Friday, October 14, 2011

Shama Kabani, Menjadi Jutawan Berkat Media Sosial

Views :187 Times PDF Cetak E-mail
Jumat, 14 Oktober 2011 09:29
Pandangan skeptis menyatakan media sosial takkan mampu bertahan lama untuk mencetak para ahli yang potensial mengembangkan bisnis. Anggapan itu tentu saja tak berlaku untuk Shama Kabani. Pengusaha berusia 26 tahun itu justru sukses menjadi jutawan berkat media sosial.

shama-kabaniMedia sosial telah menarik minat Shama sejak lama. Iapun memeroleh banyak berkah dari media sosial. Perempuan muda ini bahkan membuat tesis bertema Twitter--yang kala itu jumlah usernya baru 2.000an orang belum mencapai 100 jutaan seperti sekarang--untuk meraih gelar master di University of Texas di Austin, AS.

Sejumlah proyek berbasis media sosial juga lahir dari pemikiran Shama. Ia sempat menjadi pembawa acara web TV yang membahas seputar teknologi. Tahun 2010, Shama meluncurkan buku berjudul The Zen of Social Media Marketing: An Easier Way to Build Credibility, Generate Buzz and Increase Revenue yang menjadi buku best seller keempat tentang marketing web di Amazon.com.

Nah, itu semua baru proyek sampingan Shama saja. Bisnis utamanya adalah The Marketing Zen Group, perusahaan marketing yang menaruh perhatian pada segala aspek yang berhubungan dengan marketing web mulai dari Facebook, Twitter, blog, video, dsb. Bermarkas di Dallas, perusahaan itu berdiri tahun 2009 dengan biaya dari kantongnya sendiri sebesar US$ 1.500 atau sekitar Rp13,4 juta.

“Saat ini kita sedang berada dalam sebuah masa dengan budaya perusahaan yang tak harus face-to-face untuk bertemu dengan kliennya,” ucap Shama seperti yang dikutip dari situs Entrepreneur.com. “Setiap hari, saya menanyakan hal yang sama pada diri sendiri: apa yang bisa saya lakukan hari ini untuk menambah kepercayaan audience (pembaca blog, penonton televisi, follower Twitter, dll), baik untuk tim kami sendiri ataupun untuk klien,” lanjut perempuan yang berasal dari Texas tersebut.

Shama memberi contoh sejumlah terobosan yang telah dilakukan untuk kliennya. Untuk k9cuisine.com, ritel online makanan anjing di Paris, Marketing Zen membuat blog dan Twitter untuk mempererat relasi antar sesama blogger yang menyukai hewan peliharaan. Sementara untuk Arthur Murray Dance Studios di Boston, perusahaan Shama mengoptimalisasi website agar mencapai target penjualan yang telah ditetapkan.

Awalnya Shama tak berniat untuk membuat perusahaan yang hanya fokus pada media sosial. Ide originalnya adalah membangun perusahaan konsultan dengan skala lebih umum. Namun dia segera menyadari passion-nya yakni di dunia media sosial. Lalu Shama mengubah strateginya dengan melakukan pendekatan berupa berkonsultasi dengan klien serta memberi pemahaman kepada mereka tentang cara yang efektif untuk market bisnisnya dan memberi kesempatan kepada klien untuk menerapkannya dalam bisnis mereka.

Dari bisnisnya ini, Shama mempelajari dua hal. Klien-kliennya tak hanya sekedar membutuhkan jasa konsultan tapi juga perusahaan yang mampu mengimplementasikan ide-idenya; dan media sosial merupakan satu-satunya puzzle marketing berskala besar yang di dalamnya mencakup kegiatan membangun website yang solid serta mengembangkan search engine, yang dapat merealisasikan keinginan klien. “Itulah sebabnya perusahaan kami berubah dari perusahaan konsultan menjadi perusahaan yang mengambil alih marketing web para klien,” ucapnya.

Pemikiran Shama berhasil menuai untung besar. Meski tak menyebutkan secara spesifik namun dijelaskan olehnya kepada situs Entrepreneur.com dan dikutip oleh CiputraEntrepreneurship.com bahwa omzetnya mengalami kenaikan lebih dari 400 persen pada tahun lalu. Ia berharap Marketing Zen bisa menjadi multimillion-dollar company pada akhir 2014. Salah satu rahasia profit model Shama adalah mempekerjakan pegawai dengan sistem virtual. Hampir seluruh pegawainya yang berjumlah 30 orang bekerja secara virtual dan selusinnya bahkan berlokasi di Filipina.

Di tengah kesibukannya mengelola Marketing Zen, Shama menyempatkan diri untuk memberi pelatihan kepada para entrepreneur muda. Awal tahun ini, bersama dengan delegasi bisnis dari AS dan Denmark, Shama pergi ke Mesir untuk sharing knowledge kepada entrepreneur muda setempat. Kegiatan itu dilakukan untuk mewujudkan impiannya yakni mengajak kaum muda menangani market bisnis global yang baru.

“Dunia kita saat ini bukanlah dunia di zaman kakek-nenek atau bahkan zaman orangtua kita,” tegas Shama. “Lulus dari perguruan tinggi bukan jaminan untuk sukses. Entrepreneur muda harus mampu menciptakan peluangnya sendiri. Perekonomian (dunia) membutuhkan darah segar dan ide baru,” lanjutnya. (*/ely)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/entrepreneur/internasional/wanita/11944-shama-kabani-menjadi-jutawan-berkat-media-sosial.html

No comments:

Post a Comment