5 Tanda Kita Rekan Kerja yang Buruk
Selasa, 25 September 2012 | 10:42 WIB
Mencurigai
setiap orang dan peristiwa yang terjadi di sekitar kita dengan
pikiran-pikiran negatif adalah bentuk ketidakpercayaan pada lingkungan
kerja.
KOMPAS.com
- Dalam satu tim kerja, kenyamanan bekerja sama adalah salah satu kunci
sukses untuk meraih target yang ditetapkan perusahaan. Tetapi kita
sering kali menunjuk kesalahan pada rekan kerja tanpa mengintrospeksi
diri.
Coba amati tanda-tanda berikut. Alison Green, penulis Managing to Change the World: The Nonprofit Leader’s Guide to Getting Results, mengingatkan apabila kita menganggukkan kepala ketika membacanya, sebaiknya kita memperbaiki diri agar teman-teman sekerja tidak menjauhi kita.
Tidak menyanggupi pekerjaan di detik-detik terakhir. Memang selalu ada saja proyek-proyek yang muncul di saat tenggang target mulai mendekat, tapi dengan kepercayaan diri penuh kita mengajukan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Ini akan menjadi petaka ketika kita tidak mengukur beban pekerjaan yang masih menanti untuk diselesaikan. Alih-alih mendapat bonus tambahan, kita justru melimpahkannya kepada rekan kerja dengan membela diri bahwa proyek dadakan tersebut adalah proyek bersama.
Membicarakan orang di belakang telinganya. Beberapa dari kita pasti memiliki rekan kerja yang membuat frustrasi. Tapi kebanyakan dari kita bersikap ramah ketika di depan rekan kerja tersebut. Saat kita berjauhan dari dia, kita justru membicarakan kejelekan-kejelekannya. Ini adalah sikap yang tidak adil. Karena sebenarnya, ketika kita berani membicarakan secara langsung apa yang menjadi ketidaknyamanan kita, maka ada kesempatan bagi rekan kerja untuk memberikan penjelasan. Bisa jadi ketidaknyamanan dalam bekerja karena kurang komunikasi atau adanya kesalahpahaman yang tidak disengaja.
Kita menyebarkan aura negatif. Ketika kita selalu mencurigai setiap orang dan peristiwa yang terjadi di sekitar kita dengan pikiran-pikiran negatif, sebenarnya kita sedang menanam ketidakpercayaan pada lingkungan kerja. Seiring dengan berjalannya waktu, kita akan dinilai sebagai sumber ketidaknyamanan.
Membawa masalah pribadi dalam pekerjaan. Green bercerita, dirinya pernah bekerja dengan seseorang yang selalu menerima telepon dari keluarganya sambil berteriak-teriak atau mencaci-maki, ketimbang memutuskan telepon. Padahal, saat rekan kerjanya menerima telepon tersebut, situasinya adalah sedang bekerja. “Rekan kerja saya lupa, bahwa semua orang di sekitarnya mendengar apa yang dibicarakan dan tidak semua orang merasa harus mendengarkan permasalahan pribadi kita kan?”
Terlalu defensif. Kerja tim yang baik terbangun ketika kita bisa menerima dengan leluasa pujian dan kritik, karena tema besarnya adalah sama-sama memperbaiki diri untuk mencapai target tim. Maka dapat dibayangkan apa yang terjadi ketika kita justru mengelak mati-matian setiap kali “peluru” kritik diarahkan, rekan kerja akan menjauh dan menyebut kita sebagai rekan kerja yang tidak menyenangkan.
Ada berapa banyak tanda-tanda sebagai rekan kerja tidak menyenangkan, melekat dalam diri kita? Berapapun itu, lakukanlah perbaikan diri. Green menyarankan agar kita menuliskan hal-hal apa saja yang harus diubah, beri waktu selama satu bulan untuk melakukan perbaikan.
Lakukan dari yang paling mudah, dan lihat bagaimana perubahan relasi kita dengan rekan kerja. Setelah itu, naiklah ke level perbaikan diri yang lebih tinggi. Perlahan dan pasti sebutan, rekan kerja menyenangkan akan menjadi sebutan baru bagi kita.
(Prevention Indonesia Online/Siagian Priska)
Coba amati tanda-tanda berikut. Alison Green, penulis Managing to Change the World: The Nonprofit Leader’s Guide to Getting Results, mengingatkan apabila kita menganggukkan kepala ketika membacanya, sebaiknya kita memperbaiki diri agar teman-teman sekerja tidak menjauhi kita.
Tidak menyanggupi pekerjaan di detik-detik terakhir. Memang selalu ada saja proyek-proyek yang muncul di saat tenggang target mulai mendekat, tapi dengan kepercayaan diri penuh kita mengajukan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Ini akan menjadi petaka ketika kita tidak mengukur beban pekerjaan yang masih menanti untuk diselesaikan. Alih-alih mendapat bonus tambahan, kita justru melimpahkannya kepada rekan kerja dengan membela diri bahwa proyek dadakan tersebut adalah proyek bersama.
Membicarakan orang di belakang telinganya. Beberapa dari kita pasti memiliki rekan kerja yang membuat frustrasi. Tapi kebanyakan dari kita bersikap ramah ketika di depan rekan kerja tersebut. Saat kita berjauhan dari dia, kita justru membicarakan kejelekan-kejelekannya. Ini adalah sikap yang tidak adil. Karena sebenarnya, ketika kita berani membicarakan secara langsung apa yang menjadi ketidaknyamanan kita, maka ada kesempatan bagi rekan kerja untuk memberikan penjelasan. Bisa jadi ketidaknyamanan dalam bekerja karena kurang komunikasi atau adanya kesalahpahaman yang tidak disengaja.
Kita menyebarkan aura negatif. Ketika kita selalu mencurigai setiap orang dan peristiwa yang terjadi di sekitar kita dengan pikiran-pikiran negatif, sebenarnya kita sedang menanam ketidakpercayaan pada lingkungan kerja. Seiring dengan berjalannya waktu, kita akan dinilai sebagai sumber ketidaknyamanan.
Membawa masalah pribadi dalam pekerjaan. Green bercerita, dirinya pernah bekerja dengan seseorang yang selalu menerima telepon dari keluarganya sambil berteriak-teriak atau mencaci-maki, ketimbang memutuskan telepon. Padahal, saat rekan kerjanya menerima telepon tersebut, situasinya adalah sedang bekerja. “Rekan kerja saya lupa, bahwa semua orang di sekitarnya mendengar apa yang dibicarakan dan tidak semua orang merasa harus mendengarkan permasalahan pribadi kita kan?”
Terlalu defensif. Kerja tim yang baik terbangun ketika kita bisa menerima dengan leluasa pujian dan kritik, karena tema besarnya adalah sama-sama memperbaiki diri untuk mencapai target tim. Maka dapat dibayangkan apa yang terjadi ketika kita justru mengelak mati-matian setiap kali “peluru” kritik diarahkan, rekan kerja akan menjauh dan menyebut kita sebagai rekan kerja yang tidak menyenangkan.
Ada berapa banyak tanda-tanda sebagai rekan kerja tidak menyenangkan, melekat dalam diri kita? Berapapun itu, lakukanlah perbaikan diri. Green menyarankan agar kita menuliskan hal-hal apa saja yang harus diubah, beri waktu selama satu bulan untuk melakukan perbaikan.
Lakukan dari yang paling mudah, dan lihat bagaimana perubahan relasi kita dengan rekan kerja. Setelah itu, naiklah ke level perbaikan diri yang lebih tinggi. Perlahan dan pasti sebutan, rekan kerja menyenangkan akan menjadi sebutan baru bagi kita.
(Prevention Indonesia Online/Siagian Priska)
Editor :
Dini
http://female.kompas.com/read/2012/09/25/10421190/5.Tanda.Kita.Rekan.Kerja.yang.Buruk
No comments:
Post a Comment