Tuesday, August 23, 2011

Berteman dengan Perubahan ala Richard Branson

PDF Cetak E-mail
Senin, 22 Agustus 2011 13:04
bransonDalam bisnis, perubahan kadang terjadi lebih cepat dari prediksi kita. Teknologi bergerak dengan dinamis dan ekonomi selalu naik turun. Mengatakan pada staf Anda untuk berkawan dengan perubahan dan menjadi kreatif tidak cukup. Namun, kita lupa bahwa sebenarnya perubahan adalah sebuah ancaman yang berpotensi akan membawa bisnis menuju kehancuran.

Pengalaman Sir Richard Branson dalam berbisnis tak perlu diragukan lagi. Menurut Branson, seperti dilansir dari Entrepreneur.com (22/8), selalu ada peluang yang tersembunyi di balik perubahan. Di sini ia ingin berbagi tentang bagaimana menghadapi perubahan yang mengancam keberlangsungan industri rekaman di tahun 1982. Kala itu resesi ekonomi menghimpit industri rekaman. Ini diperparah dengan mulai terjadinya pengunduhan ilegal yang marak di masyarakat penikmat musik (dengan kemampuan tape untuk merekam siaran radio atau menyalin piringan hitam).  Toko-toko rekaman juga tidak seramai biasanya. Ternyata CD mulai merangsek ke pasar.

Manfaat format baru berupa CD ini sangat jelas saat itu bagi konsumen. Bentuknya lebih ringkas, kualitas suara juga lebih murni.  Branson bertutur, “Buku catatan saya saat itu dipenuhi dengan pertanyaan tentang dampak potensial CD terhadap perusahaan kami. Apa yang akan terjadi pada kumpulan rekaman di berbagai penjuru negeri, apakah orang akan beralih dari piringan hitam ke CD?”

Pertama kali Virgin Megastores yang ia pimpin menempuh cara pembersihan gudang untuk menyambut persediaan baru dan memberikan diskon bagi konsumen yang ingin membeli piringan hitam. Mereka berhasil melakukan pergantian dari piringan hitam ke CD. Dan tak semua perusahaan rekaman bisa melakukan ini.


Virgin Megastores juga menjadi saksi atas fenomena munculnya bentuk ritel lainnya. Dua tahun setelah dikenalkannya komputer pribadi (PC) di tahun 1980, sudah ada hampir setengah juta unit mesin video game di seluruh Inggris. Segera setelah itu, Virgin Records merespon dengan menjual games dan film. Penjualan keduanya terbukti menjadi sumber pendapatan yang tidak kecil bagi perusahaan ini.

Di tahun 1986, Virgin Megastores terancam. HMV, musuh bebuyutannya, mengejar dengan membuka banyak toko besar. Beberapa tokonya bahkan mendekati  lokasi toko-toko Virgin. Seakan tak ingin ketinggalan, Virgin juga menggebrak dengan mendirikan toko terbesarnya di ibukota Irlandia, Dublin. Toko itu tak hanya menjual berbagai rekaman klasik, jazz, folk, dan rock tetapi juga video musik, games, dan software komputer. Branson melihatnya sebagai sebuah masa depan bagi usahanya. Toko itu juga dibuat sedemikian rupa agar menarik dan dinamis, dengan mengundang band-band untuk tampil dan memainkan lagu-lagunya di sana. Makin banyak orang tertarik berkunjung ke sini.

Berbekal semua penyesuaian tersebut, perubahan yang melanda industri musik tidak sampai mengguncang perusahaan Branson, bahkan mengangkatnya menuju puncak di dekade 1980-an dan 1990-an.
“Apakah semua itu akan membuat kami tahan banting di masa depan?” tanya Branson, “Tentu saja tidak.” Satu yang ia sesali ialah tidak menjual Virgin Records ke EMI lebih awal dari 1992.

Kini apakah unduhan digital membunuh industri musik? Branson berargumen, “Keadaan ekonomi produksi musik jauh lebih sehat saat ini daripada saat kami dalam masa keemasan Virgin sebagai perusahaan musik. Saat kami membangun studio, itu adalah suatu usaha penuh risiko, mahal dan membutuhkan banyak tenaga dan pikiran. Untuk menghasilkan keuntungan, kami harus menjual sebanyak mungkin album.

Namun kini sebuah album berkualitas tinggi bisa dihasilkan hanya dengan sebuah laptop dan bisa dikirimkan dalam bentuk file melalui Internet ke siapa saja, kapan saja, di mana saja. Promosi juga semudah membuat akun di jejaring sosial. Skala ekonomi tidak lagi berarti bagi para musisi muda berbakat meski mereka masih penting artinya bagi perusahaan rekaman dan pemegang sahamnya.

“Saya pikir perusahaan rekaman akan terus bertahan. Namun mereka harus lebih efisien dan ramping karena dalam dunia bisnis, kecil itu indah!” kata Branson. Perusahaan-perusahaan yang lebih kecil akan berpeluang menemukan orang-orang berbakat dengan lebih mudah, yang menjadi alasan mengapa banyak orang bersemangat memasuki dunia industri musik. (*Akhlis) Sumber: http://ciputraentrepreneurship.com/bina-usaha/54-sinyal-bahaya/10649-berteman-dengan-perubahan-ala-richard-branson.html

No comments:

Post a Comment