PROFESI AKUNTAN
Oleh Anastasia Lilin Y, Teddy Gumilar - Selasa, 04 September 2012 | 13:39 WIB
Buntut dari bergairahnya iklim bisnis di dalam negeri adalah kebutuhan akan tenaga profesional di bidang akuntansi, keuangan, dan perpajakan makin besar pula. Ibarat pangan yang merupakan kebutuhan pokok, para profesional di bidang-bidang tersebut tak bisa dikesampingkan pemenuhannya bagi sebuah perusahaan.
Kepala Biro Standar Akuntansi dan Keterbukaan, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Etty Retno Wulandari bilang, profesi di bidang akuntansi, keuangan, dan perpajakan akan terus berkembang seiring dengan perkembangan bisnis. "Akuntansi itu adalah bahasa bisnis. Kalau ingin melakukan bisnis harus tahu akuntansi, transaksi harus dicatat dan diperiksa oleh akuntan," beber Etty.
Sayang, kenyataannya, jumlah akuntan publik di Indonesia saat ini hanya 1.000 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang 250 juta maka perbandingannya 1:250.000. Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura kalah jauh. Perbandingan di Malaysia dan Singapura masing-masing adalah 1:23.000 dan 1:5.000.
Ketimpangan tersebut, menurut Etty, adalah tantangan bagi profesi ini. Sebab, bisa disimpulkan bahwa profesi tersebut belum banyak dikenal sehingga tak banyak diminati.
Direktur First Asia Consultant Nining Kristiana menuturkan, pekerjaan di bidang keuangan merupakan salah satu pekerjaan favorit di dunia tenaga kerja karena dibutuhkan semua jenis perusahaan. Keuangan menjadi bagian penting sebuah perusahaan dan menjadi pihak yang paling mengetahui kondisi perusahaan. Maka, "Hampir tidak ada perusahaan yang meng-outsourcing bagian ini kepada pihak lain," ujar Nining.
Senior Consultant PT Consult Group Indonesia Gerard Thema juga menuturkan pendapat serupa tentang betapa dibutuhkannya profesi di bidang akuntansi, keuangan, dan perpajakan. Ketidakseimbangan antara pasokan tenaga di bidang-bidang ini dengan permintaan dari institusi baik dari pemerintah maupun swasta
atau dari perorangan yang menjadi sebab.
Gerard bilang, realita yang terjadi, pengatrol lonjakan permintaan profesi di tiga bidang tersebut tak hanya datang dari perusahaan lokal. Iklim ekonomi dalam negeri yang kokoh seolah menjadi gula bagi semut di dunia internasional. Tak heran perusahaan multinasional banyak yang ngebet berkantor di Indonesia. Perusahaan-perusahaan multinasional ini tentu membutuhkan tenaga di tiga bidang tadi.
Dalam angka, Gerard mengatakan, per tahun Indonesia bahkan kekurangan hingga 10.000 sarjana bidang akuntansi. Pengalaman Gerard, sejumlah kliennya yang berprofesi sebagai akuntan bahkan banyak yang diminta oleh perusahaan di luar negeri. Negara yang cukup banyak mengimpor tenaga akuntan adalah Australia dan Selandia Baru. "Artinya permintaan besar itu tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga luar negeri," ujar Gerard.
Khusus untuk bidang perpajakan, praktisi pajak Agus Susanto Lihin mengatakan,
seorang profesional pajak mengemban tantangan khusus dalam menjalankan profesi. Tantangan tersebut adalah
mengedukasi masyarakat tentang apa itu pajak, mulai dari mekanisme, sistem pelaporan, dan sanksi jika tak memenuhi kewajiban. Termasuk, soal hak-hak bagi wajib pajak, seperti meminta pengurangan pajak.
Masuk institusi atau buka sendiri?
Jika dikategorikan, setidaknya ada dua pilihan untuk berkarier di bidang yang bertalian dengan dunia akuntansi, keuangan, dan perpajakan. Seseorang bisa memilih bergabung dalam sebuah institusi, baik institusi pemerintah maupun swasta. Bisa juga, seseorang memilih untuk menggelar usaha sendiri dengan membuka kantor jasa konsultan.
Agus memberikan perbandingan khusus untuk konsultan pajak. Poin lebih menjadi konsultan pajak di perusahaan adalah tidak mengenal masa sepi order karena orang tersebut dibayar dengan sistem gaji tetap tiap bulan. Namun, minusnya, seseorang tersebut bisa saja melewatkan kemungkinan mendapat penghasilan yang lebih besar dibandingkan dengan bekerja di perusahaan.
Sementara, kelebihan menjadi konsultan pajak independen adalah memiliki waktu yang tidak terbatas dan kemungkinan mendapatkan penghasilan yang lebih besar pada masa-masa banjir order. Kekurangannya adalah pada saat benar-benar tak ada pekerjaan atau jika tak pandai mencari klien, maka bisa saja tak ada pemasukan yang didapat.
Oh, iya, untuk akuntan publik dan konsultan pajak independen, memang ada masa-masa ketika permintaan pekerjaan bisa datang membeludak. Antara lain, saat menjelang tenggat pelaporan kinerja perusahaan atau saat menjelang waktu pengisian surat pemberitahuan (SPT) pajak.
Gerard menyarankan, bagi fresh graduate sebaiknya memulai karier dengan bekerja para perusahaan lain dulu. "Supaya bisa belajar dulu sambil mengumpulkan kekuatan," kata dia.
Pahami strategi
Meski peluang berkembang besar, para profesional di bidang akuntansi, keuangan, dan perpajakan tetap butuh bekal. Jika kualitas melempem, perusahaan mana yang mau mempekerjakan Anda? Agar tak jadi penyandang gelar sarjana semata, simak beberapa
saran berikut:
• Memperkaya kemampuan
Mari kita coba bahas satu per satu mulai dari profesi di bidang akuntansi dan keuangan. Di luar pendidikan formal yang bisa ditempuh, yakni dari jenjang sarjana, pascasarjana, dan doktoral, seseorang bisa memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan yang bisa didapat melalui kursus bersertifikasi yang resmi.
Misalnya, kursus untuk mendapat sertifikat Certified Public Accountant (CPA) atau Certified Management Accountant (CMA). Gerard menjelaskan, kursus tersebut digelar oleh sejumlah universitas seperti Universitas Indonesia (UI), Atmajaya, dan Trisakti.
Biaya kursus yang ditawarkan beragam. Selain karena faktor kebijakan institusi penggelar kursus, mahal dan murahnya biaya kursus juga dipengaruhi materi yang diajarkan dan lama kursus. Gerard bilang, rata-rata Rp 30 juta untuk waktu kursus tiga hingga enam bulan. "Kalau yang bagus sekitar Rp 50 juta," ungkap dia.
Etty mengatakan, seseorang yang berprofesi di bidang akuntansi dan keuangan harus selalu mengetahui perkembangan terbaru aturan-aturan penghitungan keuangan. Sistem penghitungan keuangan terbaru yang wajib diketahui akuntan dan profesional keuangan adalah International Financial Reporting Standard
(IFRS) 2012, yang menggantikan IFRS 2009.
Tak hanya itu, mulai tahun depan, pemerintah juga mulai menerapkan International Standard on Auditing (ISA). Jadi, para akuntan dan profesional keuangan pun harus paham dengan regulasi baru yang akan ditetapkan tersebut. "Standardisasi tersebut sifatnya global dan sebagai anggota G20, tentu Indonesia harus mengikuti perkembangan yang ada," tandas Etty.
Di luar kemampuan dalam bidang akuntansi, Nining mengatakan, modal terpenting yang harus dimiliki karyawan di bidang keuangan adalah integritas dan mampu menjaga rahasia perusahaan. Di samping itu, makin tinggi jabatan, kemampuan untuk memimpin atau leadership juga mesti diasah agar bisa berkoordinasi baik dengan para bawahan.
Lantas, apa saja yang harus dimiliki seorang profesional di bidang perpajakan? Agus mengatakan, jika ingin membuka usaha sendiri alias menjadi konsultan pajak, seseorang harus sudah menempuh pendidikan formal minimal sarjana. Bekal pendidikan tersebut lantas digenapi dengan beberapa kemampuan yang ditunjukkan dalam sertifikat.
Sertifikat yang dimaksud adalah sertifikat brevet pajak dari Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) dan memiliki izin praktik dari Direktorat Jenderal Pajak. Brevet konsultan pajak dibagi menjadi tiga, yakni A, B, dan C.
Golongan A adalah sertifikat khusus menangani wajib pajak perorangan. Golongan B merupakan sertifikat yang membolehkan konsultan pajak menangani perorangan dan perusahaan yang berstatus dalam negeri. Sementara, golongan C paling luas karena sertifikat ini memungkinkan konsultan pajak bisa menangani perorangan, perusahaan dalam negeri, dan perusahaan yang berstatus
multinasional.
Agus menjelaskan, setidaknya ada lima fungsi konsultan pajak, meliputi perencanaan manajemen perpajakan, membantu pengisian SPT pajak, melakukan pendampingan pajak, dan menangani kasus perpajakan. Tak lupa, konsultan pajak juga bertugas mengevaluasi pajak.
• Menjalin jaringan
Para praktisi sepakat, menjalin jaringan menjadi modal utama lain yang harus dipenuhi para profesional di bidang akuntansi, keuangan, maupun perpajakan. Sebab, profesi ini sangat berkaitan dengan berbagai profesi lain dan banyak institusi. "Mereka akan berhubungan dengan banyak pihak, seperti shareholder, bank, Bapepam-LK, dan sebagainya," ujar Managing Director Headhunter Indonesia Haryo Suryosumarto.
Bagaimana caranya mendapatkan jaringan? Etty membeberkan banyak cara, seperti bergabung dengan ikatan alumni di kampus, menjalin diskusi dengan grup mailing list, serta mengikuti aneka seminar dan asosiasi yang berkaitan dengan bidang-bidang ini. Untuk para akuntan, misalnya, bisa bergabung dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Sedangkan untuk konsultan pajak bisa bergabung dengan IKPI.
Saran lain, mengajar di universitas seperti yang Etty la-koni. Dengan begini, seseorang bisa menjalin komunikasi dengan para akademisi. "Makin banyak menjalin networking, maka pengetahuan akan bertambah dan luas," tutur Etty.
• Menjaga loyalitas klien
Menjaga loyalitas klien juga menjadi modal lain yang harus dipenuhi. Meski jumlah profesional di tiga bidang ini sedikit, persaingan di dunia kerja tetap ada. Terutama, persaingan di kalangan para profesional yang membuka usaha sendiri atau para konsultan, baik akuntan publik maupun konsultan
pajak.
Untuk memenangkan "pasar", mau tak mau para profesional mesti menyuguhkan pelayanan yang memuaskan para klien. Gerard bilang, seseorang harus mampu responsif terhadap kebutuhan klien dan bisa menyuguhkan nilai tambah yang berbeda dari pesaing.
Agus menambahkan soal profesionalisme, integritas, dan memegang teguh kode etik profesi. "Karena bisnis ini sangat menjunjung tinggi kepercayaan," kata Agus.
Nah, selamat mengembangkan diri dan sukses dalam berkarier!
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/akuntan-dibutuhkan-selama-detak-bisnis-berdenyut
No comments:
Post a Comment