KIAT MANAJEMEN: Kacamata Hidup
---“Jika Anda tak suka sesuatu, ubahlah. Jika tak mampu mengubahnya, ubahlah sikap Anda. Jangan mengeluh”.
“ Kalau anda menginginkan perubahan yang kecil dalam hidup, garaplah perilaku Anda. Tetapi bila Anda menginginkan perubahan besar dan mendasar, garaplah paradigma (pola pikir) Anda”, Stephen R. Covey.
Kontrak pembangunan kereta api supercepat rute Tokyo – Nagano ditandatangani oleh Japan Railway East dan harus selesai sebelum Olimpiade Musim Dingin tahun 1998.
Hal yang sangat memusingkan terjadi, terowongan yang melewati pegunungan itu terus saja tergenang air. Untuk itu, didatangkanlah tim insinyur yang dibayar mahal untuk mendapatkan solusi. Mereka melakukan analisa dan menyusun serangkaian rencana untuk membangun sistem drainase yang mahal (termasuk sistem gorong-gorong untuk menyalurkan air keluar terowongan).
Secara tidak sengaja, suatu hari seorang petugas pemeliharaan yang kehausan menemukan sebuah solusi yang berbeda saat ia membungkuk untuk minum dari air terowongan tersebut.
Air itu terasa sangat segar, jauh lebih nyaman dari pada air minum yang dibawanya dalam wadah makan siangnya. Lalu dia mengusulkan kepada atasannya, bahwa mereka seharusnya memproduksi air itu sebagai air minum dalam kemasan dan menjualnya sebagai air mineral premium.
Maka lahirlah air minum Oshimizu yang dijual oleh perusahaan tersebut. Terus berkembang hingga tersaji dalam mesin penjual otomatis di peron-peron stasiun kereta, dan meluas hingga layanan pesan antar untuk pasar rumah tangga (Ongkos besar telah berganti menjadi laba besar karena kemampuan memandang secara berbeda).
Alkisah, kebahagiaan hidup yang bisa terjadi menjadi hal yang tak mungkin tercapai dalam kasus ini: Ibu yang sudah renta ini setiap hari menangisi takdirnya. Hari hujan dia menangis, demikian pula bila hari panas. Mengapa ? Sang Ibu berkisah, “ Saya punya dua orang anak wanita. Yang sulung memiliki warung es. Yang kecil menjual payung dan jas hujan. Kalau musim hujan saya sedih memikirkan si sulung yang jualannya tidak lalu. Kalau musim panas kasihan si kecil, payung dan jas hujannya tidak ada yang membeli “. (Mari kita bayangkan bila si Ibu memandang dengan cara sebaliknya, di musim hujan mensyukuri nasib baik si sulung, di musim panas mensyukuri si kecil ).
Demikian pula, banyak terjadi kasus dimana akhirnya terjadi pemeo, the other grass is always greener ( rumput tetangga selalu nampak lebih hijau ). Seorang lelaki mengeluh panjang lebar ketidak mampuannya untuk membeli sepasang sepatu yang didambakannya.
Dan keluhan itu pun berhenti manakala ia mendapati seorang lelaki lain yang tak memiliki kaki, tetapi si lelaki itu nampak selalu ceria. Untuk soal ini, dikatakan oleh Maya Angelou, “Jika Anda tak suka sesuatu, ubahlah. Jika tak mampu mengubahnya, ubahlah sikap Anda. Jangan mengeluh”.
Ada beberapa kali saya menemui kisah para profesional yang layak disebut sebagai job hunter (kutu loncat), yang berpindah-pindah secara cepat dari satu perusahaan ke perusahaan lain.
Berpindah Kerjaan
Belum satu atau dua tahun, sudah berpindah dari satu ke ke perusahaan lain. Demikian terus berulang. Bila ditanya, kenapa demikian sering berpindah pekerjaan, apa alasannya? Jawaban rata-ratanya berkisar pada soal penghasilan dan soal atmosfir (suasana) kerja.
Pertanyaan berikut adalah: sampai kapan berloncat-loncat? Bukankah soal penghasilan adalah soal yang sangat relatif ? Bukankah soal suasana kerja adalah soal yang universal, tak ada yang akan terus-terusan membuat kita nyaman?
Mengarungi lalu-lintas Jakarta yang luar biasa macet, atau menunggu penerbangan yang seringkali masih suka terlambat tanpa dapat diperkirakan waktunya, merupakan suatu realita yang tak dapat dihindari. Tidak macet atau penerbangan tidak terlambat, adalah hal-hal di luar kendali kita sebagai anggota masyarakat pengguna jasa.
Jadi, yang terbaik yang selalu coba dilakukan oleh banyak kawan adalah selalu siap dengan buku untuk dibaca, plus persiapan diri dengan pelbagai peralatan kerja ( notebook dan pelbagai gadget ) yang dapat dijinjing kemana-mana.
Berusaha untuk selalu melihat kondisi ini sebagai peluang (waktu ekstra) untuk bekerja adalah suatu ‘kacamata hidup’ yang sehat dan efektif. Kacamata ini sesuai dengan nasihat John Wooden, pelatih basket terkemuka, “Jangan biarkan apa-apa yang tidak dapat Anda lakukan, mengganggu apa-apa yang dapat Anda lakukan”.
Seorang kawan yang sudah sangat ‘wicaksana’ bertutur tentang kacamata hidupnya manakala dia tengah dalam kondisi sakit. “Kita toh nggak mungkin sehat terus kan? Lha pas sakit itu buat saya banyak sekali bagusnya.
Pertama, sakit adalah suatu karunia dimana kita bisa merasakan nikmatnya sehat. Kalau tidak pernah sakit, akan gampang saja kita meremehkan nikmat sehat. Kedua, menderita sakit, pada umumnya adalah merupakan suatu sinyal, bahwa ada organ tubuh kita yang perlu mendapat perhatian atau pengobatan khusus, sebelum terjadi sakit lebih parah. Ketiga, masa sakit bagi saya adalah masa rehat, masa jeda dari pelbagai aktivitas rutin tanggungjawab kita.”
Dan memang demikianlah sejatinya, sebagaimana dikatakan oleh Joan Baez, seorang penyanyi balada legendaris, “ Anda tidak dapat menentukan bagaimana cara Anda mati. Atau kapan. Anda hanya dapat memutuskan bagaimana cara Anda hidup “. Kita tak kuasa menentukan kapan dan bagaimana kita harus kembali kepada Nya. Yang dapat kita lakukan adalah memilih kacamata hidup apa yang akan digunakan.(msb)
(Ketua Umum Asperkindo [Asosiasi Perusahaan Rental Kendaraan Indonesia])
http://www.bisnis.com/articles/kiat-manajemen-kacamata-hidup
No comments:
Post a Comment