Thursday, October 13, 2011

SENTRA ANYAMAN RAJAPOLAH, TASIKMALAYA

Peluang Usaha

SENTRA USAHA
 
Selasa, 11 Oktober 2011 | 15:10  oleh Fahriyadi
SENTRA ANYAMAN RAJAPOLAH, TASIKMALAYA
Sentra anyaman Rajapolah: Aneka anyaman pandan tersedia di sini (1)
Jika datang ke Tasikmalaya, mampirlah ke Desa Rajapolah, 12 kilometer utara kota Tasikmalaya. Di desa itu ada 50 pedagang yang berjejer menjual kerajinan daun pandan dan daun mendong yang sudah dibentuk menjadi tas, sandal, topi, sajadah, tikar, dan masih banyak lagi.

Jika berkunjung ke Tasikmalaya tak lengkap rasanya kalau Anda tak menyambangi sentra perdagangan kerajinan daun pandan dan daun andong yang terletak di desa Rajapolah. Daerah itu sudah lama terkenal sebagai sentra perdagangan kerajinan itu.

Kerajinan anyaman yang dijual pedagang beragam bentuknya. Mulai dari tas, sandal, tikar, topi, sajadah, dan beragam bentuk lainnya. Lokasi sentra itu sendiri berada di sepanjang Jalan Raya Rajapolah, sekitar 12 kilometer sebelah utara kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

Di sentra kerajinan ini sedikitnya ada 50 kios yang menjual beragam anyaman. Mereka memajang aneka anyaman tangan itu dari ratusan perajin anyaman yang kebanyakan warga Rajapolah dan desa-desa sekitarnya.

Bagi warga Tasikmalaya sentra ini memang sudah tak asing lagi. Maklum, sentra ini sudah ada sejak 1980-an silam. Saat itu beberapa warga Rajapolah yang ahli menganyam mulai menggelar hasil kerajinan di sepanjang Jalan Raya Rajapolah itu.

Mulanya hanya ada dua orang warga saja yang berjualan. Namun ide dua warga itu menginspirasi warga lainnya untuk ikut berdagang dengan membuka kios.

Kehadiran pedagang tak lepas dari pilihan lokasi yang prima. Sebab, mereka berjualan kerajinan di akses jalan utama menuju ke Kota Tasikmalaya.

Jika Anda dari arah Nagreg, Kabupaten Bandung, lokasi bisa dijumpai sebelum memasuki kota Tasikmalaya. "Jualan di lokasi itu memang laris," kata Rifky, pengelola kios Keisya Handycraft yang berjualan aneka anyaman sejak 2006.

Sebelum berdagang anyaman, Rifky dan keluarganya memang sudah menjadi perajin anyaman. Namun, ketika itu keluarga ini lebih banyak menjual hasil anyaman ke Tasikmalaya. "Sekarang kami jual sendiri saja," terang Rifky.

Pedagang kerajinan di sentra Rajapolah lainnya adalah Tini Wartini, pemilik Jelita Art Shop. Tini sudah berjualan kerajinan anyaman itu sejak 20 tahun lalu. Saat pertama kali berjualan, Tini hanya menggelar dagangan dengan meja tanpa ada bangunan kios seperti sekarang.

Saat merintis usaha, produk kerajinan yang dijual Tini laris dibeli pengendara mobil yang melintasi Jalan Raya Rajapolah. Sejak itulah usaha Tini berkembang hingga saat ini. "Tapi kini sebagian pedagang sudah ada yang tutup," kata Tini yang sekarang sudah memiliki dua kios di sentra itu.

Menurut Tini, pedagang yang gulung tikar terjadi baru-baru ini. Mereka menutup usaha karena tak kuasa menghadapi kompetisi antarpedagang yang kian banyak. "Pedagang banyak, kompetisi harga marak," kata Tini.

Dalam berjualan, Tini selain membeli kerajinan dari perajin dan juga dari pedagang pengumpul. Ia bilang, pedagang kerajinan di Rajapolah membantu ekonomi warga Rajapolah, mulai dari perajin, pedagang daun pandan dan juga pedagang pengumpul.

Hal itu diakui oleh Siti Juhaenah, pedagang pengumpul kerajinan di sentra Rajapolah. Siti sudah 12 tahun lamanya memasok aneka kerajinan ke puluhan toko kerajinan di sentra kerajinan ini. "Hampir 80% warga Rajapolah itu berprofesi sebagai perajin anyaman," terang Siti.

 
Rabu, 12 Oktober 2011 | 15:55  oleh Fahriyadi
SENTRA ANYAMAN RAJAPOLAH, TASIKMALAYA
Sentra anyaman Rajapolah: Kios tambah banyak omzet kian menciut (2)
Sentra perdagangan kerajinan anyaman di Desa Rajapolah memang menjadi sumber ekonomi penting warga Desa Rajapolah, Tasikmalaya, Jawa Barat. Tapi jumlah pedagang yang terus bertambah menyisakan cerita lain, yaitu penurunan penjualan bagi pedagang lama.

Tak dapat dipungkiri sentra perdagangan kerajinan anyaman di Desa Rajapolah, Tasikmalaya, telah menjadi sumber rezeki yang menyejahterakan bagi warga Rajapolah. Betapa tidak, sentra itu memang ramai dikunjungi pembeli terutama mereka yang melintas menuju Kota Tasikmalaya.

Karena itu, tak perlu heran, kalau sentra ini berkembang pesat. Hingga kini setidaknya tercatat ada 50 kios yang berdagang kerajinan anyaman. Padahal pada 2006 lalu, jumlah kios yang ada di sentra ini hanya sebanyak 20 kios.

Tentu, menjamurnya kios ini ikut menggerakkan ekonomi warga Rajapolah. Dengan banyak kios itu, tentu hasil kerajinan anyaman warga jadi tertampung. Meski di sini lain, munculnya banyak kios dengan dagangan serupa itu membuat persaingan menjadi semakin ketat dan keuntungan yang diperoleh pedagang makin kecil.

Tini Wantini, pemilik Jelita Art yang sudah berjualan sejak 20 tahun lalu, mengungkapkan, pertumbuhan jumlah kios itu lebih cepat dari pertumbuhan jumlah pembeli. "Masalah ini berpengaruh pada penjualan kami," keluh Tini yang mempekerjakan 15 orang pekerja itu.

Tini sudah merasakan ketatnya persaingan itu. Dia menggambarkan, pada 2006, tokonya masih mampu menghasilkan omzet hingga Rp 30 juta per bulan. Kini, omzet itu terpangkas hingga tinggal sepertiga atau hanya meraup omzet Rp 10 juta saja. "Tren penurunan sudah terjadi sejak lima tahun terakhir," ungkap Tini.

Melorotnya omzet itu jelas memaksa Tini untuk mengurangi jumlah pembelian kerajinan dari perajin atau pengumpul.

Penurunan omzet juga dialami oleh Rifky, pengelola toko Keisya Handicraft. Sejak 2006 Rifky mengalami penurunan omzet hingga 50%. "Tahun 2006 saya bisa mendapat omzet Rp 30 juta per bulan," kata Rifky.

Namun karena jumlah pedagang yang terus bertambah, omzet Rifky berlahan menyusut. Saat ini, omzet kiosnya itu tinggal separuh dari omzet pada tahun 2006. "Setiap tahun omzet rata-rata pengusaha turun 10%," jelas Rifky.

Berbeda dengan Tini yang hanya mengandalkan kios di sentra Rajapolah. Rifky lebih kreatif untuk mencari pasar untuk memperbesar angka penjualan. "Sejak setahun terakhir ini saya juga mencari pasar kerajinan itu hingga ke daerah lain," ujar Rifky.

Untuk memasarkan kerajinan hingga di luar Tasikmalaya, Rifky menjalin kerja sama dengan pedagang kerajinan atau pemilik toko cenderamata yang ada di Jakarta, Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali hingga Sumatera. "Rekanan saya rutin datang untuk mengambil pasokan kerajinan dari sini," terang Rifky.

Untuk menyediakan pasokan kerajinan untuk luar daerah itu, Rifky mengandalkan kerajinan anyaman pandan produksi sendiri. Ia mengklaim, 70% kerajinan yang dikirim ke luar daerah adalah kerajinan yang diproduksi keluarganya.

Dalam menjual aneka kerajinan anyaman dari daun pandan dan daun mendong itu, Rifky membanderol harga mulai dari Rp 5.000 sampai dengan Rp 35.000, tergantung jenis kerajinan dan tingkat kerumitannya. "Kalau mereka membeli dalam jumlah banyak tentu harga bisa dinegosiasi lagi," terang Rifky.  

Kamis, 13 Oktober 2011 | 14:16  oleh Fahriyadi
SENTRA ANYAMAN RAJAPOLAH, TASIKMALAYA
Sentra anyaman Rajapolah: Kemarau mengancam bisnis anyaman (3)

Saat musim kemarau, pedagang kerajinan anyaman di sentra Rajapolah, Tasikmalaya mengeluhkan kenaikan harga kerajinan dari perajin. Selain harga naik, pedagang juga mengeluhkan penurunan kualitas kerajinan dari daun pandan dan daun mendong itu.

Kegelisahan pedagang di sentra kerajinan anyaman Rajapolah, Tasikmalaya tak hanya berkutat soal kompetisi antarpedagang saja. Mereka juga mengeluhkan penurunan kualitas kerajinan anyaman dari perajin.

Salah satu penyebab penurunan kualitas karena faktor alam. Musim kemarau yang panjang membuat bahan baku kerajinan yaitu pohon pandan dan pohon mendong tidak tumbuh sempurna.

Kualitas daun pandan dan daun mendong turun. Bila daun pandan tetap dipakai sebagai bahan dasar, kualitas kerajinan akan turun. Makanya, "Kalau musim kemarau, saya harus pilih-pilih kerajinan dari perajin," kata Rifky, salah satu pedagang di sentra Rajapolah, Tasikmalaya itu.

Rifky mengaku tidak mau memaksakan membeli kerajinan dari petani, terutama saat musim kemarau. Maklumlah, jika dibuat dengan bahan yang tidak berkualitas, kerajinan daun pandan maupun mendong akan cepat rusak. "Konsumen kalau dikasih bahan jelek, saya bisa kena komplain," terang Rifky.

Dampak lain dari musim kemarau adalah kenaikan harga pembelian kerajinan dari perajin. Terutama kerajinan yang diproduksi oleh perajin yang tetap mempertahankan kualitas.

Amid Wahyudin, perajin yang juga pemasok kerajinan ke pedagang sentra Rajapolah, bilang, harga naik karena terpicu oleh kenaikan harga bahan baku daun pandan dan daun mendong.

"Harga bahan baku naik dari Rp 3 juta menjadi Rp 5 juta per ton," terang Amid yang berusaha memproduksi kerajinan sesuai dengan kualitas standar pedagang.

Hamid mengakui, banyak perajin memproduksi kerajinan seadanya dengan daun pandan tidak berkualitas. "Mereka tidak ada pilihan, karena harga pandan yang bagus mahal," katanya.

Kondisi yang sama juga dikeluhkan Siti Juhaenah, perajin yang juga pemasok kerajinan untuk pedagang di sentra Rajapolah. Sama dengan Amid, ia juga mengeluhkan minimnya pasokan bahan baku daun pandan untuk perajin saat musim kemarau.

Namun Siti menilai, penurunan suplai daun pandan tidak hanya karena kemarau semata. Tapi juga karena penurunan luas areal lahan pohon pandan. "Setiap tahun pasokan daun pandan sudah berkurang karena lahan yang makin terbatas," keluh Siti.

Untuk memproduksi kerajinan, Siti mempekerjakan 40 orang perajin yang mampu membuat 30.000 unit kerajinan per bulan. Namun, arena pasokan daun pandan dan daun mendong berkurang, Siti terpaksa menurunkan produksi.

Dampak penurunan produksi tentu mempengaruhi jumlah karyawan Siti. "Sebagian karyawan sekarang terpaksa saya liburkan dulu," terang Siti.

Sebenarnya Siti sudah berusaha mencari pasokan daun pandan dari daerah lain. Ia mencari daun pandan dan mendong seperti dari Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Tapi karena harga mahal, ia mesti merogoh kocek lebih dalam untuk membeli bahan baku. "Maka itu, saya menaikkan harga jual ke pedagang," kata perempuan mengantongi omzet Rp 70 juta itu.

Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1318320627/79674/Sentra-anyaman-Rajapolah-Aneka-anyaman-pandan-tersedia-di-sini-1
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1318409715/79795/Sentra-anyaman-Rajapolah-Kios-tambah-banyak-omzet-kian-menciut-2
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/79912/Sentra-anyaman-Rajapolah-Kemarau-mengancam-bisnis-anyaman-3

No comments:

Post a Comment