Tuesday, December 27, 2011

Kesalahan Model Keuangan dalam Business Plan Anda

Views :803 Times PDF Cetak E-mail
Selasa, 27 Desember 2011 13:17
Ada beberapa kesalahan model keuangan yang menurut Marty Zwilling, pakar startup Amerika,  berpotensi membuat business plan Anda ditolak mentah-mentah oleh investor potensial yang Anda incar.
business-plan-warn

Melupakan kas
Pemasukan tidak selalu berupa uang kas.Margin kotor juga bukan. Laba juga bukan. Uang kas adalah uang tunai. Ini poin sederhana tetapi banyak dilupakan atau diabaikan entrepreneur.

Misalnya, jika Anda menjual sesuatu bulan ini dengan harga Rp. 100.000 dan diperlukan Rp 60.000 untuk menghasilkannya. Namun Anda harus membayar pemasok Anda dalam waktu 30 hari, sementara si pembeli mungkin tidak akan membayar Anda setidaknya dalam 60 hari.

Dalam kasus ini, pemasukan Anda dalam satu bulan ialah Rp. 100.000, laba Anda dalam sebulan ialah Rp. 40.000 dan arus kas Anda untuk bulan itu ialah NOL. Arus kas Anda untuk transaksi tersebut akan menjadi negatif Rp. 60.000 pada bulan berikutnya saat Anda membayar pemasok.

Meskipun contoh ini terlihat kecil, perubahan yang tak terlalu banyak dalam perbedaan penentuan waktu antara tanda terima uang tunai dan pembayaran meski hanya beberapa minggu bisa membuat bangkrut bisnis Anda!

Saat Anda menyusun model keuangan Anda, pastikanlah bahwa asumsi Anda realistik sehingga Anda mengumpulkan modal yang memadai.

Ketiadaan rincian
Keadaan keuangan Anda seharusnya disusun dari bagian bawah ke atas dan kemudian divalidasi dari atas ke bawah.

Sebuah model bawah-atas mulai dengan detil-detil seperti saat Anda mengharapkan untuk mencetak angka penjualan tertentu atau saat Anda berharap untuk mempekerjakan karyawan tertentu.
Validasi atas-bawah berarti bahwa Anda memeriksa keseluruhan potensi pasar Anda dan membandingkannya dengan proyeksi pemasukan bawah-atas.


Angka yang utuh seperti satu juta dalam pengeluaran penelitian dan pengembangan dalam Tahun ke 2 dan dua juta dalam Tahun ke 3 merupakan tanda yang pasti bahwa Anda tidak perlu memiliki sebuah model bawah-atas.


Prediksi keuangan yang kurang realistis
Hanya sejumlah kecil perusahaan yang sanggup mencapai Rp. 1 miliar, misalnya, dalam hal penjualan dalam jangka waktu 5 tahun setelah pendiriannya.

Proyeksi yang melebihi angka yang wajar akan membuat Anda tidak kredibel. Dan itu akan membuat business plan Anda lebih mudah dijatuhkan.



Di sisi lain, sebuah perusahaan dengan hanya pemasukan sebesar Rp. 250 juta setelah 5 tahun pendiriannya akan terkesan terlalu lemah untuk membuat investor tertarik, meski itu sebenarnya realistis.


Prediksi keuangan hanya merupakan uji awal bagi pemahaman Anda mengenai bagaimana pemodal ventura (VC) berpikir dan mengambil keputusan.
Jika Anda memiliki dasar dan alasan yang realistis dalam memproyeksikan Rp. 500 juta hingga 1 miliar dalam Tahun ke 5, Anda mungkin akan berpeluang untuk menjadi calon yang ideal dalam pendanaan usaha. Namun jika hasilnya sebaliknya, Anda harus mencari dana di investor lainnya.

Proyeksi keuangan yang kurang memadai
Proyeksi keuangan yang mendasar terdiri dari 3 unsur fundamental: laporan rugi laba, neraca keuangan, dan laporan arus kas. Ketiganya harus sesuai dengan standar baku akunting: GAAP (Generally Accepted Accounting Principles).

Para investor secara umum akan mengharapkan adanya gambaran proyeksi dalam lima tahun mendatang.  Tentu saja, tak seorang pun yang bisa melihat masa depan, meski itu 5 tahun mendatang. Para investor umumnya menghendaki proses pemikiran yang runtut dan jelas dari entrepreneur yang digunakan untuk menyusun proyeksi jangka panjang ini.

Sebuah model keuangan yang ideal juga akan memasukkan analisis kepekaan, menunjukkan bagaimana hasil yang diproyeksikan itu akan berubah jika asumsi Anda berubah atau melenceng dari perkiraan.

Hal ini akan memungkinkan Anda dan investor untuk mengidentifikasi asumsi yang bisa memiliki efek nyata bagi kinerja masa depan perusahaan sehingga Anda bisa memfokuskan energi Anda untuk memvalidasi asumsi-asumsi itu.

Mereka seharusnya juga memasukkan perbandingan benchmark kepada perusahaan-perusahaan lainnya dalam industri Anda. Hal-hala seperti pemasukan per pegawai, margin kotor per pegawai, margin kotor sebagai persentase pemasukan, dan rasio pengeluaran yang bermacam-macam (administratif dan umum, penjualan dan pemasaran, penelitian dan pengembangan, dan operasi sebagai persentase pengeluaran operasional keseluruhan).



Asumsi yang konservatif
Tak seorang pun meyakini bahwa asumsinya konservatif dan usang bahkan jika kenyataannya memang demikian.


Kembangkan asumsi realistis yang Anda bisa dukung, jangan menggunakan kata “konservatif” atau “agresif” dalam perencanaan Anda dan tinggalkan.


Menawarkan valuasi
Banyak entrepreneur membuat business plan yang mengandung blunder karena menyatakan bahwa perusahaan mereka memiliki nilai setara dengan jumlah dana atau uang tertentu. Nilai sebuah bisnis ditentukan oleh pasar, oleh orang lain atau pihak lain yang bersedia untuk membeli dan kecuali jika Anda dalam bisnis pembelian, penjualan atau investasi dalam perusahaan, mungkin Anda tidak memiliki naluri yang terasah tajam mengenai apa dan bagaimana reaksi pasar.

Jika Anda menyebutkan sebuah harga, salah satu dari dua kemungkinan ini bisa terjadi: (a) harga Anda bisa jadi terlalu tinggi dan investor akan menampik business plan Anda, atau (b) harga yang Anda berikan terlampau rendah dan investor akan memanfaatkan Anda. Keduanya sama buruknya bagi Anda.

Tujuan busines plan ialah untuk memberitahukan kisah Anda dalam cara yang paling menarik sehingga para investor akan mau berlanjut ke tahapan berikutnya. Anda bisa merundingkan harga kemudian. (*Akhlis)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/amankan-bisnis/13747-kesalahan-model-keuangan-dalam-business-plan-anda.html

No comments:

Post a Comment