Views :262 Times |
Rabu, 20 Juni 2012 14:40 |
Berawal
dari berjualan besek, tenggok, dan tampah, Suryadi berhasil menjadi
eksportir barang-barang kerajinan ke Amerika Serikat. Dalam setahun,
perajin bambu tradisional asal Yogyakarta itu mengekspor 18 kontainer
dengan nilai masing-masing Rp 120 juta. Langkah pertama kerajinan ini adalah memotong bambu sesuai ukuran yang diinginkan. Bambu kemudian dibelah dalam bentuk yang lebih kecil, sebuah proses yang dinamakan diirat-irat. Potongan bambu pun diwarnai, lalu dianyam berdasarkan desain pesanan. Setelah dipasangi frame, kerajinan bambu siap dilempar ke pasar. "Ilmunya memang simpel. Produk kita adalah produk dari natural fiber yang sifatnya kuat, namun bila dibuang dapat terurai tanah," tutur Suryadi. Usaha keluarga milik Suryadi lebih terfokus pada ekspor. Alasannya, jumlah pesanan jauh lebih besar dari pasar lokal. Sembilan puluh persen produksinya dijual ke luar negeri, sedangkan sisanya untuk kebutuhan domestik. Dalam sebulan, Suryadi mampu mengirim satu hingga dua kontainer ke pasar dunia. Satu kontainer bernilai antara Rp 80 juta hingga Rp 120 juta. Negara tujuan ekspor terbesar adalah Amerika Serikat dan sejumlah negara lain di Eropa. "Usaha ini membuka lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja di daerah ini, tanpa syarat pendidikan atau latar belakang keilmuan," ungkap Suryadi. Untuk ke depannya, ia berharap pihak perbankan dapat mempermudah proses peminjaman modal, mengingat terus meningkatnya jumlah pesanan. (*/liputan6.com) |
Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/manufaktur/17854-suryadi-sang-eksportir-kerajinan-bambu.html
No comments:
Post a Comment