Thursday, December 1, 2011

Nadya Saib, Kembangkan Sabun Berbahan Alami

Nadya Saib, Kembangkan Sabun Berbahan Alami
Dini | Kamis, 1 Desember 2011 | 10:18 WIB

Sabun natural ini menggunakan bahan-bahan alami seperti minyak zaitun, ekstrak teh hijau, kunyit, apel, dan belakangan ini mawar.
KOMPAS.com - Nadya Fadila Saib adalah CEO Wangsa Jelita, produsen sabun natural dari Bandung, yaitu sabun padat dengan bahan dari alam. Sejak SMA, dara berusia 24 tahun kelahiran Balikpapan ini memang sudah tertarik pada bidang kecantikan. Keinginan ini terus ada sampai ia kuliah di jurusan farmasi, Institut Teknologi Bandung. Untuk tugas akhirnya, Nadya membuat obat jerawat. Saat itu, tercetuslah niat untuk membangun usaha dengan memproduksi obat jerawat.

Ia lalu  mengajak dua temannya, Fitria dan Amirah, untuk bergabung membuka usaha. Mereka memilih sabun natural karena produk sabun berbahan alami masih belum terlalu banyak. Artinya, pasarnya masih sangat terbuka. Selain itu, sabun sudah merupakan kebutuhan manusia sehari-hari, sehingga akan selalu dicari. Mereka mengawali usaha dengan penelitian untuk menemukan formula yang pas, pada tahun 2008.

"Pada prinsipnya, sabun itu, kan, terdiri dari minyak dan air. Nah, kami membuatnya dengan minyak zaitun. Ini berbeda dengan sabun kebanyakan yang beredar di pasaran," ujar sarjana farmasi yang sedang menempuh pendidikan apoteker ini.

Berbeda dengan sabun biasa, sabun natural tidak mengandung deterjen, dan tidak menyebabkan kulit kering. Sebaliknya, bisa melembutkan kulit. Selain itu, busa yang dihasikan tidak merusak lingkungan.

Setelah beberapa kali melakukan uji coba, mereka berhasil membuat sabun natural yang mereka sebut sapo, dengan bahan 100 persen minyak zaitun. Untuk tes pasar, hasilnya mereka bagikan kepada teman-teman. Masukan dari teman-teman ini sangat beragam. "Memang lembut, sih, tapi terlalu lembek. Ada lagi yang mengatakan, busanya tidak ada dan kurang wangi," ujar Nadya, menirukan komentar teman-temannya.

Nadya dan kedua rekanannya kembali mengadakan penelitian sampai akhirnya menemukan formula yang pas. Komposisinya tetap memakai minyak zaitun, karena memang paling bagus untuk sabun natural. Hanya saja mereka mengombinasikannya dengan minyak kelapa agar hasilnya tidak terlalu lembek. Sabun yang bahannya minyak zaitun mereka beri nama sabun kastil. Selanjutnya, mereka membuat beberapa variasi lagi.

Modal usaha
Tahun 2009, Nadya mengajukan konsep bisnis ke ITB. Kebetulan, waktu itu ada PMW (Program Mahasiswa Wirausaha). Siapa yang programnya bagus akan diberi modal usaha. Nadya memenangkan program ini, dan mendapatkan dana untuk modal usaha. Sejak itu ia membawa bendera Wangsa Jelita, dan menempati posisi sebagai direktur utama.

Distribusi produk diawali dari orang-orang terdekat, yang kemudian membantu menyebarkan ke banyak orang. Sekarang Wangsa Jelita memiliki sekitar 20 tenaga reseller, dan selain itu bekerja sama dengan beberapa salon di Bandung untuk memasarkan produk.

"Menurut saya, penjualan lewat cara reseller yang paling efektif. Sabun natural, kan, beda dengan sabun biasa. Makanya tenaga reseller ini akan menjelaskan kepada konsumen. Mulai dari manfaat sampai harganya. Soal harga, sapo memang relatif lebih mahal dari sabun biasa. Harga per batang Rp 15 – 25 ribu," ungkap Nadya.

Meskipun masih relatif baru, Nadya optimis bisnisnya akan sukses. Mereka sudah memiliki pelanggan tetap, dan setiap bulan mereka sanggup memproduksi ratusan batang. Untuk menangani produksi, Wangsa Jelita menambah anggota timnya. Mereka juga dibantu teman yang memahami soal manajemen usaha, dan yang mengerti soal desain produk untuk membuat kemasan yang bagus.

Mereka juga membuat sapo dengan berbagai varian agar konsumen mendapatkan lebih banyak pilihan. Berawal dari sabun kastil yang 100 persen zaitun, mereka kini mengembangkan sabun yang menggunakan ekstrak teh hijau, kunyit, apel, dan belakangan ini mawar. Untuk yang terakhir ini, mereka bekerja sama dengan petani bunga mawar di Lembang, Kabupaten Bandung.

Untuk bunga mawar, Nadya hanya mengambil aromanya. Dari penelitian lanjutan, air mawar ternyata bisa digunakan untuk formula sabun. Nadya kembali mendatangi petani mawar yang jumlahnya sekitar 25-an orang, sambil membawa sabun natural berbahan mawar. "Saya jelaskan, bunga mawar bisa punya nilai ekonomis tinggi. Caranya dengan menjadikannya bahan sabun. Saya sampaikan, dengan penghasilan yang bagus, mereka bisa menyekolahkan anak-anaknya," katanya.

Berkat pendekatan yang tepat, para petani tidak menolak kehadiran tim Nadya. Sebaliknya, mereka menerima dengan tangan terbuka. Pertengahan tahun lalu, Wangsa Jelita melakukan workshop membuat sabun natural dengan salah satu bahan bunga mawar. Lewat beberapa kali ujicoba, para petani sudah sanggup memproduksi sendiri. Wangsa Jelita lalu membantu pemasarannya.

Langkah-langkah Nadya mengembangkan usaha sabun natural ini mendapat ganjaran salah satu penghargaan International Young Creative Entrepreneur (IYCE) 2010 dari British Council. Sebagai hadiahnya, Nadya menerima bantuan modal sebesar Rp 100 juta untuk mengembangkan usaha. Bantuan ini digunakannya untuk pelatihan petani, persiapan pemasaran, juga operasional.

Ke depan, Nadya berniat melakukan diversifikasi usaha, tapi tetap ke produk kecantikan. Ia juga bekerja sama dengan British Council fokus untuk membantu petani bunga. Di luar urusan bisnis, Nadya aktif menjadi pembicara­ dan memberikan kuliah umum pada workshop maupun seminar­ tentang entrepreneurship

(Tabloid NOVA/Henry Ismono)

Sumber:
http://female.kompas.com/read/2011/12/01/10185143/Nadya.Saib..Kembangkan.Sabun.Berbahan.Alami

No comments:

Post a Comment