Monday, December 5, 2011

SENTRA KERAMIK PASAR SITIMANG, JAMBI


Peluang Usaha


Senin, 05 Desember 2011 | 15:07  oleh Dea Chadiza Syafina
SENTRA KERAMIK PASAR SITIMANG, JAMBI
Sentra keramik Pasar Sitimang: Jadi tempat berburu para kolektor keramik (1)
Pasar Sitimang di Kota Jambi terkenal sebagai sentra keramik. Para kolektor kerap berburu produk keramik di sini. Selain desain keramik yang unik dan up to date, harga keramik yang sebagian besar diimpor dari China di sini juga lebih murah ketimbang sentra lainnya.

Jika Anda ingin menghias rumah dengan berbagai hiasan keramik, tak ada salahnya jika Anda bertandang ke Pasar Sitimang, Kota Jambi. Di sana, tepatnya di Jalan Gang Mega terdapat sentra penjualan keramik. Di sana, ada belasan kios penjual keramik menggelar dagangannya.

Salah satu kelebihan sentra ini adalah produk yang dijual selalu up to date atau mengekor tren model keramik luar negeri. Tak heran, sentra ini kerap disambangi oleh kolektor keramik impor. Selain itu, banyak pula orang yang mencari peralatan makan berbahan keramik di Pasar Sitimang ini.

Kebanyakan pelanggan yang berburu keramik di pasar ini justru datang dari luar kota Jambi. Mereka datang dari Palembang, Jakarta, bahkan ada yang datang dari Surabaya.

Hilda Sabri contohnya. Jauh-jauh dari Jakarta, Hilda mengincar jam dinding. Ia bilang, jam keramik yang dijual di sini berbeda dengan daerah lain. "Harganya juga murah," tuturnya.

Selain Hilda, ada pula Lina Jabir yang merupakan kolektor perlengkapan makan keramik dari Jakarta. Ia sengaja bertandang ke sentra ini karena ingin melengkapi dan mengganti koleksi alat makan keramiknya. Lina mengaku sengaja datang karena koleksi keramik di Pasar Sitimang ini sangat bervariasi.

Menurut Lina, koleksi keramik di sentra ini juga lebih berkelas, dengan paduan warna putih dan emas. Jenis ini sangat sulit diperoleh di sentra keramik lain. "Kalaupun ada di Jakarta, harganya pasti dua kali lipat lebih mahal," ujarnya.

Sholihin, pedagang keramik di Pasar Sitimang mengakui, koleksi keramik di sentra ini berbeda dari keramik yang dijual di daerah lain. Pasalnya, ia hanya menjual keramik impor dari China, mulai dari vas bunga, guci, toples, peralatan makan prasmanan, dan sebagainya.

Harga yang ditawarkan pun relatif terjangkau, yakni mulai dari Rp 30.000 untuk selusin piring kue kecil sampai dengan Rp 3 juta untuk sebuah guci setinggi dua meter.

Selama ini, produk yang paling laris adalah peralatan makan. Aneka perlengkapan makan ini makin laris saat menjelang hari raya keagamaan dan hari besar lainnya.

Dalam satu bulan, pemilik toko Thoriq ini mengaku bisa mengantongi omzet sebesar Rp 50 juta. Pendapatannya akan melonjak dua kali lipat saat hari raya keagamaan dan hari-hari besar lainnya. "Setiap mendekati Lebaran dan natal, omzet bisa mencapai Rp 100 juta," tandas Sholihin.

Andi, pengelola toko Isalina, yang telah berjualan sejak 1990 ini mengaku, banyak pelanggannya yang merupakan kolektor. Ia pun memiliki pelanggan setia dari Jakarta yang selalu menambah koleksi peralatan makan prasmanan dari keramik.

Menurut Andi, para kolektor kerap memburu koleksi keramik di Sitimang karena kualitas keramik yang bagus dan desain yang unik. Tak heran, sekali berbelanja, para kolektor tersebut tak segan menghamburkan banyak uang. "Para kolektor, biasanya berbelanja dengan minimal transaksi Rp 500.000," katanya.


Peluang Usaha

 
Selasa, 06 Desember 2011 | 15:15  oleh Dea Chadiza Syafina
SENTRA KERAMIK PASAR SITIMANG, JAMBI
Sentra keramik Pasar Sitimang: Bersaing ketat meski masih berkerabat (2)

Belasan toko keramik di sentra penjualan keramik Pasar Sitimang, Jambi, sebagian besar masih berkerabat. Ada tiga keluarga besar yang mendominasi penjualan di sentra ini. Namun, seiring bertambahnya pedagang, persaingan di antara mereka tak terhindarkan. Walau ada belasan pedagang keramik di sentra keramik Pasar Sitimang, Jambi, sebenarnya hanya ada tiga keluarga yang menguasai pergerakan perdagangan di sentra tersebut.

Mereka adalah keluarga Zakaria, keluarga Isa, dan keluarga Fadil. Tiap anggota keluarga dari tiga klan tersebut rata-rata menguasai lebih dari dua toko keramik di Pasar Sitimang. Lihat saja, Zakaria yang telah berjualan keramik sejak 1970 memiliki empat toko.

Adapun Isa, pemilik Toko Isalina, yang memulai usaha sejak 1970 memiliki tiga toko keramik. Lalu, keluarga Fadil yang memulai bisnis sejak 1980 memiliki dua gerai toko keramik.

Isa bercerita, para penjual keramik di Pasar Sitimang memang masih saling bersaudara. Banyak dari toko-toko keramik yang ada di sentra ini, sekarang dikuasai oleh anak-anak keluarga masing-masing. Walaupun begitu, ada juga pedagang baru yang tidak memiliki ikatan kekeluargaan dengan pedagang lama.

Apalagi, saat ini sudah ada belasan pedagang yang turut menggantungkan hidup dari penjualan keramik di Pasar Sitimang, sehingga memperketat persaingan. "Dulu saat pedagang masih sedikit, untung yang didapat cukup besar," kenang Isa.

Dia menyebutkan, pada zaman dulu, margin keuntungan dari penjualan keramik bisa mencapai 40% sampai 50%. Dengan keuntungan sebegitu besar, Isa bisa menyekolahkan lima orang anaknya sampai sarjana.

Seiring dengan makin ketatnya persaingan, keuntungan usaha dari penjualan keramik kian menyusut. Untuk satu jenis keramik, Isa mengaku hanya bisa mengambil laba antara Rp 5.000 sampai Rp 50.000.

Margin keuntungan harus ditekan agar roda usaha tetap berputar. "Dulu untungnya besar karena saingan belum banyak, sekarang bisa untuk makan saja sudah untung," aku Isa.

Meski ketat, namun menurutnya, persaingan tetap sehat apalagi tiap toko sudah memiliki pelanggan setia selama puluhan tahun. Untuk menyiasati margin yang mengecil itulah, Isa mendirikan dua toko lain yang dikelola oleh anak-anaknya.

Senada diungkapkan oleh Zakaria, yang memiliki toko keramik yang sama dengan namanya. Ia mengatakan, selain persaingan antar toko keramik yang kian ketat, usahanya juga terkendala dengan pengiriman keramik yang kerap terlambat.

Selain sering tersangkut masalah perizinan, kapal pengangkut keramik dari China juga beberapa kali tidak sampai karena karam di laut. Saat itulah, penjualan menurun karena tidak ada stok keramik baru yang up to date. Bahkan dia juga harus menanggung kerugian karena uang pembelian tidak bisa tergantikan. "Kapal dari Batam juga jarang datang. Kalau ada jadwal pelayaran pasti, kami bisa memesan banyak," katanya.

Zadiga, salah satu pengelola toko keramik Isalina, mengatakan, setiap bulan pemesanan keramik China dari Batam mencapai Rp 50 juta. Bahkan, tak jarang mencapai dua kali lipat atau Rp 100 juta mendekati hari raya. "Saat itu permintaan dari daerah naik," katanya.


Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/84419/Sentra-keramik-Pasar-Sitimang-Jadi-tempat-berburu-para-kolektor-keramik-1-
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/84550/Sentra-keramik-Pasar-Sitimang-Bersaing-ketat-meski-masih-berkerabat-2-

No comments:

Post a Comment