Monday, July 30, 2012

10 Poin yang Perlu Dipelajari Entrepreneur dari Atlet Olimpiade

Hits : 472 PDF Cetak E-mail
Senin, 30 Juli 2012 14:52
Jackie Joyner-Kersee, Track and Field

Memiliki bisnis yang sukses sebenarnya tak berbeda dengan berkompetisi dalam Olimpiade. Keduanya mengharuskan semua yang ikut serta untuk berkorban untuk bisa mencapai puncak prestasi tertinggi dan setelah itu tercapai, diperlukan upaya terus menerus untuk mempertahankan apa yang sudah dicapai, atau jika bisa memperbaikinya terus. Para entrepreneur dan atlet Olimpiade yang kini bertanding di London bertarung untuk mengatasi tantangan yang tidak ringan, mengalahkan pesaing yang tangguh dan membungkam orang yang berpandangan sinis dan meremehkan kemampuan mereka.

Saat kota London menyambut atlet-atlet terbaik dunia, berikut adalah 10 poin sukses dari sejumlah atlet olahraga di Olimpiade sepanjang masa yang menurut laman Entrepreneur.com bisa Anda resapi untuk dipraktikkan dalam usaha yang tengah Anda jalankan.

Michael Phelps
Phelps adalah salah satu perenang terbaik yang pernah ikut serta dalam Olimpiade. Ia bertanding di Olimpiade tahun 2004, 2008, 2012 dan berhasil menyabet 14 medali emas serta 2 medali perunggu hingga saat ini.

Kiat sukses Phelps ialah tetap fokus penuh pada tujuan, meskipun orang-orang skeptis melontarkan opini mereka yang kurang enak didengar.

Banyak pakar beranggapan bahwa tidak mungkin bagi atlet manapun untuk bisa memenagkan medali emas dalam satu kali penyelenggaraan Olimpiade. Phelps tidak pernah mendengarkan perkataan para pakar tersebut dan ia berhasil mematahkan prediksi mereka dengan memenangkan 8 medali emas dalam berbagai pertandingan di Beijing.

Mary Lou Retton
Reton merupakan pesenam wanita yang bertanding di Olimpiade tahun 1984. Ia berhasil menyabet satu medali emas, dua medali perak, dan dua medali perunggu.

Kiat sukses Mary Lou Retton cukup simpel: jangan mundur dari persaingan begitu mudah karena persaingan justru akan membuat Anda menjadi jauh lebih baik. Retton bersaing dengan pesenam Rumania Ecaterina Szabo untuk semua pertandingan senam Olimpiade saat itu (1984). Ia berhasil melaju hingga ke final, Retton memimpin dengan mencatatkan skor sempurna untuk senam lantai dan senam palang serta menjadi pesenam wanita pertama dari luar Eropa Timur yang memenangkan gelar pemenang umum.

Greg Louganis
Louganis pernah mengikuti pertandingan loncat indah di Olimpiade tahun 1976, 1984, dan 1988 serta menyabet 4 medali emas dan satu perak.

Keberhasilan Louganis didorong oleh tekad bajanya saat tantangan dan kendala besar menghadang, ia menyemangati dirinya sendiri dan berhasil kembali ke pertandingan dan memenangkannya.

Di tahun 1988, Louganis secara dramatis mengalami kecelakaan karena kepalanya terbentur ke papan loncat saat menyelesaikan putaran awal dan menyebabkannya pingsan. Ajaibnya, ia kembali sadar dan berhasil pulih serta menjadi pemenang dengan merebut medali emas.

Jackie Joyner-Kersee
Kersee berlaga dalam Olimpiade tahun 1984, 1988, 1992, dan 1996. Tiga medali emas, satu medali perak dan dua perunggu berhasil ia genggam.

Keberhasilan Kersee utamanya dikarenakan kedermawanannya dalam berbagai upaya filantropis terkait prestasinya dalam lompat jauh. Di tahun 1988, ia mendirikan Yayasan Jackie Joyner-Kersee untuk mengajarkan atletik pada anak-anak, orang dewasa dan keluarga, yang menurutnya akan meningkatkan kualitas kehidupan.


Mark Spitz
Spitz ikut bertanding dalam Olimpiade tahun 1968 dan 1972 serta mengantongi 9 medali emas,1 medali perak dan 1 perunggu.

Spitz dikenal karena kelincahan dan kegesitannya sebagai atlet. Saat sesuatu gagal, ubahlah strategi dengan cepat dan kembali berlaga untuk meraih kemenangan.

Spitz memprediksi ia akan menagntongi 6 medali emas di pertandingan Olimpiade Meksiko tahun 1968. Ia hanya berhasil mendapatkan 2 medali emas di tim lari estafet. Karena kecewa, ia kembali memperbaiki latihannya dan memutuskan untuk berenang di Indiana University untuk pelatih legendaris Doc Counsilman. “Mark the Shark” kembali datang 4 tahun kemudian untuk mewujudkan target 7 medali emas dalam Olimpiade Munich.

Carl Lewis
Lewis menjadi salah satu atlet di tahun 1984, 1988, 1992, dan 1996. Dalam karirnya, ia menyabet 9 medali emas dan 1 medali.

Rahasia suksesnya ialah selalu meningkatkan, memperbaiki dan “menjual” kelebihan diri sendiri. Karena karirnya yang sukses dan sering tampil di TV, Lewis sering disebut sebagai atlet yang beralih dari status selebriti. Ini membuat para atlet menyadari adanya peluang untuk mendapatkan pekerjaan sebagai bintang iklan dan sejenisnya dalam bidnag produk olahraga sehingga karir mereka menjadi lebih panjang dan kesejahteraan mereka lebih terjamin.


Darra Tores
Olimpiade yang diikuti Darra Tores ialah tahun 1984, 1988, 1992, 2000, 2008. Torres berhasil mengoleksi 4 medali emas, 4 medali perak dan 4 perunggu sepanjang karirnya sebagai perenang AS.

Dari sejarah prestasinya, kita bisa belajar perlunya menyingkirkan pandangan untuk tidak berputus asa jika merasa terlambat utuk mewujudkan impian.

Setelah melewatkan peluang untuk bertanding di Olimpiade 1996 dan 2000, Tores menjadi perenang tertua di tim renang AS tahun 2008 yang sanggup mendapatkan medali dan peringkat. Ia bersaing di Beijing pada usia 41 tahun, yang menjadi usia uzur bagi seorang atlet renang. Karir Olimpiadenya mampu diperpanjang sampai 24 tahun berkat tekadnya itu.

Jesse Owens
Olimpiade tahun 1936 menjadi momen mengesankan bagi Owens karena ia berhasil membawa pulang 4 medali emas.

Prestasinya ini terbilang cukup fantastis karena sebelumnya ia hanya dianggap atlet kuda hitam yang tak pernah dianggap akan menjadi pemenang. Owens berhasil mengejutkan banyak pihak setelah memenangkan 4 medali emas di Olimpiade Berlin 1936. Namun kemenangan itu juga menjadi pukulan telak bagi Adolph Hitler yang saat itu ingin sekali menunjukkan superioritas bangsa Arya. Owens yang menjadi salah satu atlet berdarah Afrika Amerika dari Alabama yang muncul sebagai pemenang.


Michael Johnson
Johnson berlaga di Olimpiade tahun 1992, 1996, 2000 dan berhasil menorehkan prestasi sebagai peraup 4 medali emas.

Kesuksesannya sebagai atlet karena ia mampu menciptakan jati diri yang unik, mudah diingat yang akan membawa hingga menuju kemenangan. Dengan gaya lari yang berbeda dan menggunakan sepatu Nike keemasan dengan desain yang suda dikustomisasi, ia dikenal sebagai "The Man With the Golden Shoes"  yang menjadi bahan pembicaraan selama Olimpiade Atlanta 1996 setelah upacara penutupan.

The Dream Team Basket AS
Tim basket impian ini berlaga di olimpiade 1992 dan berhasil meraih posisi puncak.

Apa yang bisa dipelajari dari mereka ialah para pemain basket berbakat yang mengetahui pentingnya solidaritas. Ini merupakan tim Olimpiade AS yang berhasil memasukkan para pemain NBA yang sedang aktif berlaga. Mereka digambarkan sebagai tim dengan anggota sosok-sosok olahragawan terhebat yang pernah ada. The Dream Team mengalahkan lawannya dengan rerata poin hampir 44. (*AP)

http://www.ciputraentrepreneurship.com/tips-bisnis/37-advise/18942-10-poin-yang-perlu-dipelajari-entrepreneur-dari-atlet-olimpiade.html

No comments:

Post a Comment