INSPIRASI JIMMY HENDRICK AFAAR
Jimmy menuliskan laba pada batik khas papua
Selain terkenal dengan kekayaan alamnya, Provinsi Papua ternyata juga kaya akan motif batik. Suku-suku yang tersebar di provinsi paling timur Indonesia ini, menyajikan banyak motif khas merujuk pada alam, budaya, dan cerita rakyat. Karena peminat batik papua cukup banyak, perajin pun bisa mendulang omzet ratusan juta per bulan.Setiap daerah memang memiliki kain yang khas. Baik itu berupa kain hasil tenunan atau kain tenun, juga kain batik yang berhias motif yang juga khas dari daerah asal batik itu sendiri. Kain-kain nan khas ini tentu layak untuk dijadikan cenderamata atau oleh-oleh bagi tetamu yang datang ke daerah penghasil kain itu.
Dengan mengusung keragaman alam, budaya, serta cerita rakyat yang dituangkan dalam sehelai kain, Provinsi Papua memiliki motif batik yang juga sangat khas. Bahkan, hingga kini, batik Papua ini sudah mengoleksi sekitar 200 motif.
Banyaknya motif ini karena setiap suku yang ada di provinsi ini memiliki budaya dan kebiasaan yang berbeda-beda. Nama motif batik ini disesuaikan dengan nama suku seperti batik Kamoro, Amugme, Tobati, Kawera, Marin, Honay, Asmat, Sentani, Kayu Pulau, dan Griminawa. Ciri khas lain batik papua adalah penggunaan warna-warna terang, seperti merah muda, biru muda, dan kuning.
Salah satu perajin batik papua yang tekun adalah Jimmy Hendrick Afaar. Jimmy adalah pemilik butik Batik Prot Numbay di Jayapura. Ia sudah mulai menjadi perajin dan berdagang batik sejak April 2007 silam.
Sebelumnya putra asli Papua ini adalah seorang desainer. Ia pernah bergabung dengan desainer kondang Poppy Darsono, dan pernah pula menimba ilmu pada seorang pembatik di Pekalongan.
Jimmy memang ingin mengangkat batik papua supaya tak punah lantaran tak dikenal khalayak. “Selain itu, banyak anak muda di Papua yang belum mengenal batik daerah mereka sendiri,” ucapnya.
Ia pun mengajak warga Papua, terutama kaum ibu, untuk membuat dan mengenakan batik papua. Supaya produknya bisa bersaing dengan batik dari daerah lainnya, Jimmy tak segan mendatangkan pembatik dari Yogyakarta untuk melatih para pekerjanya. "Kami mendatangkan pelatih dari balai pelatihan batik di Yogya," ujar Jimmy.
Usaha Jimmy memang terus berkembang. Kini dia sudah memperkerjakan 40 karyawan. Untuk karyawan laki-laki bertugas membuat batik cap. Sementara karyawan perempuan menggarap batik tulis yang memang membutuhkan ketelitian dan konsentrasi tinggi.
Dengan 40 karyawan, produksi batik Prot Numbay bisa mencapai sebanyak 2.000 potong batik cap dan 60 potong batik tulis berbahan sutra dan katun per bulan. Ia menjual sehelai batik mulai Rp 400.000 sampai Rp 4 juta per potong.
Jimmy pun mengaku omzetnya sekarang sudah mencapai Rp 100 juta per bulan. Pendapatan itu belum termasuk jika ada pesanan untuk seragam kawinan.
Selain dijual di Papua, Jimmy juga memasarkan batiknya hingga Surabaya dan Jakarta. Bahkan, ia sudah merambah pasar Belanda, Selandia Baru, dan Hongkong. Cara Jimmy berjualan batik ke luar negeri ini melalui website. Selain itu, Jimmy tak mau ketinggalan kalau ada pameran-pameran tentang batik, baik di tingkat nasional dan internasional.
Hanya, Jimmy mengaku susah mendapatkan bahan baku, seperti kain atau mori, pewarna sintetis, dan perlengkapan batik lainnya. Pasalnya, semuanya harus dipasok dari Jawa, kecuali pewarna alam yang sudah tersedia di Papua.
Menurut Jimmy, batik buatannya bisa memperlihatkan keindahan alam, pariwisata, hingga budaya Papua. "Setiap orang yang memakai batik saya itu, setidaknya tahu tentang budayanya, dia tahu tentang pariwisatanya," ungkapnya.
Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/74622/Jimmy-menuliskan-laba-pada-batik-khas-papua
No comments:
Post a Comment