Monday, December 12, 2011

Muhammad Suci Mardiko, Kembangkan Bisnis Bubur Melalui Kemitraan

Views :213 Times PDF Cetak E-mail
Senin, 12 Desember 2011 16:06
Kerja sama kemitraan telah merangkul hampir semua jenis makanan. Maklum, bisnis kuliner memang tak ada matinya. Alhasil, banyak orang yang berniat terjun pada bisnis kuliner.

owner_buburquMelihat banyaknya peminat kemitraan untuk makanan, Muhammad Suci Mardiko pun menawarkan kemitraan untuk usaha buburnya. Pria yang akrab disapa Koko ini mendirikan BuburQu pada 2006 lalu di Pasuruan, Jawa Timur.

Koko memang lebih tertarik membuka usaha bubur ketimbang makanan lainnya. Menurutnya, banyak orang yang menyantap bubur sebagai sarapan pengganti nasi di pagi hari. Sebagai menu sarapan, Koko pun bisa berjualan lebih pagi, ketimbang gerai-gerai makanan lainnya.

Setelah melihat prospek pasar yang cukup baik, ia pun segera memutuskan untuk menawarkan kemitraan. "Kami ingin lebih banyak orang mendapat untung dari berjualan bubur," ujar pria 35 tahun ini.

Kini, BuburQu telah memiliki 40 gerai yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Dari total jumlah gerai itu, Koko hanya memiliki dua gerai BuburQu saja. "Gerai mitra tersebar dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara hingga Kalimantan," ujarnya.


Prospek menjanjikan
Menurut Koko, salah satu kunci sukses menjaring mitra sebanyak itu karena BuburQu memiliki aneka rasa yang unik. Lihat saja, BuburQu menyediakan tujuh menu bubur, mulai bubur ayam, bubur kacang ijo hingga bubur manado.

Selain itu, banyak mitra melirik gerai BuburQu karena memang penawaran kemitraan bubur belum banyak. "Kemitraan bubur tak sebanyak bakso, mi ayam, dan siomay," ujar Koko.

Koko menawarkan tiga paket investasi BuburQu. Pertama, paket gerobak senilai Rp 25 juta, paket booth dengan nilai investasi sebesar Rp 45 juta, dan investasi paket indoor berbanderol Rp 65 juta.

Sedangkan harga jual bubur berkisar antara Rp 5.000 hingga Rp 10.000 per porsi. Koko pun memperkirakan, mitra bisa menuai omzet minimal Rp 11,5 juta per bulan untuk paket gerobak.

Sementara itu, mitra paket indoor bisa diprediksi bisa meraup omzet minimal Rp 23 juta per bulan. Dengan omzet sebesar itu, Koko pun menaksir modal mitra akan kembali dalam waktu delapan bulan hingga sepuluh bulan.

Melihat peluang pasar penjualan bubur yang masih terbentang luas, Koko pun mematok target gerai BuburQu pada 2012 nanti bakal mencapai 100 outlet. "Kini, kami sedang gencar berpromosi guna mencapai target sesuai harapan," ujarnya.

Ahmad Fadil, mitra BuburQu yang membuka gerainya di Surabaya mengatakan, prospek usaha bubur masih menjanjikan. Apalagi kalau usaha ini digeluti dengan serius. "Bubur disukai oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa," jelas Ahmad.

Saat mulai membuka gerai BuburQu tiga tahun lalu, Fadil mengambil paket gerobak. Saat itu, nilai investasinya masih sebesar Rp 15 juta. "Setiap hari omzet saya sekitar Rp 250.000-Rp 300.000 dari penjualan sekitar 35 porsi sampai 50 porsi," ujarnya.

Dengan penjualan sebanyak itu, Fadil menegaskan kurang dari setahun modalnya sudah kembali. "Tren bubur cenderung stabil dan cukup baik dijalankan oleh banyak orang, termasuk pengusaha baru," ungkapnya. (*/Kontan Online)

BuburQu
Jl. Anggrek 1 No. 6-6
Perum Gading Permai
Pasuruan, Jawa TImur
Telp. (0343) 6664466
HP. 08165441661


Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/kuliner/13415-muhammad-suci-mardiko-kembangkan-bisnis-bubur-melalui-kemitraan.html

No comments:

Post a Comment