Wednesday, July 4, 2012

Rahasia Sukses Coffee Toffee Beromzet Rp140 Juta

Views :682 Times PDF Cetak E-mail
Rabu, 04 Juli 2012 14:25
coffetoffeMenyeruput kopi hampir menjadi kegemaran masyarakat di kala senggang. Selain itu kopi bisa menjadi teman setia mengobrol selama berjam-jam. Kopi pun kini tak ubahnya menjadi gaya hidup kaum urban seperti kota besar Jakarta.

Dari filosofi itulah maka kedai kopi Coffee Toffee didirikan. Kedai yang awalnya dibuka hanya dengan niat iseng belaka itu kini sudah menjamur hampir di seluruh kota besar di Indonesia. Namun, meski diawali dengan iseng pemiliknya tetap punya mimpi untuk menjadikan kedai kopi ini sebesar Starbuck Coffee yang sudah lebih dulu mendunia.

Sang pendiri, Obi Anindito sendiri adalah orang yang sudah akrab dengan kopi sejak masih kuliah di negeri Kangguru Australia. Ia pun juga sempat bekerja di salah satu kedai kopi yang terkenal di sana. Dan pada masa itulah muncul gagasan kenapa bukan orang Indonesia saja yang harusnya membuka kedai kopi ini toh, kopinya juga berasal dari Indonesia.

Berangkat dari ide yang menggelitik tersebut, Obi lantas mulai merintis usaha kedai kopinya di tahun 2006. Kedai itu ia beri nama Coffee Toffee. Sembari merintis usaha itu, Obi juga memutuskan untuk belajar mengenai seluk beluk kopi. Dari mulai bertandang ke PT Perkebunan Nusantara 12, serta berkeliling mencari biji kopi pilihan.

Modal awalnya kala itu bisa dibilang besar untuk ukuran mahasiswa. Modal yang diperoleh dari pinjaman sana sini tersebut akhirnya terkumpul sebanyak Rp5 juta. "Awal banget modal Rp5 juta. Karena di awal kan hanya berbentuk gerai dengan konsep take away, take away," katanya.

Ternyata, sistem take away tersebut tidak berlaku di kultur Indonesia yang menikmati kopi sambil santai dan ngobrol. Pada 2008, menjadi tahun terberat bagi Coffee Toffee lantaran penjualan yang merosot bahkan selama tiga bulan berturut-turut tidak mampu menggaji para pegawainya. Selain itu, banyak gerai yang berangsur-angsur tutup karena sepinya pembeli. Berangkat dari situ, manajemen mulai berfikir, apa yang harus dilakukan.

"Kita tahu, bukan kopi Indonesia yang salah. Tapi kita yang terlalu idealis bikin sistem take away. Akhirnya kita buatlah tipe baru," ujarnya.

Manajemen mulai berbenah diri memperbaiki keadaan. Dibukanya gerai-gerai dengan gaya coffee shop atau dine in coffee shop. Siapa sangka, ternyata ide baru ini menuai apresiasi dari pecinta kopi. "Dan sekarang, sudah 114 gerai yang kita buka. Kalau dihitung dengan awal yang sudah pernah buka lalu tutup ada sekira 148 gerai," akunya lagi.

Untuk mendapatkan kopi nikmat yang disajikannya, Coffee Toffee memang tidak perlu susah-susah. Banyak wilayah di Indonesia yang menghasilkan biji kopi pilihan seperti Bali, Sumatera, Jawa serta Sulawesi. Menurutnya, gerai kopi impor yang saat ini menjamur juga menggunakan kopi yang sama. Namun, dia berani bertaruh, dengan rentang harga yang jauh, namun rasanya mirip.

"Kalau untuk resep kita tidak meniru, karena kan mereka punya hak paten. Kita coba-coba sendiri," tuturnya.

Kini, Coffee Toffee sudah memiliki 33 minuman kopi andalan, dari awalnya  yang hanya memiliki 16 minuman kopi andalan. Omzet yang diterima juga tidak main-main setiap bulannya. "Kalau untuk gerai paling kecil Rp60 juta-Rp140 juta per bulan. Padahal dulu hanya Rp200 ribu per hari atau sekira 15 pelanggan saja," katanya.

Nama Coffee Toffee makin berkibar karena mereka membangun bisnis kedai kopi ini dengan cara waralaba. Coffee Toffee yang sudah resmi menjadi Perusahaan pada 2011 lalu dengan nama PT Coffee Toffee Indonesia ini menawarkan harga Rp250 juta untuk setiap gerai dengan ukuran paling kecil. "Saat ini yang kita punya sendiri ada empat di Surabaya dan satu lagi di Jakarta," katanya.

Tidak hanya di dalam negeri, Coffee Toffee juga merambah luar negeri. "Malaysia dan Singapura sudah minta dari 2011. Singapura dari Singapore tourism board. Tapi diawal kita tujuannya emang bikin orang Indonesia negrasain kopi sendiri," tuturnya menjelaskan.

Namun demikian, Obi mengatakan, penambahan gerainya itu akan berhenti di gerai ke-250. Pasalnya itu adalah titik jenuh Coffee Toffee di pasaran. "Riset kita jenuhnya di 250. Dan saat ini gerai kita sudah mencapai 114 unit," tandasnya. (asm)

http://ciputraentrepreneurship.com/kuliner/18272-rahasia-sukses-coffee-toffee-beromzet-rp140-juta.html

No comments:

Post a Comment