hingga memberikan semua laba untuk gaji Anda sendiri. Padahal uang tersebut bisa ditabung untuk menjalankan usaha saat mengalami masa suram. 4. Gagal merencanakan skenario terburuk Entrepreneur muda sering berpikir bahwa mereka sangat perkasa dan tahan banting dalam keadaan apapun. Namun kenyataannya mereka tidak seperti itu dan mereka harus merencanakan apa yang akan dilakukan jika keadaan yang terburuk menimpa. Susunlah rencana suksesi dan sejumlah formulir asuransi untuk menyokong usaha jika Anda tak lagi bisa menjalankannya. Diperlukan adanya sejumlah dana darurat yang bisa digunakan perusahaan jika perkara hukum menimpa perusahaan atau Anda dan tunjuklah seseorang untuk menjalankan usaha jika itu memang benar terjadi. Jika Anda memiliki kemitraan dan bisnis yang tidak bisa dijual dengan mudah, disarankan untuk menyusun perjanjian beli-jual. Perjanjian mengikat ini menentukan apa yang terjadi jika seorang pemiliki meninggal dan secara tipikal meliputi komponen asuransi yang memberikan pendanaan jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. 5. Mencampur aset bisnis dan aset pribadi Menggunakan aset pribadi untuk kepentingan usaha bisa jadi adalah keputusan terburuk yang seorang entrepreneur pernah buat. Jika usaha tidak berjalan sesuai harapan, kreditur bisa menyita aset pribadi ini. Gunakan jaminan atas nama perusahaan bukan pribadi. 6. Menggunakan kartu kredit untuk tujuan bisnis Mengandalkan kartu kredit saat sebuah bank tidak akan melindungi uang usaha Anda bisa berisiko. Tak hanya Anda akan tergoda untuk membeli saat tidak membutuhkan, mencampuradukkan pengeluaran bisnis dengan pribadi bisa berakibat fatal. Pikirkan jika suatu saat usaha Anda akan diaudit. Dalam kasus seperti itu, Anda harus memberikan sebuah catatan bisnis yang kredibel setidaknya selama 3 tahun terakhir. Jika Anda masih berikeras, gunakan sebuah karetu kredit untuk tujuan terpisah. Satu untuk keperluan pribadi, dan satu lagi untuk bisnis. 7. Menjarah kekayaan perusahaan Jika Anda memiliki dua atau tiga bulan penjualan yang melebihi biasanya, entrepreneur muda mudah melambung dan merasa tidak terkalahkan. Mereka ini langsung berbelanja banyak begitu usaha mereka menghasilkan laba dan akhirnya beberapa bulan berlalu dan bisnis melesu, semua itu pun dijual kembali. Banyak entrepreneur pemula mengalami ini. (*/Akhlis) |
http://ciputraentrepreneurship.com/amankan-bisnis/10513-7-kesalahan-langkah-finansial-yang-dilakukan-entrepreneur-muda.html
No comments:
Post a Comment