Kamis, 06/09/2012 07:28 WIB
Ilustrasi Foto: dok detikFinance
Jakarta - Banyak orang menyangka berbisnis
waralaba merupakan langkah pasti menuju sukses. Tapi pada kenyataannya,
banyak alasan yang membuat bisnis waralaba berakhir tidak seperti yang
diperkirakan.Dalam artikel yang dikutip dari Investopedia, Kamis (6/9/2012) ini, kita akan melihat beberapa pertimbangan yang bisa anda kaji sebelum terjun langsung ke bisnis waralaba.
6. Modal awal dan royalti waralaba yang cukup tinggi
Jika dihitung-hitung secara total, biaya yang anda harus keluarkan untuk membuka sebuah restoran cepat saji McDonald's berkisar antara Rp 4,5 miliar sampai Rp 14,4 miliar.
Yang paling merepotkan adalah, franchise fee yang harus disetorkan per tahun. Setiap tahun, pemegang pemegang waralaba harus menyetorkan 12,5% omzetnya ke pemilik waralaba. Jadi, berapapun omzet anda atau sebaik apapun bisnis, anda akan terus terikat dengan peraturan ini.
Ongkos sewa tahunan ini merupakan syarat paling standar dalam dunia waralaba. Bahkan, Burger King meminta tambahan 4,5% jika ongkos waralabanya mencapai Rp 450 juta, sama seperti Dunkin' Donuts yang meminta tambahan 5,9% untuk franchise fee di kisaran Rp 360-720 juta tergantung lokasi.
Dikurangi gaji karyawan, uang makan dan pajak, bisa terlihat bahwa memegang lisensi waralaba tidak semudah seperti kelihatannya.
5. Biaya bahan baku yang mahal
Untuk anda bisa tetap berbisnis, kebanyakan pemilik waralaba memaksa para pemegang lisensinya untuk membeli bahan baku dari pensuplai yang biasanya masih ada hubungan 'spesial' dengan si pemilik waralaba. Biasanya, harga yang ditetapkan oleh pensuplai ini lebih tinggi ketimbang harga pasar.Bahkan, beberapa pemilik waralaba makanan cepat saji mematok 5-10% lebih tinggi dari harga pasar untuk produk-produk seperti sayuran, tomat atau bahan baku lainnya. Padahal, sayuran tetap sayuran yang harganya biasanya hampir sama, tapi ini menjadi salah satu cara lain si pemilik waralaba menggenjot laba.
Jangan sekali-sekali anda membatalkan pesanan bahan baku dari si pemilik waralaba, karena bukan tidak mungkin ia kan memutus kontrak anda di tengah jalan sehingga anda tak lagi bisa berbisnis.
4. Minimnya pendanaan
Ilustrasi Foto: dok detikFinance
Kebanyakan pemegang lisensi waralaba tidak punya akses ke
pendanaan yang baik. Jadi, jika butuh tambahan modal, kebanyakan
pemegang lisensi waralaba harus merogoh koceknya sendiri. Bisa dibilang,
pemegang lisensi waralaba bergantung pada diri sendiri.Beberapa pemilik waralaba mengetahui hal ini dengan baik sehingga memberikan opsi cicilan untuk franchise fee, modal awal, bahan baku dan peralatan untuk memulai waralaba. Situasi seperti ini biasanya lebih menarik para calon pemegang lisensi waralaba.
3. Minimnya kontrol lokasi
Ilustrasi Foto: dok detikFinance
Beberapa waralaba punya aturan untuk tidak terlalu banyak
membuka tokonya di sebuah kota demi menghindari saturasi pasar dan
omzet yang anjlok. Akan tetapi banyak juga waralaba yang membuka toko
sebanyak mungkin di sebuah kota demi menggenjot penjualan.Itulah mengapa bukanlah sesuatu yang aneh jika anda melihat lima gerai McDonald dalam radius 8 km karena perusahaannya berusaha untuk meraup setiap uang yang ada di wilayah tersebut. Pemilik waralaba memang dapat untung banyak, tapi yang menderita adalah gerai si pemegang lisensi waralaba, karena tiap muncul satu waralaba di lokasi yang sama, maka omzetnya bisa turun sampai setengah.
2. Kurang kreatif
Ilustrasi Foto: dok detikFinance
Sebuah waralaba biasanya mewajibkan keseragaman. Mulai
dari dekorasi toko, papan reklame, produk yang ditawarkan sampai seragam
pelayannya harus sama. Untuk orang yang menyukai kreatifitas, ini bisa
membuat frustasi.Jadi, jika anda yang terbiasa menjadi bos bagi diri sendiri, keseragaman ini mungkin cukup sulit dilakukan. Mungkin anda tidak cocok untuk berbisnis waralaba.
1. Pemilik waralaba kurang mengenal daerah baru
Ilustrasi Foto: dok detikFinance
Anda pasti sering mendengar kalau kunci sukses dalam
berbisnis adalah lokasi, lokasi, lokasi. Pasalnya, lokasi memang sangat
mentukan sukses atau gagalnya sebuah bisnis.Intinya, jika anda tidak bisa menemukan lokasi yang tepat untuk membuka waralaba, anda pasti akan kesulitan, karena si pemilik waralaba pun tidak bisa banyak membantu anda dalam menentukan lokasi.
Contohnya waralaba pizza. Anda tidak bisa dengan mudah membuka gerai pizza di sebuah daerah yang cukup ramai penduduk. Tetapi, anda juga harus perhatikan tingkat usia di lokasi tersebut.
Salah besar jika anda membuka gerai pizza di lingkungan ramai tapi isinya orang tua. Lebih baik anda cari lingkungan yang lebih sepi tapi isinya anak muda semua.
Riset seperti ini lah yang biasanya tak dimiliki oleh si pemilik waralaba. Si pemegang lisensi waralaba lah yang bertugas untuk melakukan riset ini sendirian tanpa bantuan kantor pusat.
Kesimpulan
Ilustrasi Foto: dok detikFinance
Menjalankan bisnis waralaba adalah sebuah keputusan
serius yang harus dilaksanakan dengan hati-hati. Sebelum anda menyewa
waralaba, banyak belajarlah mengenai perusahaan yang jadi target, begitu
pula dengan produk dan lokasinya. Karena bahkan dengan produk dan
lokasi yang baik, belum tentu anda bisa meraup laba. Jadi, pastikan adan
tahu risikonya sebelum membuka waralaba.http://finance.detik.com/read/2012/09/06/072821/2009595/4/0/6-alasan-bisnis-waralaba-sering-gagal
No comments:
Post a Comment