Wednesday, October 12, 2011

Iwa Sumanto, Menggaungkan Potensi Bisnis Stik Drum

Views :99 Times PDF Cetak E-mail
Rabu, 12 Oktober 2011 09:32
Di saat masyarakat Indonesia dibajiri oleh produk alat musik buatan luar negeri, ternyata masih ada potensi produk lokal yang bisa bersaing dengan merek impor yang sudah terkenal. Seperti yang dilakukan oleh Iwa Sumanto, yang sukses membangun merek produknya berupa stik drum yang ia beri nama Iwa Solobeat. Berangkat hanya dari peluang kecil dan coba-coba, kini Iwa berhasil menguasai pasar stik drum dengan kapasitas produksi hingga 2.000 batang per bulan, dengan pendapatan hingga Rp 25 juta per bulannya.

stik_drumSebelum akhirnya menjadi pengusaha stik drum, Iwa awalnya mulai berkarier di sebuah EO, di mana ia melihat banyak komunitas musik, band, maupun marching band. Dari semua komunitas itu, Iwa melihat kebanyakan dari mereka menggunakan stik drum import, yang harganya cukup menguras kantong. Dari sanalah, pria kelahiran Klaten ini melihat sebuah peluang bisnis yang cukup menggiurkan.

“Dari peluang bisnis yang ada, saya lalu mulai melakukan riset kecil-kecilan. Bagaimana supaya stik drum buatan saya tidak kalah kualitasnya dengan yang impor. Saya juga memperhatikan bahwa perkembangan komunitas musik cukup bagus, dan stik drum merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi drummer. Jadi peluang pasar tetap terbuka,” jelas Iwa seperti dikutip dari Kedaulatan Rakyat.

Sebagai seorang pebisnis yang juga adalah pemain band, Iwa sangat sadar bahwa tasenya dalam bermusik akan sangat membantunya dalam menjalani bisnis. Ditambah lagi dengan keterlibatannya dalam mengurusi EO yang memungkinkannya untuk bisa bergaul dan mengenal komunitas-komunitas musik yang adalah target produknya.

Terkait strategi pemasarannya, Iwa memanfaatkan jaringan internet dengan memakai e-band. Selain itu ia juga menerapkan strategi jemput bola antar studio musik. Merek Iwa Solobeat memang sengaja dipilih Iwa agar semua orang tau bahwa produk lokal pun bisa berkualitas dan bersaing dengan produk-produk impor yang sudah lama terkenal.
Dengan mengusung filosofi cintai produk dalam negeri, Iwa yakin bisa bersaing secara kualitas dengan produk impor namun dengan harga yang lebih terjangkau. Mengawali bisnis dengan dana yang sangat terbatas, Iwa pun dipaksa untuk kreatif dalam memulai usahanya. Termasuk soal pemilihan bahan baku stik drum. “Awalnya stik saya buat dengan memanfaatkan potongan-potongan kayu kecil limbah mebel. Karena kampung saya merupakan sentra produsen mebel dan bapak saya juga perajin mebel. Ada yang dari kayu jati dan ada juga dari kayu kopi, lamtoro dan mepel,” jelas Iwa.

Lambat laun wilayah pemasarannya meluas hingga ke Yogya dan Semarang. Keberhasilan tersebut dilalui Iwa bukan sekadar menggantungkan pada nasib baik, melainkan benar-benar dengan cucuran keringat. Bahkan untuk memasarkan stiknya ke kedua kota itu, ditempuhnya dengan naik sepeda motor sendirian. Ia tak mau bergantung dengan kemudahan jasa travel karena tak ingin keuntungannya menipis.

Omzet stik yang mulanya hanya 100-300 batang per bulan, meningkat hingga 1.000 batang dan wilayah pemasarannya menjangkau ke daerah lain di Jawa maupun luar Jawa. Sehingga limbah kayu yang ada tak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Hingga kemudian ia membeli kayu gelondongan. Pemasaran pun tak mampu dilakukan sendiri sehingga harus menggandeng distributor di setiap kota.

“Dengan harga jual stik Rp 3.000 per pasang, omzet saya per bulan sekitar Rp 18-24 juta per bulan. Obsesi saya, ingin mempekerjakan lebih banyak orang lagi dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Sebab stik drum dari China sekarang ini sudah mulai masuk ke pasar Indonesia,” jelas Iwa.

Bagi Iwa, bermain di bisnis stik drum yang diperlukan adalah kepercayaan. Karena bisnis ini melibatkan produk yang digunakan banyak orang, maka Iwa selalu fokus pada kualitas stik yang diproduksi. Untuk mewaujutkan semua itu, Iwa menggunakan keuntungan yang ia dapatkan untuk reinvestasi mesin-mesin produksi dan bahan baku dengan tujuan agar tidak mengecewakan konsumennya.

Sepenuhnya, Iwa merasa jika bisnis yang ia tekuni saat ini masih dalam sebuah proses yang sangat panjang. Untuk itu ia masih mematangkan produknya seperti menyediakan alat-alat pendukung produksi stiknya. Ia pun tak menutup kemungkinan untuk menggandeng investor yang tertarik untuk bergabung bersama bisnisnya. (*/Gentur)

Sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/manufaktur/11887-iwa-sumanto-menggaungkan-potensi-bisnis-stik-drum.html

No comments:

Post a Comment