Tuesday, August 2, 2011

Kasim Ghozali, Ciptakan Angklung Digital

PDF Cetak E-mail
Kamis, 01 September 2011 13:09
Penggabungan teknologi digital modern dengan alat kesenian tradisional angklung ternyata bisa menghasilkan alat musik inovatif. Angklung Tra-Digi, ini, misalnya. Tidak hanya inovatif dan berseni, alat ini pun bisa membuat masyarakat yang ingin memilikinya harus merogoh kocek dalam-dalam.

kasim_ghozaliOrang tentu akan menggelengkan kepala begitu mendengar harga jual angklung ini. Bukan apa-apa. Angklung Tra-Digi ini dijual Rp 88 juta. Namun, harga tersebut tentu sebanding dengan nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Menurut pembuatnya, Kasim Ghozali, kepada Kompas.com di sela pelaksanaan Kridaya 2011 di Jakarta Convention Center, Sabtu (6/8/2011), ide menciptakan Angklung Tra-Digi ini muncul ketika ia melihat piano yang bisa memainkan musik tanpa bantuan tangan manusia.

"Selain itu, kita kan juga buka toko di Shanghai, namanya Made in Indonesia. (Kemudian) kita berpikir bahwa harus ada sesuatu yang bisa mengisi," tutur Kasim.

Ia mengatakan, toko dan alat musik angklung ini diciptakannya dengan maksud melestarikan budaya Indonesia. Menurut dia, sebagai orang Indonesia, masyarakat harus terus mengembangkan angklung.

Untuk itulah, lanjutnya, alat musik Angklung Tra-Digi ini telah dipajang di tokonya yang didirikan sejak tahun 2008. Tidak hanya di tempat itu, alat musik ini juga telah terpajang di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Guangzhou dan KBRI Beijing, China.

"Ada juga di Amerika Serikat, (tepatnya) di Musical Instrument Museum di Phoenix," kata Kasim.

Era digital
Kasim menuturkan, Angklung Tra-Digi telah dibuatnya hingga berjumlah 10 buah. Salah satunya kini telah berada di rumah Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik.

"Sekarang ini kan era digital, maka tradisional enggak bisa jalan sendiri. Nah, kalau digabungkan pangsa pasarnya akan luas," ujar Kasim.

Pembuatan Angklung Tra-Digi ini pun tidak begitu rumit. Kasim merancang desain dan konsepnya di Jakarta dan Cikarang. Bahan bambunya ia dapatkan dari padepokan angklung Mang Udjo, Bandung, sementara kayu jati dibuat di Jepara dan perakitannya dilakukan di Yogyakarta.
"Jadi, semuanya secara umum made in Indonesia," kata Kasim.

Dalam proses perakitannya, lanjut Kasim, dirinya hanya membutuhkan 5-6 orang pekerja. Sekalipun sudah membuat sepuluh buah, Kasim mengaku belum menjual angklung-angklung ini.

Rencananya, setelah pameran di Kridaya 2011, angklung-angklung tersebut akan dipasarkan. Bahkan, ia menyebutkan sudah ada hotel ataupun instansi berencana memesan.

Angklung Tra-Digi ini dijualnya satu set dengan speaker dan instrumen iPod. Harganya pun dapat semakin turun seiring dengan banyaknya permintaan. Bahkan, lanjut Kasim, ukurannya kemungkinan akan diperkecil. Maklum saja, saat ini angklung berukuran 2 x 0,7 meter tersebut ditujukan untuk dipajang di kantor atau hotel.

Kasim menuturkan, "angklung digital" ini pun ternyata tidak hanya bisa dimainkan dengan perangkat digital keluaran Apple. Ia menuturkan, dengan Windows pun bisa.

Ke depannya, kata Kasim, ia akan terus berkreasi dengan alat musik tradisional lainnya, seperti gamelan dan kecapi. Ia juga akan kembali menggabungkan teknologi dengan alat-alat musik tradisional tersebut. Nantinya, ia juga akan mengembangkan supaya angklung bisa dengan wireless.

"Karena sekarang kan masih pakai kabel. Harapan kita, supaya angklung lebih terjangkau oleh masyarakat luas. Ini penting agar kita semua bisa mengajak atau memacu industri kita di Indonesia, seperti UKM, untuk lebih berinovasi," ujar Kasim, yang berharap angklung bisa dipadukannya dengan piano.

"Karena inovasi penting untuk diterapkan dalam sebuah industri," tandasnya. (*/kompas.com)

Sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/manufaktur/10784-kasim-ghozali-ciptakan-angklung-digital.html

No comments:

Post a Comment