Wednesday, June 6, 2012

KIAT MANAJEMEN: Memilih Gaya Kepemimpinan


Large_pemimpin


Barangkali tidak banyak yang pernah mendengar nama Miovision Technologies Inc (Miovision). Beberapa waktu lalu, sang CEO, Curtis McBride, dianugerahi Peter Brojde Award untuk kategori pemimpin eksekutif Kanada masa depan.

Nama penghargaan ini diambil dari mendiang Peter Brojde, salah seorang pengusaha terkemuka dan dihormati di Kanada. Semasa hidupnya, Brojde telah dianugerahi berbagai penghargaan atas jasa-jasanya dalam pengembangan industri berteknologi tinggi.

Miovision adalah perusahaan penyedia solusi cerdas guna mengatasi masalah transportasi. Melalui teknologi berbasis video dan jaringan, perusahaan ini membantu pengumpul data, konsultan lalu lintas, dan pemerintah daerah mengurangi biaya dalam mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data-data lalu lintas yang akurat.

Produk Miovision membantu mengurangi kemacetan lalu lintas, meminimalkan dampak lingkungan, dan memperbaiki tingkat keselamatan di jalan raya.

Miovision didirikan pada 2005 di Accelerator Centre, Waterloo, Ontario. Di sini lah pusat perusahaan-perusahaan yang baru berdiri mengkomersialisasi teknologi penelitian dan pengembangan mereka.

Hanya dalam waktu 6 tahun, Miovision telah mampu menjadi perusahaan bertaraf internasional dengan lebih dari 250 pelanggan di 27 negara dan lima benua.

Miovision memiliki tingkat keluar masuk karyawan yang rendah berkat visi, budaya dan gaya kepemimpinan yang dikembangkan McBride. Karyawan percaya dengan produk perusahaan. Mereka percaya sepenuhnya pada McBride, sementara McBride sendiri yakin akan kemampuan dan potensi karyawannya.

McBride juga rajin menyelenggarakan seminar pengembangan kepemimpinan internal, pertemuan informal seluruh pemangku kepentingan, dan pengembangan tim. Dan yang terpenting, ia menerapkan kebijakan pintu terbuka, selalu siap untuk berdiskusi dengan stafnya tentang setiap masalah, baik besar maupun kecil.

Otokratis vs Demokratis

Bercermin kepada keberhasilsan McBride memimpin Miovision, gaya kepemimpinan (leadership style) memang menjadi salah satu faktor penting penentu kesuksesan organisasi. Gaya kepemimpinan berarti sikap dan pendekatan pemimpin dalam memberikan arahan,  menerapkan rencana dan strategi, dan memotivasi pengikutnya. Situasi yang berbeda mensyaratkan gaya kepemimpinan yang berbeda.

Bila waktu mengambil keputusan sangat terbatas dan pemimpin memiliki visi, pengalaman, dan keahlian yang lebih tinggi serta sumber daya yang lebih banyak, gaya kepemimpinan yang dianut cenderung bersifat otokratis.

Gaya ini banyak diterapkan terutama oleh perusahaan-perusahaan yang baru berdiri.  Dalam gaya kepemimpinan ini,  seluruh kekuasaan untuk mengambil keputusan berada di tangan pemimpin, yang sekaligus berperan sebagai manajer, wirausaha, bahkan figur ayah/ibu.

Pemimpin yang otokratis menuntut kepatuhan total dari para pengikutnya tanpa terlalu banyak bertanya. Mereka menerapkan kontrol ketat, membatasi konsultasi dengan pengikut, dan mengendalikan arus keluar masuknya informasi.

Akan tetapi, seiring tumbuh kembangnya organisasi dan semakin beragamnya latar belakang dan karakteristik karyawan yang bergabung, gaya kepemimpinan yang otokratis tidak dapat lagi dipertahankan karena berpotensi menimbulkan perlawanan, ketegangan, bahkan kebencian.

Bila dibiarkan, hal ini pada gilirannya akan menurunkan moral dan meningkatkan tingkat keluar masuk karyawan. Tidak heran bila kemudian banyak pemimpin yang membuka ruang partisipasi yang lebih luas meski kendali kepemimpinan tetap berada di tangan diri dan kelompoknya.

Para pemimpin ini memberikan keleluasaan bagi pengikut untuk mengambil keputusan terkait pekerjaan yang mereka lakukan, sementara pada saat yang sama tetap memberikan panduan, bimbingan, dan sumber daya yang dibutuhkan sehingga karyawan merasa lebih diperhatikan dan dihargai.

Pemimpin juga lebih sering melakukan musyawarah dengan para manajer di bawahnya sehingga tercapai konsensus. Gaya ini cocok diterapkan jika para pengikut memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan yang lebih tinggi serta pengalaman yang lebih banyak; pengikut bangga terhadap pekerjaaan mereka; dan jika pengikut dapat lebih dipercaya.

Gaya ini ternyata banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan keluarga, terutama di Asia. Ini kerap dipelopori oleh generasi penerus, yang banyak di antaranya lulusan dari universitas-universitas terbaik di negara-negara maju semisal Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Australia.

Jika sebuah organisasi bercita-cita mewujudkan kesetaraaan di antara para anggotanya, gaya kepemimpinan yang demokratis cocok diterapkan. Pemimpin yang demokratis rajin memberikan informasi kepada karyawan terkait dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Diskusi, debat, saling tukar gagasan, dan keterlibatan aktif anggota menjadi ciri-ciri utamanya.

Kepemimpinan yang demokratis dapat membantu menghasilkan ide-ide yang lebih baik dan solusi yang lebih kreatif.  Meski ideal, namun sebuah organisasi harus berhati-hati karena gaya ini tidak selalu cocok diterapkan.

Gaya kepemimpinan demokratis akan efektif bila karyawan memiliki kompetensi tinggi, karyawan bersedia berbagi pengetahuan; dan tersedia waktu yang cukup untuk berkontribusi. Namun tidak cocok diterapkan jika waktu yang tersedia terbatas, kesalahan tidak dapat ditoleransi karena berakibat fatal, dan keselamatan karyawan menjadi hal utama. Di samping itu, bila kejelasan peran tidak ada, gaya kepemimpinan yang demokratis justru akan menghambat penyelesaian pekerjaan.

Jadi, pimpinan harus pandai-pandai memilih gaya kepemimpinan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi organisasi.(msb)

Sumber:
http://www.bisnis.com/articles/kiat-manajemen-memilih-gaya-kepemimpinan

No comments:

Post a Comment