Thursday, June 21, 2012

Keterbatasan Fisik Tak Menghalangi Jadi Pengusaha

Views :282 Times PDF Cetak E-mail
Kamis, 21 Juni 2012 09:20
leleasap0612Memiliki keterbatasan fisik bukan untuk diratapi. Dengan semangat dan kerja keras, orang cacat pun bisa meraih sukses, bahkan melampaui pencapaian orang dengan fisik yang normal. Anasril, warga Nagari Bonjol, Kabupaten Pasaman yang mengalami cacat pada kaki bagian kanan sudah membuktikannya. Dia sukses jadi pengusaha lele asap. Bagaimana kisahnya?

Di tengah masyarakat, masih banyak kita temukan orang yang meratapi kondisi fisiknya yang terbatas. Mereka menjadi pengemis di persimpangan jalan. Berharap belas kasih dari setiap orang yang lewat. Kondisi ini terus berlangsung tanpa mereka berpikir untuk mengagas usaha untuk bisa hidup Mandiri.

Beda dengan Anasril. Dia tak mau tergantung dengan orang lain, apalagi sampai meminta-minta. Baginya, setiap orang punya kemampuan untuk berusaha meski fisiknya cacat. Dia merintis berbagai usaha hingga akhirnya sukses menjadi pengusaha lele asap.

Anasril mengalami cacat pada bagian kaki kanannya. Kakinya itu terpaksa diamputasi karena kecelakaan tambang di Bonjol. Saat itu dia pulang kam­pung selepas mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dari Perusahaan Minas Pagai.

Anasri sempat putus asa. Dia bingung bagaimana harus menyambung hidup dengan kondisi fisiknya yang terbatas. Menjadi penambang tentu butuh fisik yang kuat. Akhirnya dia memutuskan berhenti jadi penambang dan mencoba bisnis bunga. Profesi itu dia lakoni hingga tahun 2002. Dia jualan tidak hanya di Pasaman tapi sampai ke sejumlah pasar di kabupaten lain seperti Pasar Lubukalung dan Pauh Kamba di Padangpariaman.

Bisnis bunga tak begitu menggembirakan, sementara kebutuhan hidup terus meningkat. Anasril kemudian diajak kawannya Khadafi untuk mengelola usaha ikan salai di daerah Kumpulan pada tahun 2007. Dia menjadi karyawan di sana tetapi hanya bertahan satu tahun. Tahun 2008 dia memutuskan berhenti dan mencoba membuka usaha sendiri di daerah Pasar Ganggo Hilir, Nagari Ganggo Hilir, Kecamatan Bonjol, Pasaman.

Usaha itu dia buka dengan modal Rp15 juta, yang sebagian dipinjam dari teman dan diberi nama POKLAHSAR.

Usaha barunya ini pada awalnya tidak berjalan sesuai harapan. Tahap awal dia merugi sampai Rp5 juta. Penyebabnya saat itu, ikan lele yang menjadi bahan baku ikan salai yang dibelinya dari sejumlah pe­dagang di Sumbar tidak bisa diolah, karena ukurannya terlalu kecil serta ada juga yang mati.

Tak mau larut dalam kerugian, Anasril memutar otak­nya. Untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang kembali, dia kemudian membuat kolam ikan berukuran 5X6 meter untuk kolam pembesaran ikan lele yang tempatnya dibuat berdekatan dengan tempat pengasapan ikan salai. Kolam ini dibuat untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku pembuatan ikan salai.

Ikan lele yang berukuran kecil yang dibeli dari sejumlah pedagang itu selanjutnya dibesarkan di kolam sebelum diolah menjadi ikan salai. Untuk dijadikan ikan salai, ikan lele harus berumur dua bulan. Jika ikan lele terlalu besar, tidak bagus untuk diolah menjadi ikan salai.

Anasril menceritakan proses pembuatannya pun sangat gam­pang. Ikan lele segar diolah dalam sebuah oven besar untuk pengasapannya. Untuk men­dapatkan satu kilogram ikan salai kering diolah dari empat kilogram ikan lele segar atau basah.

Cara pengolahannya, ikan lele segar terlebih dahulu dibelah dan dibersihkan. Setelah dibersihkan selanjutnya diberi aneka bumbu olahan. Kemudian ikan lele yang telah diberi bumbu di asap dalam sebuah oven besar.

Pengasapan ikan salai ini membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni dari pukul 09.00 WIB-17.00 WIB merupakan proses pembentukan ikan salai. Kemudian dari pukul 17.00 WIB-21.00 WIB baru masuk proses pengasapan.

”Satu oven, bisa menghasilkan 70 Kg ikan salai dengan dua trip pengasapan. Saat ini, saya baru memiliki tiga oven untuk pengolahan ikan salai. Dimana dua dibeli dari modal sendiri dan satunya lagi bantuan dari Dinas Perikanan Pasaman,” paparnya.

Seiring berjalannya waktu, usaha ini mulai menampakkan hasil. Jika diawal produksi, hanya mampu menghasilkan 400 kilogram setiap minggu, kini usahanya mampu berproduksi satu ton per minggunya. Berbicara mengenai keuntungan, dari hasil penjualan ikan salai itu, dia mendapat pendapatan sebesar Rp1 juta per minggunya. Keuntungan inilah yang diputar kembali untuk memperbesar usahanya itu.

”Alhamdulillah, usaha ini berangsur-angsur berhasil. Kendala dan hambatan yang dialami bisa diatasi dengan cepat,“ sebut Anasril.

Hambatan dan kendala bahkan harus menanggung rugi, tidak mematahkan semangat Anasril untuk terus berusaha memperbaiki usahanya agar bisa meraih keuntungan. Kini, usaha ikan salai produksinya telah merambah hampir seluruh wilayah Sumbar dan juga di luar Sumbar seperti Pekanbaru dan Jambi.

Dengan usahanya itu pula, Anasril telah mampu me­mo­ti­vasi masyarakat untuk mem­buka usaha budidaya lele. Ka­rena, mereka yakin a pasar untuk ikan lele masih terbuka lebar di berbagai daerah dan luar provinsi, sedangkan suplainya masih kecil.

Berkat kesuksesannya itu juga, Anasril selalu diamanahkan untuk mengikuti seminar, festival, pameran, expo tentang pengolahan produk makanan ikan salai baik yang diadakan oleh Provinsi Sumbar maupun oleh pemerintah pusat.

Tahun 2010 dia terpilih mewakili Sumbar untuk mengikuti Festival Lele Nusantara yang diadakan di Senayan City Jakarta bersama Ibu Negara, Ani Yudhoyono dan Menteri Kelautan dan Perikanan kala itu Fadel Muhammad pada tahun 2010.

Bahkan dia juga didaulat sebagai pemateri oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Pa­saman untuk memberikan ilmu kepada masyarakat terkait tata cara pengolahan ikan salai.

Tak hanya itu, tempat pengolahan ikan salai miliknya juga menjadi tujuan belajar bagi daerah lain, seperti Jambi yang ingin belajar dan menimba ilmu tentang pengasapan ikan salai. ”Dengan senang hati, saya me­nerangkan bagaimana caranya memproduksi ikan salai yang enak, gurih dan renyah,” pa­parnya.

Terakhir dia berpesan kepada masyarakat, khususnya yang mempunyai keterbatasan fisik, jangan jadikan kekurangan itu sebagai keluhan dan alasan untuk tidak berbuat sesuatu. Teruslah berusaha, berkarya dan berprestasi. ”Dan yakinlah, jika kita bersungguh-sungguh maka suatu saat kita akan meraih kesuksesan,” pesannya. (*/Padang Ekspres)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/kuliner/17867-keterbatasan-fisik-tak-menghalangi-jadi-pengusaha.html

No comments:

Post a Comment