Wednesday, September 5, 2012

Berkarier lewat wawasan dan jaringan

PROFESI DESAINER

Desainer: Berkarier lewat wawasan dan jaringan

Desainer: Berkarier lewat wawasan dan jaringan

Dibanding dengan akuntan atau pengacara, tidak banyak orang yang memilih karier di bidang seni desain. Selain kurang prestisius, tidak semua orang memiliki cita rasa seni yang bagus. Padahal, profesi ini bisa menjadi karier seumur hidup.

Negara ini perlu berbangga karena banyak anak bangsa yang mampu berbicara dan berkarya hingga ke pentas internasional. Selain melalui jalur olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi, prestasi itu juga dicapai dengan berkreasi di dunia desain.

Siapa sangka mobil unik Volkswagen (VW) Beetle seri terbaru, misalnya, ternyata karya desainer Chris Lesmana, asal Indonesia? Desainer ini berhasil merebut hati bos Volkswagen, Martin Winterkorn, untuk mendesain ulang "VW kodok" yang akan meluncur di Indonesia tahun depan.

Desainer kondang yang lain, Henricus Kusbiantoro, bisa menjadi contoh kesuksesan. Desainer grafis ini namanya sudah harum sejak tahun 2000. Tanpa perlu bergabung dalam sebuah perusahaan penerbangan atau eksekutif di organisasi internasional, namanya diakui melalui desain logo ciptaannya. Henricus berhasil meraih penghargaan bergengsi tingkat dunia, yakni D&AD London–Merit Award, pada tahun 2007. Karyanya antara lain, logo Japan Airlines tahun 2001 dan logo GE Electronic yang dimodifikasinya tahun 2004. Kini, tak terhitung jumlah logo buatannya untuk perusahaan dan organisasi internasional.

Chris dan Henricus hanyalah dua contoh desainer Tanah Air yang unjuk gigi di mancanegara. Berkat latar belakang pendidikan dan kemampuan menginterpretasi konsep dalam karya desain, mereka dapat berkelana dan bekerja di perusahaan-perusahaan beragam sektor.

Menurut Hendri Hendrawan, desainer grafis di PT BFI Finance, secara umum hampir segala sesuatu yang memerlukan pencitraan dalam komunikasi membutuhkan peran desainer. Mulai dari kemasan produk, situs web, logo, media periklanan, opening tittle sebuah film, kemasan, karya musik, dan sebagainya. Dengan keluasan wadah hasil karya seorang desainer, alhasil profesi ini banyak dicari oleh perusahaan dari berbagai bidang.

Arifdani Nugraha, Senior Art Director PT Inti Artistika Solusitama, menimpali, latar belakang pendidikan desainer biasanya terkait dengan ilmu seni. Ilmu desain bisa diperoleh di fakultas seni rupa dan desain, institut seni, sekolah tinggi seni atau jurusan komunikasi visual. Kalau tak mau jalur resmi, kini juga menjamur beragam kursus multimedia.

Meski begitu, tak tertutup kemungkinan orang tanpa latar belakang pendidikan seperti itu, berprofesi sebagai desainer. Bekal utama bagi calon desainer adalah ketertarikan dan keinginan untuk belajar, serta memiliki citarasa seni.

Menurut Hendri ada perbedaan antara desainer yang menimba ilmu melalui jalur pendidikan formal dengan nonformal. Perbedaan itu terutama ada dalam pola pikir dan metode yang digunakan. "Desainer dengan latar pendidikan desain sudah terbiasa dengan metode yang sistematis. Dengan begitu dia bisa mempertanggung-jawabkan hasil desainnya," kata dia.

Pekerjaan desain yang meliputi proses mencipta, berkreasi, dan merancang memang memerlukan proses panjang untuk menuai hasil yang sesuai dengan selera konsumen. Tak hanya itu, dalam proses mendesain dituntut pula kemampuan analisis, antara lain mampu membaca gejala-gejala dan perilaku di masyarakat. Ini diperlukan untuk mengetahui siapa yang akan diajak berkomunikasi melalui karya desainnya.

Selain itu, menurut Hendri yang baru delapan tahun berkecimpung di dunia desain, seorang desainer perlu memahami faktor psikologis. Tujuannya agar si desainer dapat membangun citra dengan representasi bentuk dan warna. Tak ketinggalan, kemampuan motorik yaitu sebisa mungkin dapat memanifestasikan hasil analisis ke dalam bentuk yang nyata. Kemampuan motorik ini biasanya berkaitan dengan penguasaan peranti lunak desain yang sesuai dengan pekerjaannya.

Arifdani menambahkan, kemampuan lain yang tak kalah penting adalah kreativitas yang sangat tinggi. Apalagi, dalam bidang periklanan, citarasa dan selera dalam mendesain sangat berperan dan menentukan laku tidaknya sebuah produk.


Berpindah kerja

Dengan kemampuan teknis yang dimiliki desainer dan keluasan lapangan kerja, banyak desainer yang mungkin berpikir untuk berpindah kerja demi mencari kepuasan dan tantangan. Menurut Hendri, jika ingin berpindah kerja, hal yang harus diperhatikan seorang desainer adalah tantangan lebih besar yang harus dia hadapi.

Perusahaan yang berkembang adalah perusahaan yang juga mengembangkan karier karyawannya. "Bila ia tidak memberi tantangan baru atau tanggungjawab lebih, berarti ia sudah puas dengan kondisi sekarang dan dia tidak akan kemana-mana," katanya.

Eileen Rachman, konsultan sumberdaya manusia (SDM) dari EXPERD, bilang, karyawan dapat memutuskan keluar jika memang perusahaan tidak memberikan ruang untuk berkembang. Pengembangan diri dapat diberikan oleh perusahaan melalui pelatihan atau kursus tambahan.

Namun untuk memutuskan keluar kerja, seorang desainer harus melihat performanya sendiri. Eileen, yang juga memimpin perusahaan desainer interior Decorous Mitra Selaras, menilai kebanyakan desainer berpikir dirinya hanya seorang desainer. "Padahal ia juga melayani klien," imbuhnya. Desainer harus mampu berorganisasi, bekerja dalam tim dan mendelegasikan tugas bersama serta mengatur waktunya sendiri. Kemampuan pelayanan seperti ini yang sering dilupakan
oleh desainer.

Agar dapat berkembang lebih baik di tempat kerja yang baru, desainer harus bersaing dengan desainer muda yang lain. "Jadi jangan sampai tidak update dalam berbagai hal," katanya. Seperti, tren desain, material baru, dan terus belajar teknologi baru serta riset informasi terbaru terkait pekerjaannya. Maklum, desain adalah sesuatu yang mengikuti zaman dan kemampuan desainer bisa terus berkembang meski usianya sudah menua.

Untuk meningkatkan karier, Eileen menilai desainer dapat terus memperdalam ilmu yang dimiliki dan menambah wawas-an lain yang diperlukan. Alhasil, dia lebih memahami bisnis dan mengetahui para konsumennya. Seperti profesi yang lain, profesionalitas dalam bekerja menjadi kunci utama keberhasilan seorang desainer berkarier di manapun.

Nah, jika Anda tertarik menekuni profesi desainer, sebelumnya perlu mengetahui keluasan bidang pekerjaannya. Maklum, profesi desain beragam, mulai dari desain interior, desain tekstil, desain produk, desain grafis hingga desain multimedia. Setiap cabangnya memiliki karakter pekerjaan yang berbeda.


Desainer Interior

Mungkin banyak orang yang bingung membedakan antara desainer interior dan arsitek. Menurut Yuni Njie, desainer interior sekaligus penulis buku Yuni Jie on Modern Interior Design, desainer interior adalah orang yang melakukan rancang ruang di bagian dalam. "Jadi sangat berbeda dengan profesi arsitek yang melakukan perancangan bagian luar ruangan," katanya.

Menurut perempuan lulusan Seattle's Cornish College of the Arts ini, hampir semua bangunan properti baik residensial maupun komersial membutuhkan sentuhan seorang desainer interior. Deskripsi kerja mereka adalah merancang dan kemudian mengeksekusi desainnya. Bukan berarti desainer interior bekerja sendiri. Mereka juga perlu menganalisis persyaratan dan tujuan klien, lalu memformulasikan semua itu dalam pemilihan warna, perabot, karpet, dan sebagainya yang mendukung keindahan interior.

Lantaran terkait dengan properti tempat tinggal dan komersial, Yuni yang memilih sebagai wiraswasta memiliki beragam klien, baik individu hingga korporasi. Jika desainer interior memilih berkarier di perusahaan atau jadi karyawan, dia dapat berkembang di perusahaan interior desain atau karyawan perusahaan konstruksi, properti, atau arsitektur. Sementara untuk gaji, bagi seorang konsultan seperti Yuni, tarifnya dihitung per meter persegi ruangan yang didesain. Sementara kalau bekerja di perusahaan, dia menerima gaji bulanan Rp 4 juta sampai Rp 20 juta, tergantung dari kompetensi dan senioritas.

Kesuksesan karier seorang desainer interior tergantung dari karya yang dihasilkan. Yuni menilai, semua desainer memiliki keunikan masing-masing. Agar dapat mengembangkan kemampuannya, dia menyarankan desainer selalu belajar dan terus mencari inspirasi. "Kita selalu dapat terinspirasi dengan hal baru dan klien yang beragam sesuai selera masing-masing," katanya. Selain belajar dari proyek yang diberikan para klien, cara informal untuk mengasah ilmu adalah dengan mengunjungi berbagai tempat. Dari perjalanan ke beragam tempat itu bisa memberikan inspirasi atau pandangan baru.

Menurut Yuni, reputasi yang baik dan rekam jejak yang bagus serta citra positif dalam mendesain merupakan modal utama bagi desainer untuk terus berkarya meskipun berpindah ke berbagai perusahaan. "Perusahaan properti dan arsitek selalu dapat dijadikan mitra bagi seorang desainer interior," katanya. Mitra lainnya adalah klien itu sendiri.

Nah, jika klien yang meminta jasa seorang desainer interior adalah klien yang kredibel dan memiliki integritas baik maka si desainer perlu menghasilkan karya terbaik. Sebab, klien seperti itu merupakan alat pemasaran yang terbaik. Namun yang terpenting untuk berkembang adalah pekerjaan itu harus dijalankan sepenuh hati, sungguh-sungguh dan passion yang tinggi. "Saya yakin sukses akan datang sendiri," kata Yuni.


Desainer Produk

Produk seperti mobil atau keretaapi memang dibuat oleh perusahaan manufaktur. Namun desain bentuknya, para desainer yang berperan. Nah, desainer yang bertugas mendesain produk inilah yang disebut dengan desainer produk.

Menurut Harimula Muharam, desainer produk sekaligus Marketing Manager PT Eksonindo Multi Product Industry, produsen tas Exsport, desainer produk bisa mendesain produk atau peralatan yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari. Sayang, pentingnya peran profesi ini sering tidak dipahami oleh beberapa perusahaan lokal.

Profesi ini kerap dianggap hanya sekadar pelengkap. Misalnya, hanya sebagai tukang gambar atau drafter untuk menjiplak produk-produk yang laku di pasaran. Biasanya perusahaan yang berpandangan seperti ini adalah perusahaan yang hanya fokus kepada target penjualan jangka pendek. Jadi, bukan perusahaan yang memperhatikan pengembangan brand secara keseluruhan yang sesungguhnya merupakan investasi jangka panjang.

Agar dapat berkembang baik, menurut Lulla, panggilan akrab Harimula, seorang desainer produk harus memilih berkarier di perusahaan ritel dan manufaktur yang memiliki target jangka panjang. Selain itu, perusahaan itu dinamis dan fokus dalam pengembangan brand dan karakter produk.

Namun, agar dapat berkembang di perusahaan mana pun, seorang desainer produk harus memiliki kemampuan berimbang secara konseptual dan kemampuan teknis. Selain itu, desainer yang baik harus mau mempelajari dan mengerti tentang disiplin ilmu yang lain. Biasanya ini terkait dengan ilmu pemasaran. "Sebab produk tidak hanya harus kreatif, inovatif dan solutif , namun juga harus bisa dijual," katanya.

Seorang desainer produk tidak dapat berdiri sendiri, tapi dia harus mampu dan mau berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu. Untuk itu, beberapa perusahaan biasanya membuat pelatihan internal. Bagi yang belum puas belajar, bisa menggali ilmu dari buku, rekan, atau bahkan klien secara informal. Selain memiliki kemampuan desain, desainer produk harus memiliki keahlian presentasi yang baik dalam memperkenalkan produk desainnya. Sehingga, dapat meyakinkan klien atau manajemen perusahaan tempatnya bekerja.

Menurut Lulla, terkadang desainer memiliki sifat egois yang malah menghambat perkembangan kariernya. Padahal, seorang desainer harus mau bekerjasama dan berkolaborasi dengan banyak orang dari beragam disiplin ilmu untuk selalu membuka mata, telinga dan hati lebar-lebar. "Kita akan banyak menemukan hal-hal baru yang menyenangkan dan sangat
inspiratif," katanya.

Jika semua kemampuan tersebut bisa dikembangkan, tak menutup kemungkinan akan mendapat promosi jabatan. Harimula, misalnya, semula menjabat product research and development. Namun, hanya dalam tempo setahun, dia sudah menjadi marketing manager. Otomatis, pendapatannya pun meningkat. Menurutnya, desainer produk pemula biasanya mendapatkan gaji standar Rp 2 juta–Rp 3 juta. Jika sudah cukup tinggi jabatannya, gaji mereka biasanya mencapai belasan juta rupiah.


Desainer Grafis dan Multimedia

Desainer grafis biasanya memiliki kemampuan yang sama dengan desainer multimedia karena grafis dapat diaplikasikan dalam media visual seperti multimedia. Menurut Arifdani, desainer multimedia bukan pekerjaan yang membosankan tapi penuh tantangan. Maklum, lantaran bentuknya visual, karya desain itu harus bisa dinikmati dan dinilai oleh banyak orang. Bahkan, dapat mempengaruhi orang lain.

Misalnya, jika diaplikasikan dalam merek sebuah produk, maka proses desain mulai dari perancangan logo, kemasan, sampai iklan. "Desain sangat menentukan keberhasilan produk tersebut," katanya.

Di sisi lain, pekerjaan ini penuh dengan persaingan. Sebab, menurut Hendri, hampir semua orang dapat mendesain. Tinggal menguasai program desain, maka orang tersebut dianggap desainer. Artinya, semua orang bisa menjadi kompetitor. "Sialnya, orang-orang, bahkan klien, tidak paham akan kondisi tersebut," kata dia.

Agar tidak kalah bersaing, banyak cara untuk mengembangkan kemampuan. Antara lain, seorang desainer harus mampu mengikuti perkembangan budaya dan teknologi agar tidak ketinggalan tren. "Selain itu harus fokus," kata Hendri. Contohnya, jika seorang desainer grafis ingin ahli dalam animasi, kemampuannya harus terus ditingkatkan demi mengerek kualitas pekerjaannya. Jadi, si desainer memiliki sesuatu yang menonjol, bukan menguasai berbagai hal tapi dangkal.

Jika ingin fokus, desainer perlu mengambil kursus yang lebih spesifik, misalnya jurusan multimedia, kursus web design, animasi, dan sebagainya. "Perbanyak juga membaca dan menguasai teknik baru dalam desain," kata Arifdani.

Selain bekal keilmuan, Hendri menyarankan agar desainer memupuk ilmu lain yang mendukung pekerjaan dalam tim sehingga dapat terus berkembang. "Misalnya, belajar memahami orang lain karena kita
tidak bisa selalu seratus persen idealis seperti yang diyakini," tukas dia. Maklum, desainer berperan memfasilitasi proses komunikasi di antara dua pihak. "Tidak lucu kalau kita berantam terus sama klien atau mitra kerja," imbuhnya.

Selain mengasah kemampuan sendiri, desainer grafis harus mampu mencari perusahaan yang kondusif untuk mengembangkan kariernya. Arifdani dan Hendri bersepakat lingkungan kerja yang paling ideal adalah perusahaan jasa komunikasi visual, seperti biro iklan atau perusahaan non-desain yang menyadari pentingnya desain. Seperti, media massa, broadcasting, pariwisata, dan industri produk. "Sadar desain bisa diartikan juga mereka yang menghargai profesi ini," kata Hendri. Paling mudah melihatnya dalam sebuah struktur organisasi: apakah dalam strukturnya terdapat departemen yang menangani komunikasi visual? Selain itu perlu melihat, bagaimana dan seperti apa proses komunikasinya.

Perusahaan yang menempatkan desainer pada posisi yang strategis biasanya menawarkan jenjang karier yang sudah baku. Mulai dari designer, naik pangkat menjadi senior designer, lalu junior art director, dan promosi jadi senior art director serta creative director.

Semakin tinggi jabatan tentu makin tinggi gaji dan tanggung jawabnya. Misalnya gaji desainer sekitar Rp 3 juta–Rp 6 juta. Adapun gaji creative director tergantung dari skala perusahaannya, antara Rp 15 juta sampai Rp 30 juta per bulan.

Adapun mereka yang berkarier sebagai desainer lepas, biasanya, memperoleh komisi yang diperoleh tergantung dari tingkat kesulitan pekerjaan, seberapa besar klien itu, dan bagaimana desainer menghargai kemampuannya sendiri.

Menarik, kan?

No comments:

Post a Comment