TAWARAN KEMITRAAN KULINER: JAMUR KRISPI
Bisnis olahan jamur masih menjamur
Oleh Revi Yohana, Marantina, Noverius Laoli - Senin, 17 September 2012 | 13:29 WIB
Makanan berbahan baku utama jamur sempat menjadi tren beberapa tahun
lalu. Hal itu ditandai dengan munculnya aneka camilan jamur di pasar,
seperti jamur goreng tepung dan lain-lain.
Selain menjadi
camilan, banyak juga yang mengolahnya sebagai campuran makanan lain,
seperti burger jamur, pizza jamur, bahkan nasi goreng jamur. Aneka
olahan jamur ini ternyata memikat banyak pelanggan.
Alhasil,
banyak pebisnis kuliner memilih jamur sebagai ladang usaha. Bahkan,
banyak dari mereka menawarkan kemitraan atau waralaba. Di tengah
ketatnya persaingan, tentu tidak semua pemain bisa berkembang.
Hanya
mereka yang gencar melakukan inovasi dalam mengolah jamur yang bisa
bertahan. Begitulah hasil review beberapa tawaran kemitraan makanan
olahan jamur yang sebelumnya sudah pernah diulas KONTAN.
Beberapa
di antaranya adalah Jamur Crispy, Jamur Kriuk, dan Jamur
Crunchy.Bagaimana kondisi usaha mereka saat ini? Berikut ulasannya.
• Jamur Crispy
Jamur
Crispy merupakan brand asal Bandung, Jawa Barat yang bernaung di bawah
bendera usaha CV Haweka Media. Berdiri 2006, usaha jamur ini mulai
menawarkan kemitraan di tahun 2007.
KONTAN pernah mengulas
tawaran kemitraan jamur ini pada Juli 2011. Saat itu, jumlah gerai Jamur
Crispy sudah ada 200 gerai. Dari jumlah itu, dua gerai diantaranya
milik pusat.
Nah, sekarang, gerai Jamur Crispy makin mengambang
dan sudah mencapai 300 gerai. Gerai milik si pemilik kemitraan tetap dua
gerai.
"Penambahan gerai paling banyak masih di Jabodetabek dan
Jawa, seperti di Semarang, Surabaya, Yogyakarta dan Solo," ujar Anto
Sastrowidjojo, pemilik CV Haweka Media.
Selain di dalam negeri,
gerai Jamur Crispy juga sudah hadir di Malaysia. Anto mengaku,
perkembangan usahanya ini sangat memuaskan. "Kami berkembang karena
rajin inovasi menu," ujarnya.
Menu baru itu diantaranya burger
jamur, sop jamur, sate jamur, pizza jamur, lumpia jamur, spaghetti
jamur, hingga steak jamur. Untuk jamur crispy sendiri, ia sudah memiliki
15 varian bumbu dari sebelumnya hanya delapan varian bumbu.
Selain
inovasi menu, ia juga rajin merilis paket kemitraan baru. Bila awalnya,
hanya ada empat paket kemitraan, kini mereka menawarkan 10 paket
kemitraan.
Paket-paket lama terdiri paket gerobak senilai Rp 8,8
juta, paket kios Rp 15,5 juta, paket hemat Rp 5,7 juta, dan paket mini
resto sebesar Rp 39 juta. Setiap paket mendapatkan booth, peralatan
masak, dan pelatihan. Khusus paket kios dan resto, mitra akan mendapat
meja dan kursi untuk konsumen.
Soalnya, kedua paket ini
mengusung konsep makan di tempat dengan tambahan menu nasi. Bahkan,
untuk mini resto, pilihan menunya jauh lebih lengkap.
Adapun
pilihan paket barunya; pertama, paket tanpa gerobak senilai Rp 3 juta.
Paket ini khusus diberikan bagi mitra yang sudah memiliki gerai.
Kedua,
paket master dengan harga Rp 25 juta. Mitra yang mengambil paket ini
akan mendapat lima paket gerobak senilai Rp 44 juta, dan bebas
menjualnya kepada mitra baru. Paket master juga akan menjadi induk usaha
untuk satu wilayah tertentu.
Ketiga, paket sepeda seharga Rp 7,9 juta. Pada paket ini mitra akan mendapat gerobak sepeda untuk berjualan.
Pilihan
keempat adalah paket motor dengan harga Rp 22 juta. Dalam paket ini, si
mitra akan mendapatkan sepeda motor dengan skema kredit. "Uang muka Rp 9
juta, pelunasannya bisa dengan cicilan setiap bulan, seperti cicil
motor," ujar Anto.
Kelima, paket mobil senilai Rp 52 juta.
Paket ini menyediakan fasilitas mobil Carry. Terakhir, paket resto
senilai Rp 69 juta. Paket ini merupakan pengembangan dari mini resto.
• Jamur Kriuk
Jamur
Kriuk merupakan bisnis makanan olahan jamur tiram putih dari
Purwokerto, Jawa Tengah. KONTAN pernah mengulas kemitraan jamur milik
Fatoni ini pada Juli 2011.
Saat itu, Jamur Kriuk sudah memiliki
200 mitra. "Sekarang mitra kami sudah ada 260 mitra," kata Toni yang
mendirikan usaha sejak Juni 2009.
Ia mengaku, selalu berupaya
memuaskan para mitra usahanya. Dari situ, bisnisnya semakin berkembang.
"Akhirnya mereka yang mempromosikan bisnis ini ,” katanya.
Selain
pelayanan, ia juga terus memperbaiki kualitas produk jamurnya dan
mengusahakan agar harganya tetap terjangkau onsumen. Sejak dipasarkan,
harga Jamur Kriuk memang masih sama.
Setiap satu kantong Jamur
Kriuk berukuran 100 gram dijual dengan harga Rp 4.000 di Jawa Tengah,
dan Rp 5.000 untuk luar Jawa Tengah. Kendati harga belum berubah,
rencana menaikkan harga jual tetap ada. "Tinggal menunggu momen yang
tepat," katanya.
Untuk pilihan paket investasinya juga tetap.
Sejak awal, Toni hanya menyediakan dua paket investasi. Khusus untuk
wilayah Jawa Tengah sebesar Rp 5,75 juta, sedangkan di luar Jawa Tengah
senilai
Rp 6,8 juta.
Toni juga menawarkan sistem keagenan
untuk mitra dengan biaya investasi sebesar Rp 30 juta. Saat ini, Jamur
Kriuk sudah memiliki 20 agen yang tersebar di wilayah Jawa Tengah,
Jakarta, dan Pekanbaru.
Kata Toni, setiap agen membawahi dan
berhak mengelola enam gerai, dengan dua gerai diantaranya diberikan
gratis untuk agen. Selain itu, fasilitas seperti bahan baku juga
digratiskan untuk agen dengan jangka waktu kerja sama mencapai lima
tahun.
Dari segi menu olahan jamur tidak mengalami banyak
perubahan. Ia masih menawarkan menu antara lain barbeque, balado, dan
keju. “Kalau variasinya terlalu banyak, mitra malah kerepotan. Jadi,
kami fokus pada menu yang paling banyak disukai, yakni tiga varian itu,”
ucapnya.
• Jamur Crunchy
KONTAN
pernah mengulas tawaran kemitraan Jamur Crunchy asal Sukolilo, Surabaya
pada Maret 2010. Jamur Crunchy sendiri telah berdiri sejak tahun 2008
dan mulai menawarkan kemitraan pada akhir tahun 2008.
Saat itu,
Jamur Crunchy telah memiliki 30 mitra yang tersebar di Surabaya, Malang,
Sidoarjo, dan Jakarta. Beda dengan kompetitornya yang mencatat
pertumbuhan usaha, Jamur Crunchy justru gulung tikar alias bangkrut.
Satrio
Utomo, pemilik Jamur Crunchy mengatakan, kemitraan Jamur Crunchy sudah
dihentikan sejak tahun 2011. Tak lama setelah itu, ia juga menutup usaha
Jamur Crunchy. "Jadi kami sudah tidak mengelola Jamur Crunchy lagi,"
ujarnya.
Penutupan dilakukan lantaran ia tidak begitu fokus
mengelola usaha ini. Satrio bilang, sebenarnya Jamur Crunchy didirikan
bertiga dengan dua rekannya yang lain. Namun karena masing-masing
diantara mereka memiliki bisnis lain yang lebih menjanjikan, maka Jamur
Crunchy ditinggalkan.
Alhasil, tim pengelola usaha Jamur Crunchy
sudah tidak solid lagi. Jadinya mereka tidak bisa mengelola usaha ini
secara maksimal.
Selain karena alasan itu, usahanya juga tutup
karena kurangnya inovasi produk. "Harusnya produk itu selalu diinovasi
sesuai selera konsumen," katanya.
Mitra usaha Jamur Crunchy saat
ini sudah dibebaskan dari kontrak kerjasama dan mengelolah sendiri usaha
mereka. Sebelumnya, Jamur Crunchy menawarkan kemitraan dengan biaya
investasi Rp 7 juta. Dengan biaya tersebut, mitra akan mendapat segala
perlengkapan penjualan, seperti booth, peralatan masak, branding, dan
bahan baku.
Jamur Crunchy tidak memungut biaya royalti. Jadi,
mitra hanya perlu menyediakan tempat yang cocok untuk berjualan. Mitra
juga tak harus membeli jamur dan tepung darinya. Tapi bumbunya tetap
dipasok oleh pusat.
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/bisnis-olahan-jamur-masih-menjamur
No comments:
Post a Comment