Juni 27, 2012
ETF (exchange-traded funds) pertama kali digulirkan oleh State
Street Global Advisors pada 1993 dengan memperkenalkan indeks Standard
& Poor’s 500 (SPDR). Sejak itu popularitas ETF terus tumbuh dan
mengumpulkan aset dengan kecepatan yang tinggi. Cara termudah untuk
memahami ETF adalah membayangkannya sebagai reksadana yang
diperdagangkan seperti saham. Cara bertransaksi yang seperti saham itu
adalah salah satu dari banyak fitur yang membuat ETF menjadi begitu
populer, tertutama di kalangan investor profesional dan individual yang
rajin bertransaksi.Manfaat bertransaksi seperti saham
Cara termudah untuk menyoroti manfaat perdagangan ETF yang seperti saham adalah untuk membandingkannya dengan perdagangan reksadana. Pembentukan harga reksadana terjadi sehari sekali, menjelang penutupan bursa. Siapapun yang membeli reksadana pada hari itu mendapatkan harga yang sama, tak peduli pada jam berapa mereka melakukan pembelian pada hari itu.
Karena ETF dapat ditransaksikan sepanjang jam buka bursa (intraday) – seperti halnya saham dan obligasi tradisional – maka memberi kesempatan kepada investor untuk berspekulasi dengan memanfaatkan pergerakan pasar jangka pendek melalui transaksi efek tunggal. Sebagai contoh, jika S&P 500 mengalami lonjakan kenaikan harga pada hari itu, investor dapat mencoba untuk mengambil keuntungan dari kenaikan ini dengan membeli ETF yang mencerminkan indeks (seperti SPDR). Investor juga dapat menahannya untuk beberapa jam selama harga terus naik dan menjualnya dengan mengambil untung sebelum bursa tutup. Investor reksadana yang mengacu pada S&P 500 tidak mempunyai kemampuan itu – sifat dasar cara perdagangan reksadana tidak memungkinkan investor spekulatif untuk mengambil keuntungan dari fluktuasi harian sekeranjang efek.
Sifat ETF yang mirip saham memungkinkan investor aktif untuk melakukan lebih dari sekedar melakukan perdagangan intraday. Tak seperti reksadana, ETF juga dapat digunakan untuk strategi perdagangan spekulatif, seperti short selling dan bertransaksi dengan marjin. Singkatnya, ETF memungkinkan investor untuk memperdagangkan seluruh saham di pasar dalam satu saham tunggal.
Rasio biaya rendah
Semua orang senang menghemat pengeluaran, terutama investor yang mencairkan tabungannya untuk diputar ke dalam portofolionya. Dalam hal menghemat pengeluaran, ETF benar-benar melakukannya. ETF menawarkan semua manfaat yang berkaitan dengan index fund (reksadana yang pembentukan portofolionya berdasarkan indeks tertentu, seperti S&P 500) – seperti pertukaran yang rendah dan diversifikasi yang luas (dengan tidak menyebutkan statistik bahwa 80 persen reksadana yang lebih mahal dan aktif dikelola gagal mengalahkan acuannya) – plus biaya ETF jauh lebih rendah.
Kendati demikian, perlu diingat bahwa karena ETF diperdagangkan melalui perusahaan sekuritas, setiap transaksi dikenakan biaya komisi. Untuk menghindari agar biaya komisi tidak mengurangi nilai rasio biaya rendah, bertransaksilah di broker yang mengenakan komisi yang rendah, dan berinvestasilah dengan nilai yang cukup besar. ETF juga akan lebih bermanfaat bagi investor beli dan tahan yang mempunyai posisi untuk melakukan eksekusi dalam jumlah besar, sekali berinvestasi lalu duduk manis.
Diversifikasi
ETF akan mudah dikelola ketika investor ingin menyusun portofolio yang terdiversifikasi. Sejatinya, ETF juga meliputi kelompok aset lain seperti surat berharga berpendapatan tetap (fixed income). Meskipun ETF berbasis fixed income lebih sedikit memberikan pilihan, namun masih banyak memberikan pilihan, termasuk ETF yang terdiri dari obligasi jangka panjang, obligasi jangka menengah, obligasi jangka pendek. Meskipun ETF fixed income sering dipilih karena pendapatan yang dihasilkan dari dividen, beberapa ETF efek juga memberikan dividen. Pembayaran dividen itu dapat didepositokan ke dalam rekening broker atau diinvestasikan kembali. Jika Anda berinvestasi di ETF yang membayarkan dividen, pastikan untuk mengecek biaya sebelum menginvestasikan kembali dividen tersebut. Ada perusahaan yang membebaskan biaya reinvestasi dividen, ada pula yang tidak.
Banyak studi menunjukkan bahwa alokasi aset adalah faktor utama dalam hasil investasi, dan ETF merupakan cara yang paling nyaman bagi investor untuk membangun portofolio yang memenuhi spesifikasi kebutuhan alokasi aset. Sebagai contoh, seorang investor mencari sarana untuk mengalokasikan dananya sebanyak 80 persen di saham, dan 20 persen obligasi dapat dengan mudah membentuk portofolio dalam ETF. Investor tersebut dapat melakukan diversifikasi lebih banyak lagi dengan membagi porsi sahamnya menjadi saham berkapitalisasi besar bertumbuh dan saham berkapitalisasi kecil bernilai, dan porsi obligasi menjadi obligasi jangka menengah dan obligasi jangka pendek. Atau, akan lebih mudah dengan membentuk portofolio dengan perbandingan obligasi terhadap saham, 80/20 dan menyertakan ETF yang melacak obligasi jangka panjang. Semakin besar jumlah ETF yang tersedia akan memungkinkan investor untuk dengan cepat dan mudah membangun portofolio yang terdiversifikasi yang dapat memenuhi semua model alokasi aset.
Efisiensi pajak
ETF sangat disukai oleh investor yang peduli pajak karena portofolio yang merepresentasikan ETF jauh lebih efisien dalam hal pajak, ketimbang reksadana indeks. Sebagai tambahan untuk menghasilkan perputaran yang lebih rendah – manfaat dari mengaitkan dengan indeks – struktur unik ETF memungkinkan investor memperdagangkan dalam volume yang besar (pada umumnya investor institusional) untuk menarik investasinya (redemption) tidak secara tunai. Ini berarti bahwa investor yang bertransaksi ETF dalam volume besar dapat me-redeem dalam bentuk porsi saham yang menjadi bagian dalam ETF. Penerapan hal ini meminimalkan implikasi pajak bagi investor yang menukar ETF-nya sehingga investor dapat menunda sebagaian besar pajaknya, hingga ia menjual investasinya.
Kesimpulan
Kenapa ETF menjadi begitu populer, mudah dimengerti. Biaya-biaya yang ditimbukannya rendah, portofolio menjadi fleksibel, dan efisien pajak. Dorongan untuk memperluas ETF, sebagian besar datang dari investor profesional dan aktif bertransaksi. Namun, investor jangka panjang akan menemukan bahwa ETF berbasis pasar yang luas dapat menemukan tempat dalam portofolio mereka ketika mereka mempunyai kesempatan untuk membeli sejumlah besar efek. Investor yang tertarik pada pengelolaan dana secara pasif, dan secara teratur berinvestasi dengan jumlah relatif sedikit, disarankan agar tetap berinvestasi di reksadana indeks konvensional. Komisi broker pada transaksi ETF akan menjadi terlalu mahal bagi mereka yang berada dalam tahap akumulasi proses investasi.
Sumber: www.investopedia.com
http://ipotindonesia.wordpress.com/2012/06/27/5118/
No comments:
Post a Comment