SENTRA BATU ALAM LENTENG AGUNG, JAKARTA SELATAN
Sentra batu alam Lenteng Agung: Ada sejak 1998 (1)
Oleh Noverius Laoli, Marantina - Selasa, 11 September 2012 | 13:17 WIB
Nah, seiring maraknya pembangunan properti, permintaan terhadap batu alam pun terus meningkat di pasaran. Di Jakarta sendiri terdapat beberapa sentra batu alam. Salah satunya berada di Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Untuk mengakses kawasan ini tidak sulit. Dari Pasar Minggu, Anda tinggal naik angkot sekali menuju Lenteng Agung.
Lokasinya tidak jauh dari stasiun kereta api Tanjung Barat. Setelah stasiun tersebut, Anda sudah bisa melihat deretan pedagang batu alam tepat di samping rel kereta api.
Sanusi, pemilik CV Taman Telaga Kautsar bilang, sentra penjualan batu alam di Lenteng Agung sudah ada sejak tahun 1998. Para pedagang di kawasan ini kebanyakan pindahan dari kawasan Lebak Bulus.
Awalnya, hanya dua pedagang yang pindah dan mendirikan sentra baru di Lenteng Agung. Belakangan, banyak pedagang lain yang ikut merelokasi usahanya ke kawasan ini.
“Daerah ini strategis karena di pinggir jalan dan sering dilewati orang. Sekarang sudah lebih 20 kios didirikan di sini,” kata dia.
Di kiosnya ia menjual aneka batu alam, seperti batu andesit yang dihargai Rp 120 ribu per meter. Selain menjual secara ritel, ia juga kerap mendapat order membuat taman.
Dalam sebulan, ia menerima tiga sampai empat order pembuatan taman. Tarif pembuatan taman ini dipatok Rp 750.000 per meter. Tarif itu sudah termasuk pengadaan batu alam.
Ia mengaku, omzet dalam sebulan mencapai puluhan juta. Pedagang batu alam lainnya, Nana Suryana mengaku, dulunya berjualan batu alam di Lebak Bulus. Setelah berkembang, ia menyerahkan kios di Lebak Bulus kepada orangtuanya.
Sementara, ia pun ikut pindah dengan rekan-rekannya ke Lenteng Agung.Di kiosnya, ia banyak menjual batu andesit. “Yang paling banyak dibeli batu andesit karena anti lumut. Kalau dirata-ratakan dalam sehari, saya bisa jual 20 meter – 100 meter khusus batu andesit saja,” ujar Nana.
Pedagang lainnya, Saripudin mengaku, telah membuka kios batu alam di Jalan Raya Lenteng Agung sejak tahun 1998. Ia mengaku, sebagai orang pertama yang mendirikan kios penjualan batu alam di kawasan ini.
"Saya dulu pindah dari Cirebon dan buka kios batu alam di sini," ujarnya.
Saripudin juga menjual aneka batu alam, seperti batu andesit, batu palimanan, batu Sukabumi, dan batu paras Jogja. Ia mengatakan, dari bisnis ini omzetnya dalam sebulan mencapai Rp 200 juta, dengan laba bersih sekitar 15%. n
Sentra batu alam Lenteng Agung: Hidup harmonis (2)
Oleh Marantina, Noverius Laoli - Rabu, 12 September 2012 | 14:10 WIB
Semua pedagang batu alam di Lenteng Agung, Jakarta Selatan berasal dari
Cirebon. Sebagai sesama pedagang dari Kota Udang, mereka membentuk
paguyuban. Kendati saling bersaing, tidak ada pedagang yang saling
menjatuhkan. Selain menjual batu alam, mereka juga menawarkan jasa
pembuatan taman.
Sentra batu alam di daerah Lenteng Agung,
Jakarta Selatan sudah berdiri sejak tahun 1998 silam. Hingga saat ini,
lebih dari 20 pedagang batu alam meramaikan kawasan tersebut.
Meskipun
sudah banyak kios tumbuh di sentra ini, para pedagang mengaku tingkat
persaingan di antara mereka masih sehat. Maklum, semua pedagang batu
alam yang menempati kawasan ini berasal dari dari daerah yang sama,
yakni Cirebon, Jawa Barat.
Selain pedagang atau pemilik kios,
karyawan yang bekerja di sentra ini juga berasal dari Cirebon. Banyak
dari mereka yang dulunya karyawan, akhirnya memulai usaha sendiri
setelah punya modal dan keahlian.
Sanusi, pemilik CV Taman Telaga
Kautsar, bilang, persaingan antarpedagang di tempatnya berjualan sudah
lumayan ketat. Kendati saling bersaing mendapatkan pembeli, toh,
hubungan sesama pedagang tetap terjalin harmonis.
Lantaran sudah
saling mengenal, sesama pedagang di sentra ini tidak pernah saling
menjatuhkan. "Kami memiliki semacam perkumpulan, sehingga kami tetap
hidup harmonis satu sama lain," ungkap Sanusi.
Pedagang batu alam
lain di sentra ini Nana Suryana mengatakan, di paguyuban itu mereka
sering melakukan kegiatan bersama. Contohnya saat Lebaran kemarin,
mereka melakukan acara mudik bareng ke kampung halaman di Cirebon.
Selain itu, paguyuban juga kerap mengadakan pertandingan olahraga antar-pedagang. "Jadi, jami tetap harmonis," ucap Nana.
Nana sendiri mempekerjakan lima karyawan di kiosnya. Mereka semua juga berasal dari Cirebon. Begitu juga dengan Sanusi.
Walai
berasal dari daerah sama, para karyawan tetap dituntut memiliki
keahlian. Salah satunya harus punya keahlian khusus di bidang pembuatan
taman.
Soalnya, tidak hanya menjual bermacam jenis batu alam,
semua pedagang di sentra ini juga menyediakan jasa pembuatan taman. Jasa
pembuatan taman ini memberikan sumbangan lumayan besar terhadap
pendapatan mereka. Sanusi, misalnya, bisa meraup omzet hingga Rp 45
juta per bulan.
Proses pembuatan taman bisa berlangsung selama
dua hingga tiga minggu, tergantung tingkat kerumitannya. Pasalnya,
banyak juga konsumen yang meminta dibuatkan beberapa elemen, seperti
relief. Hal ini dilakukan agar tampilan tamannya bisa lebih cantik.
Nana
merupakan salah seorang pedagang batu alam di sentra ini yang kerap
mendapat order pembuatan relief taman. Desain reliefnya bermacam-macam,
seperti tebing dan air terjun.
Dalam sebulan, Nana menangani
minimal dua proyek pembuatan taman. Dengan tarif Rp 600.000 per meter,
ia bisa mengantongi omzet Rp 18 juta per bulan. Itu belum termasuk dari
penjualan batu alam.
Saripudin, pedagang lainnya, juga sering
mendapatkan order membangun taman di kompleks perumahan. Bahkan, ia
pernah membuat taman di rumah mantan Presiden Megawati Soekarnoputri
Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. n
Sentra batu alam Lenteng Agung: Iklan internet (3)
Oleh Marantina, Noverius Laoli - Rabu, 12 September 2012 | 19:32 WIB
Sumber Kontan/12/9/2012
Berdiri tahun 1998, sentra batu alam di Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan sudah kesohor di kalangan masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Selain membeli batu alam, banyak juga pelanggan yang meminta dibuatkan taman.Nana Suryana, salah seorang pedagang batu alam bilang, kebanyakan pelanggan dia masih berasal dari daerah Jabodetabek, terutama yang dekat dengan lokasi sentra.
Khusus untuk order pembuatan taman, Nana mengaku lebih senang mengerjakan proyek yang dekat dengan lokasi dia berjualan.
Maklum, selama pengerjaan taman, nana dan karyawannya harus bolak-balik ke kios dan rumah pelanggan untuk mengangkut material. Makanya, ia akan menolak bila mendapat order dari pelanggan yang domisilinya jauh. “Saya tolak kalau terlalu jauh, soalnya pasti berat di ongkos,” kata dia.
Namun tidak begitu dengan Sanusi, pemilik CV Taman Telaga Kautsar. Sanusi sebisa mungkin menerima seluruh order pembuatan taman yang datang kepadanya, meski lokasinya jauh.
Pelanggan Sanusi juga rata-rata berasal dari Jabodetabek. Biasanya pelanggan datang pada akhir pekan. Makanya, ketika hari kerja, sentra ini terbilang sepi pengunjung.
Sanusi mengaku, tidak hanya mendapat pelanggan dari perorangan. "Tapi juga perusahaan, cuma tidak banyak," ujarnya. Konsumen perusahaan ini biasanya meminta dibuatkan taman untuk eksterior kantor. Kebanyakan konsumen menghubunginya setelah melihat iklan yang dipasangnya di internet. “Pasang iklan di media mahal. Jadi saya promosikan saja di internet,” ucapnya.
Iklan di internet juga pernah dilakukan Nana. Ia sempat beriklan di dunia maya pada 2007. Namun, promosi itu tidak lagi dilakoninya sejak dua tahun belakangan.
Ia bilang, sejak mencantumkan nomor ponselnya di beberapa situs, banyak pelanggan yang datang. Setelah pelanggan puas, promosi pun berlanjut dari mulut ke mulut. "Makanya, saya stop promosi lewat internet," ujarnya.
Penjual batu alam lain, Saripudin juga banyak memiliki pelanggan dari Jabodetabek. Namun, ia juga kerap mendapatkan pesanan dari luar kota dan luar pulau, seperti Kalimantan.
Ia mengaku, sebagian besar pelanggannya adalah para pengusaha, politisi, dan artis. "Bahkan Bang Haji Roma Irama juga pernah memesan batu alam dari saya,"ujarnya.
Dari luar negeri, ia mengaku pernah mendapat pesanan dari seorang konsumen di Arab Saudi. Biasanya kalau pesanan dari Arab, ia harus mengantar batu alam itu sampai bandara saja. Setelah itu, akan diurus oleh konsumen itu sendiri.
Sebagian besar pelanggan mendapatkan informasi tentang batu alam yang dijualnya dari para pelanggan sebelumnya. Untuk pasokan batu alamnya sendiri, mereka datangkan dari Cirebon.
Saya punya batu kali kerikil sungai alami untuk, taman, jalan area rmh dan tamn, lantai depan rmh, dining tmn atau rumah, bisa hbngi, WA, 081287839787.
ReplyDelete