PENGHENTIAN EKSPOR ROTAN
Sentra industri rotan Cirebon mulai bergairah
JAKARTA. Cirebon yang merupakan sentra industri mebel rotan terbesar di Indonesia sudah lama mengeluhkan ekspor yang terus mengalami penurunan. Namun sejak pemerintah memutuskan untuk stop ekspor rotan, pembeli lama dari berbagai negara yang sudah beralih ke mebel China mulai memesan ke Cirebon lagi.
Imbasnya mulai terlihat. Sekitar 100 perusahaan mebel rotan yang hampir mati mulai berbenah menyambut kenaikan ekspor mebel rotan di tahun depan.
Ketua Komisariat Daerah Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Cirebon, Soemartja, mengatakan, importir yang datang merupakan pelanggan lama dari berbagai negara seperti Amerika Serikat (AS), Kanada dan Eropa .
"Para pembeli itu sudah lama menghilang dan sekarang mulai mengontak lagi karena mendengar ekspor bahan baku rotan dihentikan," kata Soemartja, di sela-sela acara sosialisasi kebijakan produk rotan nasional, Kamis (15/12).
Menurut Soemartja importir itu juga meminta sampel dan sudah mulai dikirimkan sesuai permintaan. Dengan respons yang bagus dari para pembeli luar negeri, ia optimistis ekspor mebel Cirebon bisa kembali berjaya seperti tahun 90-an.
Pada masa itu, ekspor mebel rotan mencapai 3.000 kontainer atau menghabiskan bahan baku rotan setengah jadi sebanyak 9.000 ton. Sedangkan saat ini ekspor per bulan hanya sekitar 1.000-1.200 kontainer.
Selama ini, ekspor bahan baku rotan dinilai kalangan industri di dalam negeri hanya membuat industri mebel rotan di China berkembang pesat. Sedangkan industri di dalam negeri malah terpuruk karena kekurangan bahan baku dan pasar eskpor direbut China.
Selain menghidupkan kembali perusahaan yang hampir mati, perusahaan yang sudah berdiri juga meningkatkan kapasitas. Salah satunya perusahaan yang merupakan investasi dari China, PT Tanggo Indonesia. Manager Keuangan PT Tanggo Indonesia, Rena mengatakan selama ini, mereka memproduksi mebel rotan untuk ekspor sekitar 6 hingga 8 kontainer per bulan.
"Dengan adanya penghentian ekspor bahan baku rotan, tahun depan kapasitas akan ditingkatkan hingga 20 kontainer per bulan," kata Rena.
Kebijakan stop ekspor bahan baku rotan juga mulai mengundang investasi asing untuk membangun industri mebel di Indonesia. Pembina Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI), Soenoto, mengatakan, belasan perusahaan dari beberapa negara seperti China, Belanda, Spanyol dan Finlandia sudah menyampaikan rencana investasinya di industri mebel.
Dengan adanya penghentian ekspor rotan ini, Amkri memperkirakan ekspor mebel rotan tahun depan diperkirakan bisa meningkat minimal menjadi US$ 150 juta. Ini meningkat dari ekspor tahun ini yang US$ 120 juta, turun dari realisasi tahun lalu sebesar US$ 138 juta.
Sekretaris Ditjen Agro Kementerian Perindustrian, Abdul Rochim mengatakan dengan dihentikannya ekspor bahan baku rotan maka kendala bahan baku yang dialami industri di dalam negeri akan teratasi. Untuk itu, ia berharap industri mebel rotan di dalam negeri bisa secepatnya pulih. "Industri yang terpuruk akan segera bangkit," kata Abdul optimistis.
Imbasnya mulai terlihat. Sekitar 100 perusahaan mebel rotan yang hampir mati mulai berbenah menyambut kenaikan ekspor mebel rotan di tahun depan.
Ketua Komisariat Daerah Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Cirebon, Soemartja, mengatakan, importir yang datang merupakan pelanggan lama dari berbagai negara seperti Amerika Serikat (AS), Kanada dan Eropa .
"Para pembeli itu sudah lama menghilang dan sekarang mulai mengontak lagi karena mendengar ekspor bahan baku rotan dihentikan," kata Soemartja, di sela-sela acara sosialisasi kebijakan produk rotan nasional, Kamis (15/12).
Menurut Soemartja importir itu juga meminta sampel dan sudah mulai dikirimkan sesuai permintaan. Dengan respons yang bagus dari para pembeli luar negeri, ia optimistis ekspor mebel Cirebon bisa kembali berjaya seperti tahun 90-an.
Pada masa itu, ekspor mebel rotan mencapai 3.000 kontainer atau menghabiskan bahan baku rotan setengah jadi sebanyak 9.000 ton. Sedangkan saat ini ekspor per bulan hanya sekitar 1.000-1.200 kontainer.
Selama ini, ekspor bahan baku rotan dinilai kalangan industri di dalam negeri hanya membuat industri mebel rotan di China berkembang pesat. Sedangkan industri di dalam negeri malah terpuruk karena kekurangan bahan baku dan pasar eskpor direbut China.
Selain menghidupkan kembali perusahaan yang hampir mati, perusahaan yang sudah berdiri juga meningkatkan kapasitas. Salah satunya perusahaan yang merupakan investasi dari China, PT Tanggo Indonesia. Manager Keuangan PT Tanggo Indonesia, Rena mengatakan selama ini, mereka memproduksi mebel rotan untuk ekspor sekitar 6 hingga 8 kontainer per bulan.
"Dengan adanya penghentian ekspor bahan baku rotan, tahun depan kapasitas akan ditingkatkan hingga 20 kontainer per bulan," kata Rena.
Kebijakan stop ekspor bahan baku rotan juga mulai mengundang investasi asing untuk membangun industri mebel di Indonesia. Pembina Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI), Soenoto, mengatakan, belasan perusahaan dari beberapa negara seperti China, Belanda, Spanyol dan Finlandia sudah menyampaikan rencana investasinya di industri mebel.
Dengan adanya penghentian ekspor rotan ini, Amkri memperkirakan ekspor mebel rotan tahun depan diperkirakan bisa meningkat minimal menjadi US$ 150 juta. Ini meningkat dari ekspor tahun ini yang US$ 120 juta, turun dari realisasi tahun lalu sebesar US$ 138 juta.
Sekretaris Ditjen Agro Kementerian Perindustrian, Abdul Rochim mengatakan dengan dihentikannya ekspor bahan baku rotan maka kendala bahan baku yang dialami industri di dalam negeri akan teratasi. Untuk itu, ia berharap industri mebel rotan di dalam negeri bisa secepatnya pulih. "Industri yang terpuruk akan segera bangkit," kata Abdul optimistis.
No comments:
Post a Comment