Views :127 Times |
Rabu, 21 Desember 2011 13:10 |
Seringnya ditemukan kasus anak didik yang belum bisa membaca walaupun sudah berada di kelas cukup tinggi, kerap mengusik hati Khristanto. Pria berusia 58 tahun yang berprofesi sebagai guru SD itu merasa galau. Sebab kemampuan membaca adalah modal utama agar anak didik dapat menyerap ilmu pengetahuan secara maksimal. Ia merasa risau karena kasus keterlambatan kemampuan anak didik dalam membaca tidak hanya terjadi di sekolah tempatnya mengajar di beberapa SD di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, tetapi juga banyak SD lainnya. Karena kerisauannya itu, akhirnya ia menjadi terpicu dan mendorong kreativitasnya untuk menemukan metode mengajar membaca yang pas sehingga proses belajar membaca dapat berlangsung efektif dan efisien. "Membaca Langsung Menggunakan Metode Bunyi Huruf", demikian Khristanto menamai metode pembelajaran membaca temuannya itu. Awalnya diujicobakan kepada kedua anaknya yang saat itu masih balita dan bersiap masuk SD. Hasilnya sangat menggembirakan. Dua buah hatinya sudah fasih membaca sebelum masuk SD. Bahkan untuk penanganan anak keduanya, pembelajaran membaca dilakukan oleh sang istri, Endang Susilowati, yang sebelumnya telah diajari cara pengajaran belajar membaca dengan metode temuannya. Khristanto sendiri, setiap kali dipercaya mengajar siswa kelas satu, selalu mengaplikasikan metodenya. Tidak menggunakan sistim eja maupun metode pembelajaran membaca lainnya yang lazim digunakan di banyak sekolah. Hasilnya juga sangat menggembirakan karena di setiap kelas yang dipegangnya, kemampuan membaca siswanya jauh di atas rata-rata sekolah lainnya. Sayangnya, kendati Khristanto telah berusaha menularkan dan mengajarkan metodenya kepada banyak guru lain, apresiasi yang diterimanya jauh dari harapan. Pemerintah daerah dan instansi yang membidangi pendidikan pun tidak menganggap metode temuan Khristanto sebagai bentuk terobosan dalam pembelajaran membaca yang pantas digali dan dikembangkan. Hingga akhirnya, di luar jam mengajar di sekolah, Khristanto bersama sang istri memutuskan membuka kursus bimbingan belajar membaca bernama "Griya Baca" untuk anak-anak di rumahnya di Jalan Cendana, Kompleks Kota Baru Raya, Kota Brebes sejak tiga tahun terakhir. "Saat ini tercatat lebih dari seratus siswa yang tengah mengikuti kegiatan bimbingan belajar membaca. Kalau yang sudah lulus bimbingan, saya rasa sudah lebih dari 300 anak," kata Khristanto kepada ciputraentrepreneurship.com, Rabu (21/12). Mereka yang menjadi peserta bimbingan belajar membaca di "Griya Baca" adalah anak-anak TK tingkat B atau yang hendak bersiap masuk SD. Bahkan tidak sedikit siswa SD yang telah duduk di kelas 2 dan 3 ikut bimbingan di "Griya Baca" karena di sekolahnya tertinggal dalam hal kemampuan membaca. "Pengajarnya, selain saya dan istri saat ini dibantu oleh 4 orang guru yang kami rekrut dan dilatih untuk menguasai metode yang saya kembangkan," tandas Khristanto. Menyinggung tentang metode pembelajaran membaca yang dikembangkannya, kata Khristanto, tekniknya berbeda dengan metode-metode pembelajaran membaca yang telah ada. Awalnya anak dikenalkan pada huruf vokal a, i, u, e dan o sekaligus cara membunyikannya. Setelah hafal bentuk dan cara membunyikannya dengan berbagai variasi gabungan huruf vokal yang diajarkan, anak-anak mulai diperkenalkan dengan huruf-huruf konsonan yang dianggap memiliki bunyi murni yakni huruf m, n, l, s dan r. Alhasil pada pertemuan kelima, peserta bimbingan belajar membaca di "Griya Baca" rata-rata sudah bisa membaca kalimat cukup panjang seperti, "Marni minum susu murni" atau "Marno malas minum susu" dan berbagai kalimat yang bisa dibentuk dari paduan huruf a, i, u, e, o dan m, n, s, l, r. Perkembangan kemampuan membaca anak yang menjadi peserta bimbingan membaca "Griya Baca" memang relatif cepat dan dapat diikuti perkembangannya dari tahap ke tahap. Hingga banyak orang tua yang mempercayakan anak-anaknya untuk mengikuti bimbingan belajar membaca di "Griya Baca". "Di tempat kami rata-rata peserta berhasil menyelesaikan program bimbingan ini dalam waktu tiga bulan atau 27 kali pertemuan. Bahkan ada juga anak-anak yang mampu menyelesaikan belajarnya dalam 20 hingga 24 pertemuan," ujar Khristanto menambahkan. Melihat animo masyarakat dan efektvitas metode temuannya, Khristanto berharap lembaga bimbingan belajar membaca yang dirintisnya dapat dikembangkan sebagai bisnis jasa di sektor pendidikan. Sebab kendati telah banyak lembaga sejenis didirikan dan dikembangkan di berbagai kota, kebanyakan tidak memiliki metode spesifik dan hanya mengadopsi atau mengembangkan metode yang telah ada hingga hasilnya kurang maksimal dan masa pembelajarannya menjadi sangat panjang. Sementara di "Griya Baca", kata Khristanto, hampir dipastikan dalam 27 kali pertemuan dan bahkan kurang, rata-rata anak telah bisa membaca. Hanya, untuk masuk ke bisnis jasa pendidikan profesional, diyakini Khristanto dibutuhkan dana cukup besar sebagai modal investasi. Karenanya untuk mewujudkan keinginannya tersebut, Khristanto yang di tahun 2012 mendatang hendak memasuki masa pensiun, mulai merintis dengan membuat buku dan alat-alat peraga yang menjadi pendukung pengembangan lembaga bimbingan belajar membaca yang dikelolanya. (sis) |
Sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/bisnis/jasa/13609-menangguk-untung-dari-temuan-metode-bimbingan-belajar-membaca.html
No comments:
Post a Comment