Wednesday, December 14, 2011

Dewi Tanjung, Tekun Mencetak Uang dari Sampah

Views :344 Times PDF Cetak E-mail
Rabu, 14 Desember 2011 13:07


"From Zero To Hero" adalah motto Dewi Tanjung dalam membangun De Tanjung (nama gallery milik Dewi). Diawali oleh kebutuhan ekonomi untuk membayar biaya kuliah dan biaya hidup sehari-hari, Dewi Tanjung mencari akal untuk mencari uang dengan modal yang sangat kecil, namun ia yakini memiliki potensi besar untuk ke depannya. Apalagi kegiatan itu tidak mengganggu aktivitas kuliah.

de-tanjungTinggal di lingkungan yang kumuh, memberinya ide untuk memafaatkan sampah daun dan bunga kering yang berserakan di halaman kampus, menjadi produk daur ulang  yang menarik.

“Kado Tuhan tidak selalu indah,” Hal ini yang sering ia katakan di setiap ia mengisi seminar atau talk show. Menurutnya, belajar dari pengalamannya merintis sebuah bisnis, kalau seseorang ingin menjadi seorang pengusaha apapun, harus siap antara lain menahan malu, tahan banting, dan pandai melihat sebuah peluang.

Ide untuk mendaur ulang sampah sempat membuatnya bingung sendiri, apakah produknya punya daya dongkrak penjualan yang tinggi dan mampu bertahan di tengah perkembangan informasi dan teknologi yang semakin pesat seperti saat ini.

Jawaban tersebut ia temukan ketika bertemu dengan seorang Hermawan Kertajaya. ”Saya masih ingat sekali peristiwa tersebut, ketika saya mencoba berkonsultasi tentang permasalahan yang sedang saya hadapi. Beliau hanya memberi jawaban dengan sangat mudah pada waktu itu,  yaitu bikinlah usaha dengan berdasar diferensiasi, diferensiasi dan diferensiasi,” kenangnya, sambil tersenyum.

Itulah yang menginspirasi seorang Dewi untuk terus meningkatkan kualitas usahanya. Berbagai inovasi terus ia lakukan agar produknya berbeda dengan produk kerajinan tangan yang lain. Berbagai kerajinan daur ulang ia coba buat dengan inovasi–inovasi baru. Akhirnya De Tanjung dapat di kenal di pelosok nusantara. Sekarang, bahkan Dewi hanya menspesialisasikan pada produk perkawinan seperti undangan, souvenir dan mahar uang.

Pada awal merintis usahanya, Dewi hanya mempunyai 5 orang pegawai, berhubung pesanan undangan perkawinan yang membludak pada musimnya, dan gallerynya perlu tambahan tenaga kerja, akhirnya Dewi mempekerjakan ibu rumah tangga di sekitar rumahnya dengan system borongan. Kini secara keseluruhan Dewi mempunyai 54 orang pegawai tetap dan 11 pegawai ibu- ibu rumah tangga di sekitarnya.

“Banyak hal yang mendorong saya memperkerjakan para ibu rumah tangga di sini. Pertama saya tidak perlu mengeluarkan banyak biaya produksi, karena di sini bersifat borongan harian atau mingguan. Ke dua, saya ingin menolong perekonomian di sekitar lingkungan saya, karena di lingkungan saya tergolong lingkungan yang tingkat perekonomiannya minim agar nantinya hal yang saya alami tidak dialami oleh anak- anak yang lain karena kekurangan biaya dalam bersekolah,” tuturnya.

Pengolahan daur ulang sampahnya pun menggunakan olah teknik sampah tersendiri. Menurut ibu satu anak ini, sampah adalah uang. Pengolahannya pun dibuat sedemikian rupa agar tidak mencemari lingkungan mulai dari pemilhan bahan, pengeringan, sampai produksi. Sejauh ini pemesanan stok bahan baku dipesan via order kepada para pemulung. Ia kebanyakan memesan sampah yang setengah basah, kemudian pengolahannya dengan bahan–bahan khusus agar nantinya sampah ini bisa benar- benar kering, awet, dan tidak dimakan ngengat.

Jatuh bangun dalam merintis De Tanjung, sempat membuat Dewi drop. Di tahun 2009 satu per satu karyawannya di bajak oleh kompetitor, dengan iming-iming uang, rumah dan kendaraan, hingga satu per satu karyawannya pergi. Namun dengan modal kesungguhan dan ketelatenan, sekarang Dewi tinggal menikmati hasil jerih payahnya karena sebagian dari kerajinan daur ulang sampahnya ini di ekspor sampai ke Malaysia, Australia, Singapore dan Inggris.

Menurut Dewi, sampah bisa menjadi tantangan tersendiri karena dapat menghasilkan pundi – pundi uang ,tergantung bagaimana kita mengolah dan mengatur sampah secara baik . Banyak orang tidak mempedulikan sampah, karena tidak ada nilai ekonomisnya. Jika sampah sudah menjadi uang, pasti masyarakat akan lebih sadar terhadap kebersihan lingkungan.(*/SurabayaPost)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/entrepreneur/nasional/wanita/13444-dewi-tanjung-tekun-mencetak-uang-dari-sampah.html

No comments:

Post a Comment