Wednesday, September 12, 2012

INSPIRASI ANAS FAESOL

INSPIRASI ANAS FAESOL

Anas sukses produksi tas batok khas Blitar (1)

Anas sukses produksi tas batok khas Blitar (1)
Kerajinan batok kelapa atau kerajinan tempurung kelapa telah menjadi salah satu ciri khas Kota Blitar, Jawa Timur. Bentuk kerajinan tangan ini bermacam-macam.
Dari sekian banyak produk kerajinan, yang cukup menonjol adalah kerajinan tas batok kelapa. Kerajinan ini salah satunya ditekuni oleh Anas Faesol yang mengusung brand Tas Bathok Koi.
Pria kelahiran Blitar, 30 September 1974 ini telah menekuni usaha pembuatan tas batok kelapa sejak awal tahun 2009. Selain tas batok, ia juga memiliki bisnis penjualan aneka suvenir aromatherapy dengan brand Harum Aromatic di Bali.
Dari usahanya ini, Anas bisa meraup rata-rata omzet antara Rp 120 juta hingga Rp 150 juta per bulan, dengan laba sekitar 10%. Anas tertarik membuat tas wanita dari batok karena bentuknya lebih natural. Apalagi, Blitar amat kaya tanaman kelapa.
Menurut Anas, motif tas yang terbuat dari batok kelapa lebih original dan bisa menjadi aksesoris. Maklum, hampir semua kerajinan dari bahan limbah ini memang dibiarkan memiliki warna seperti aslinya.
Kendati menjanjikan dan banyak peminatnya, sukses yang diraih Anas tidak didapat dalam waktu singkat. Ia mengaku, telah menghabiskan waktu setahun penuh untuk melakukan percobaan guna mencari bentuk tas yang benar-benar pas.
Proses pembuatannya juga memerlukan waktu dan kesabaran. Sebab, batok kelapa yang digunakan harus dipotong-potong dengan ukuran 3 x 4 centimeter (cm), dan 4,7 x 4,7 cm.
Batok kelapa yang sudah dipotong kemudian diamplas sampai halus dan disortir dengan aneka modifikasi sampai mengkilap. Setelah itu dilakukan penjemuran.
Lalu potongan-potongan batok tadi ditempel dan dijahit dengan benang nilon ke kardus secara manual. Kerja kerasnya ini mulai membuahkan hasil di tahun kedua. Produk tas yang dibanderol mulai Rp 20.000 - Rp 190.000 per pieces ini mulai dilirik banyak orang.
Ia mengaku, banyak konsumen menjadikan tas batok sebagai suvenir khas Blitar. Dalam sebulan, ia memproduksi 3.300 pieces tas dengan aneka ukuran. "Paling banyak saya memproduksi 4.000 pieces,"jelasnya
Fulus ratusan juta rupiah per bulan pun mengalir ke kantongnya. Untuk membuat tas dari batok ini, Anas dibantu 50 karyawan. Ia juga memiliki empat showroom di Blitar yang berfungsi sebagai tempat pemasaran.
Selain lewat showroom, ia juga menjual tasnya kepada para pedagang di Yogyakarta. Oleh pedagang, tasnya dipasarkan ke sejumlah wilayah di Indonesia. Bahkan, sampai ke mancanegara, seperti Singapura, Malaysia dan Italia.

Anas mengawali bisnis sebagai pedagang (2)

Sejak tahun 2009 Anas Faesol sukses menekuni usaha pembuatan tas batok kelapa di Blitar, Jawa Timur. Selain di dalam negeri, kerajinan tas batok kelapanya juga sudah dipasarkan hingga ke mancanegara, seperti Singapura, Malaysia dan Italia.
Sebelum sukses menjadi pengrajin tas batok, Anas juga sudah sukses menekuni usaha penjualan produk-produk aromaterapi dan spa di Bali.
Profesinya sebagai penjual produk aromaterapi sudah ditekuninya sejak tahun 1999. Di Pulau Deawata itu ia membuka toko khusus aromaterapi dengan brand Harum Aromatic.
Di toko itu ia menjual aneka produk aromaterapi, seperti massage oil, lulur aromaterapi, sabun aromaterapi, dan produk garam mandi. Harga produknya ini beraneka ragam, mulai dari Rp 10.000 sampai ratusan ribu rupiah per pieces.
Selain lewat toko, ia juga memasarkan produk-produknya itu lewat internet. "Saya membuat website khusus untuk menawarkan produk aromaterapi," katanya.
Selama hampir tujuh tahun menekuni usaha ini, bisnisnya terus bertumbuh. Namun, ia tidak cepat berpuas diri dengan sukses yang sudah diraihnya.
Naluri bisnisnya justru bangkit untuk merambah bidang usaha lain. Makanya, ketika ia meilai bisnis aromaterapinya sudah benar-benar sukses, ia memutuskan untuk meninggalkan usaha ini.
Maka, pada tahun 2006, Anas pun menyerahkan toko aromaterapinya untuk dikelola orang profesional. Lalu, ia memilih pulang ke kampung halamannya di Blitar untuk memulai bidang usaha baru.
Ketika pulang ke Blitar, ia tidak langsung menekuni usaha pembuatan tas batok kelapa. Namun, ia mengawali bisnis di kampung halamannya ini dengan menjadi penjual alat-alat kerajinan di lokasi makam Bung Karno. Sementara bisnis di Bali tetap berjalan dan tetap dipantaunya.
Ia memilih berjualan di lokasi pemakaman sang proklmator karena ramai wisatawan. Di lokasi ini, ia membuka empat toko khusus penjualan produk-produk kerajinan khas Blitar.
Produk-produk yang dijualnya seperti tas dan dompet yang terbuat dari batik, eceng gondokm, dan batok kelapa. Selain itu, ada juga hasil kerajinan kayu jati, seperti lampu petromak, tempat payung, dan jam dinding.
Produk-produk kerajinan itu diambil langsung dari sejumlah perajin di Blitar.Selain melayani penjualan ritel, tokonya juga melayani penjualan grosir dengan harga lebih miring.
Selama berjualan, ia terus mencermati minat konsumen terhadap produk kerajinan yang dijualnya. Ia mengaku, salah satu produk yang paling banyak oeminatnya adalah tas batokn kelapa.
Dari situlah, Anas kemudian terdorong untuk memproduksi sendiri tas tersebut. Pada tahun 2009, ia pun mulai merintis pembuatan tas batok kelapa dengan brand Tas Bathok Koi.
Agar bisnisnya terus berkembang, ia rajin melakukan perjalanan ke luar kota untuk membuka relasi dengan para pengusaha lainnya. Dari situlah, produk tasnya bisa merambah berbagai daerah di Indonesia. 

Anas berambisi dirikan toko oleh-oleh terbesar (3)

No comments:

Post a Comment