Merajut usaha dari kerajinan tas alami
Oleh Noverius Laoli - Senin, 25 Juni 2012 | 14:37 WIB
Salah satu perajin tas berbahan alami yang sudah menembus pasar ekspor adalah Eka Nadia di Sleman, Yogyakarta. Di bawah bendera usaha CV Nareswari, ia telah berhasil membuat tas dengan berbagai model.
Usaha ini telah ditekuninya sejak tiga tahun silam. Selama menjalani usaha ini, Eka lebih banyak mengekspor produknya ke luar negeri ketimbang menjualnya di dalam negeri.
Pasalnya, di luar negeri, tas buatannya dihargai lebih mahal. Selain itu, permintaan di pasar luar negeri juga lebih tinggi. Sementara di dalam negeri, peminatnya hanya terbatas di kota-kota besar, seperti Jakarta.
Bahkan, di Yogyakarta sendiri tidak begitu banyak peminatnya. Eka sendiri tidak mengekspor langsung produk tas buatannya itu. "Untuk pasar luar negeri saya menjualnya melalui agen," katanya.
Hampir semua tas yang diproduksinya merupakan tas wanita. Lantaran menggunakan bahan alami, seperti serat kayu, serta rami, daun pandan, dan batok kelapa, tas-tas buatannya memiliki bentuk dan warna yang unik.
Harga jual tas tersebut bervariasi dan tergantung ukurannya. Untuk tas berukuran 30 sentimeter (cm) x 20 cm dibanderol Rp 60.000 - Rp 80.000 per tas. Sementara ukuran 30 cm x 25 cm dan ukuran 35 cm x 25 cm dibanderol mulai Rp 85.000 - Rp 100.000 per tas.
Namun, bila dijual ke agen untuk pasar luar negeri harganya bisa lebih tinggi. Yakni, mulai Rp 130.000 - Rp 135.000 per tas.
Dalam sebulan Nadia bisa menjual hingga 500 tas. Dari penjualan sebanyak itu, sekitar 80%-nya diekspor ke sejumlah negara, seperti Brasil, Amerika Latin dan Jepang. Sementara sisanya dijual di pasar domestik.
Dari penjualan tersebut, omzet yang dikantonginya sekitar Rp 30 juta-Rp 50 juta per bulan. Adapun laba bersihnya sekitar 30%. "Tapi kalau menjual ke agen luar negeri untungnya lebih tinggi lagi," papar Nadia.
Menurutnya, kunci sukses bisnis ini harus pandai-pandai melihat tren, seperti bentuk, warna, dan detail sebuah produk. Para agen juga sangat memperhatikan tren tersebut. "Selain tren, produsen juga harus bisa membaca selera konsumen," ujarnya
Pemain lainnya adalah Ari Wibowo asal Yogyakarta. Ia memproduksi tas dengan bahan dasar serat alam, seperti kayu, pandan, dan eceng gondok. Produk tas buatannya dibanderol mulai Rp 30.000 sampai Rp 90.000 per pieces.
Konsumen utamanya adalah para wisatawan asing yang tengah melancong ke Yogyakarta. Dalam sebulan, Ari mengaku bisa menjual 50 tas, dengan omzet sekitar Rp 4 juta - Rp 5 juta.
Selain tas, ia juga memproduksi keranjang pakaian yang terbuat dari serat kayu. Produk keranjang ini dihargai lebih mahal sekitar Rp 150.000 - Rp 250.000 per keranjang.
Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/merajut-usaha-dari-kerajinan-tas-alami
No comments:
Post a Comment