Thursday, December 8, 2011

Andri Fajria, Juragan Kambing dari Tangerang

Views :121 Times PDF Cetak E-mail
Kamis, 08 Desember 2011 10:34
Meski telah memiliki pekerjaan yang cukup mapan di sebuah perusahaan komputer, Andri Fajria, alumni Institut Teknologi Bandung (ITB), memutuskan keluar dan memulai usaha sendiri.

kambing1211Andri dan beberapa temannya kemudian mendirikan lembaga inkubator bisnis bernama Lembaga Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Wirausaha (LP3W) HARMONIA. Salah satu kegiatan lembaga ini adalah mengadakan  seminar–seminar kewirausahaan setiap bulan untuk mendorong para peserta menjadi pengusaha. Namun, setelah 3 bulan berjalan, dan dievaluasi, ternyata hasilnya kurang memuaskan, karena tidak memberikan solusi bagaimana menjalankan bisnis bagi para peserta.

Harmonia kemudian membuat training bisnis yang pertemuannya setiap pekan, dengan mengundang para praktisi bisnis. Selanjutnya, agar tidak hanya dikenal sebagai lembaga pelatihan bisnis saja, atau malah membisniskan pelatihan kewirausahaan, maka kemudian dibuatlah unit-unit usaha, seperti: event organizer, handphone shop, panel listrik, kursus bahasa Inggris, digital printing, dan lain-lain.

Banyaknya unit usaha, membuat bisnis Harmonia tidak fokus. Andri Fajria dan teman-temannya memangkas sejumlah unit usaha, dan membuka usaha baru yakni berjualan kambing.

Andri fokus berjualan kambing dengan mendirikan PT Harmonia Saga Makmur (HSM), dan memulai pada Februari 2006 di Tangerang. HSM bergerak di bidang pemasaran serta penggemukan kambing.

Meski alumnus Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB), Andri tak malu berjualan kambing. Usaha ini dirintis dengan modal Rp 15 juta, yaitu untuk sewa tempat, membangun kandang, dan membeli beberapa ekor kambing sebagai modal awal. Untuk mengatasi keterbatasan modal, dia sering mengajak teman-teman yang memiliki kemampuan finansial untuk membiayai proyek-proyek jangka pendek, seperti suplai kambing untuk ekspor dengan sistem bagi hasil. Sebagai tahap awal, kambing dijual untuk kebutuhan Idul Adha.

Ketika memulai usaha, saat itu sedang musim kampanye pemilihan calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) Banten. Andri sempat cemas, di musim kampanye, bisnisnya sulit . dikenal orang. Namun, salah satu rekannya memberi saran, justru musim kampanye saat paling pas mengenalkan produk usaha.

Setelah berpikir keras. Andri memasang foto dirinya dengan seekor kambing di sebuah spanduk dan baner. Kambing itu dinas bak talon wakil gubernur. "Spanduk-spanduk itu saya pasang di pohon-pohon dan ruas jalan. Kesannya, saya dan kambing adalah pasangan cagub-cawagub. he he..." katanya. Brand Hu mengena. Sejumlah orang tertarik dan membaca spanduk.

Lebih unik lagi, Andri menyematkan namanya sebagai Raja Kambing. Padahal, pada saat itu, usahanya baru saja dirintis. Toh, Andri tenang saja. Karena yakin. brand juga seperti visi. Selain memasang spanduk dan baner, Andri bekerja sama dengan rumah sakit (RS) dan bidan. Mengapa? Dia beralasan, seorang anak yang baru lahir pasti diakikahkan.

Awalnya, ada 10 RS yang menolak. Namun, pada suatu hari, Andri mendengar ada diskusi antara direktur RS Hermina Jatinegara di radio. Dengan percaya diri. Andri menelepon direktur tersebut dan menyatakan bila usahanya siap menyuplai kambing untuk akikah di RS tersebut. Direktur RS itu akhirnya mengiyakan.

Keesokan harinya. Andri menemui direktur dan menyodorkan brosur. "Saya ditanya, untuk apa perlu akikah. Nah, saya jelaskan, kalau anak yang lahir butuh akikah dan butuh kambing. Itu bagian dari pelayanan RS, biar banyak pasien yang datang. Akhirnya. RS setuju."

Untuk meyakinkan RS, Andri memberikan voucher, discount akikah sebagai suvenir pernikahan. Setelah RS Hermina setuju, sekitar 25 RS lain di wilayah Jabodetabek menjadi mitra bisnis Andri. Seperti RS Sari Asih dan RS Insani.

Kambing-kambing itu didatangkan dari berapa daerah di Jawa Barat dan beberapa daerah di Sumatra. Kambing yang dijualnya berasal dari mitranya peternak kambing di daerah Purwokerto. Garut, Indramayu, dan Solo.

Pada 2006-2007, Andri sempat ekspor kambing ke Malaysia sebanyak 200 ekor per minggu. Namun usaha ini akhirnya dihentikan. Pada musim haji 2008. terjadi lonjakan permintaan yang sangat tinggi. Saat itu, dia mampu menjual kambing hingga 2.500 ekor. Padahal, pada bulan biasa, dia menjual sebanyak 100 ekor.

"Waktu itu kami sampai kewalahan memenuhi permintaan itu." kata ayah empat anak itu. Memasuki 2009. penjualan kambing kurban itu menyusut. Dengan strategi pemasaran tersebut, Andri makin dikenal sebagai Raja Kambing Jabodetabek. Andri kemudian mendapat penghargaan rekor Muri atas prestasi akikah massal terbanyak, 200 ekor kambing. HSM juga menjadi penjual hewan kurban terbesar di Jabodetabek, yaitu 1.500 ekor kambing dan domba.

Kini, omzet HSM per tahun mencapai Rp 4 miliar hanya dari penjualan kambing. Andri juga mendirikan sekolah alam di Tangerang bersama istrinya dan berbisnis telur. Pasar penjualan telur sampai Hypermart. (*/Republika/Metrotvnews)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/perdagangan/13329-andri-fajria-juragan-kambing-dari-tangerang.html

No comments:

Post a Comment