Kenali Kemauan Pasar | Hits : 343 |
Minggu, 09 September 2012 11:44 |
Competition is beautiful. Persaingan itu indah. Begitulah impresi yang diperoleh saat menyaksikan kompetisi bisnis yang amat ketat di antara para pemain bisnis ritel Indonesia saat ini. Mereka saling memperagakan strategi mutakhir dan formula pemasaran yang mengasyikkan disimak. Konsumen di kota-kota besar pada awal tahun 1980-an, pernah melihat betapa perkasa pusat belanja bernama Gelael Supermarket. Ia lebih bertaring lagi ketika disandingkan dalam satu gedung dengan Kentucky Fried Chicken (KFC). Konsumen yang hendak makan di KFC bisa meluangkan waktu berbelanja di Gelael Supermarket. Begitu sebaliknya. Kondisi ini bertahan hampir lima belas tahun. Ketika Hero datang masuk pasar ritel, terutama di Ibu Kota, Gelael masih tenang-tenang saja. Saat Hero makin berkibar, baru terasa bahwa sengatannya berpengaruh mengurangi kilap Gelael. Akhir tahun 1990-an, Gelael makin tersudut sehingga hanya mempertahankan tidak lebih dari 15 supermarket. Kini hanya beberapa Gelael yang masih bertahan. Meredupnya kilap Gelael Supermarket membuat Hero tampak lebih perkasa di lapangan. Akan tetapi, keasyikan berada di wilayah unggul membuat Hero terkesan kurang waspada. Ketika pusat perkulakan Makro datang, Hero masih tetap kokoh. Tatkala Hypermart, Carrefour, dan Lotte datang, Hero juga masih kuat. Akan tetapi, ketika Carrefour terus berekspansi dan bahkan menjadi penghela pengunjung di mal-mal besar, perlahan kilau Hero melemah. Pusat perbelanjaan ini berusaha bangkit dan melakukan inovasi, tetapi pangsanya hampir tuntas digerogoti pusat perbelanjaan yang jauh lebih lengkap, lebih luas, dan harga bersaing. Nasib Hero hampir mirip nasib Gelael Supermarket. Jika saja dilakukan terobosan-terobosan baru yang sangat menggetarkan pasar, tentu peluangnya untuk menjadi raksasa kembali, tetap terbuka. Kedua nama itu sudah berlabuh lama di hati konsumen. Bangkit kembali dengan formula dan (mungkin) genre baru bukan hal mustahil. Hal yang menarik perhatian banyak pengamat bisnis ritel adalah berubahnya sejumlah perusahaan besar. Lihat misalnya Coca Cola. Banyak merek baru datang, banyak pula minuman ringan yang menawarkan kesejukan, kenyamanan, tetapi Coca Cola mampu bertahan, dengan sentuhan rasa khas. Ketika ia dikritik menjadi salah satu (dari sangat banyak penyebab) diabetes, Coca Cola muncul dengan Coca Cola diet. Ketika ia masih dikritik karena mengandung kafein tinggi, ia muncul dengan varian baru, very low caffeine. Tentu banyak perusahaan melakukan perubahan untuk menjadi lebih baik. Misalnya Garuda Indonesia. Maskapai ini di antaranya menyegarkan kru pesawat, menggusur pesawat tua, meningkatkan skala amat tinggi untuk kualitas layanan penumpang, dan menyediakan makanan lebih lezat. Pada akhirnya, Garuda, mampu merebut pasar dalam negeri dengan spektrum luas, kendati harga tiketnya lebih mahal dibandingkan semua maskapai dalam negeri lain. Ke luar negeri, maskapai ini juga sukses. Tak ayal, Garuda Indonesia menjadi maskapai terbaik di dunia. Prestasi ini sangat mengesankan sebab terjadi ketika begitu banyak maskapai kenamaan dunia rugi besar, bahkan terancam tutup. Masih banyak perusahaan lain yang berubah untuk meraih prestasi. Toko ritel Alfamart sekadar menyebut contoh, terus menyesuaikan diri dengan perkembangan dan permintaan pasar. Alfamart misalnya, mengantisipasi pasar dengan Alfa Midi (empat kali lebih besar dari Alfamart). Perusahaan ini juga membuka Alfa Express dengan ”pembawaan” baru. Kuat dugaan, Alfamart mengantisipasi tuntutan baru konsumen dan membendung pengaruh serbuan pusat perbelanjaan raksasa. Para usahawan properti juga terus mengikuti tuntutan pasar. Ketika membangun Mal Central Park, usahawan Trihatma Kusuma Haliman berpikir keras karena mal baru ini terletak di tengah-tengah dua mal, yakni Mal Taman Anggrek dan Mal Ciputra. Kedua mal itu sudah mempunyai pasar yang luas. Maka mal yang ia bangun harus membawa genre baru. Maka, Central Park dibangun dengan taman raksasa, dengan konsep berbelanja yang atraktif. Jadilah Central Park salah satu tujuan utama warga berbelanja. Ini menyangkut keberanian menawarkan aliran baru dalam dunia mal nasional. Keberanian melakukan perubahan, kecerdasan membaca tren konsumen, dan kemampuan menawarkan kemasan baru yang bagus, menentukan masa depan sebuah kerajaan bisnis. (*kompas.com) |
http://www.ciputraentrepreneurship.com/tips-bisnis/175-penjualan-dan-pemasaran/19920-kenali-kemauan-pasar.html
No comments:
Post a Comment