Harga bisa miring (1)
Oleh Revi Yohana - Senin, 11 Juni 2012 | 16:07 WIB
Sentra pelek dan ban di Jatibaru, Tanah Abang termasuk sentra yang cukup lama bertahan. Selain lokasinya yang mudah dicari, kawasan ini mudah diingat karena tak jauh dari sisi barat Lapangan Monas menuju Pasar Tanah Abang.
Di sana, Anda bisa menemui puluhan penjual pelek dan ban mobil mulai dari Jalan Tanah Abang II melalui Kali Cideng hingga ke Jalan Abdul Muis. Banyaknya penjual memberikan variasi bagi para pembeli untuk menentukan pilihan. Bahkan, sebagian penjual menjajakan barang dagangan di toko berpendingin ruangan. Namun, banyak juga yang menghamparkan dagangannya di pinggir jalan.
Kosasih, seorang pengusaha pelek pemilik toko Jati Setia Ban yang berlokasi di Jalan Cideng Timur mengatakan sentra pelek Jatibaru sudah ada sejak 1989. Kala itu, penjual masih berpencar, belum rapat-rapat seperti sekarang.
Kosasih baru terjun ke bisnis ini tahun 1992 menggantikan kakaknya. Dalam sebulan, ia mengaku bisa mencetak omzet Rp 100 juta dengan menjual 10 set hingga 30 set pelek maupun ban.
Harga pelek bekas ia jual mulai Rp 1,5 juta - Rp 5 juta per set tergantung kondisi. Sedangkan harga pelek baru dan asli dengan ring besar bisa Rp 20 juta per set.
Untuk ban, ia menjualnya dengan harga Rp 150.000-500.000 per buah. Ia menawarkan ban baru dan bekas.
Jika berminat membeli pelek atau ban di sentra ini, sebaiknya mengetahui berapa harga pasaran. Di tempat ini berlaku sistem tawar-menawar. Jika tak pintar menawar bisa jadi pembeli harus membayar dengan harga mahal. Namun, bila paham kualitas barang dan pintar menawar, pembeli bisa menikmati harga miring."Makanya keuntungan tidak pasti," ujar Kosasih.
Ia biasa mendapat selisih 25% hingga 40% dari harga beli awal. Namun, itu belum termasuk biaya memperbaiki pelek bekas. Untuk membetulkan satu set pelek biayanya bisa Rp 300.000 - Rp 500.000.
Irwan Setiawan, pengelola Ryas Ban di sentra ini, bercerita bahwa pelek bekas biasanya didapat dari pembeli yang ingin tukar tambah dengan pelek baru. Ia memiliki 5 orang karyawan yang bekerja untuk memperbaiki pelek bekas ini.
Rata-rata pedagang mendapat pasokan pelek dari kawasan Jakarta. Adapun barang baru, mereka dapatkan dari distributor di kawasan Kemayoran.
Irwan yang mulai berbisnis pelek dan ban sejak 2001 juga menawarkan jasa memoles pelek . Usaha sampingan ini mendatangkan penghasilan mulai dari Rp 300.000 per set. Jika cukup parah satu unit pelek , ongkos polesnya bisa sampai Rp 200.000. Irawan enggan memerinci berapa omzet usaha yang ia lakoni.
Hanya, sebagai gambaran, setiap bulan, ia bisa menjual sekitar 15 sampai 30 set pelek maupun ban yang nilainya lebih dari Rp 100 juta. Laba bersih Irwan per bulan sekitar Rp 20 juta - Rp 30 juta.
Mulyadi, pemilik Peka Ban bilang, selain dari Jakarta, pembeli juga datang dari Padang, Sulawesi, bahkan Papua. Selain untuk pribadi, beberapa pembeli membeli untuk dijual kembali.
Banyak pilihan pelek (2)
Oleh Revi Yohana - Selasa, 12 Juni 2012 | 13:53 WIB
sentra penjualan pelek dan ban di Jatibaru, Tanah Abang, Jakara Pusat, selama ramai dikunjungi pembeli. Saat jam istirahat kantor, sentra ini sering disambangi para pemilik kendaraan pribadi.
Apalagi menjelang puasa dan Lebaran seperti sekarang. "Banyak orang yang mau ganti ban untuk pulang kampung," kata Mulyadi, pemilik Peka Ban.
Saat KONTAN mendatangi sentra ini, Rabu (23/5), tampak para pemilik kendaraan mengunjungi sentra ini. Karena tidak ada tempat parkir khusus, mereka memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan. Kebanyakan dari mereka mencari pelek dengan cara tukar tambah.
Biasanya mereka mendatangi setiap kios, hingga menemukan tempat yang cocok. Selain dari Jakarta, sentra ini juga sering kedatangan para pembeli dari luar daerah. Tapi kebanyakan, mereka membeli untuk dijual kembali di daerah asalnya.
Salah satunya adalah Wahyu Ihsan, pembeli dari Bengkulu. Bagi para pedagang pelek di Jatibaru, pria berusia 26 tahun ini sudah menjadi pelanggan tetap mereka. Dalam sebulan, ia bisa membeli lima hingga 10 set pelek di sentra tersebut. Dia membeli pelek sesuai dengan selera konsumen di daerahnya. "Kalau sekarang yang banyak dicari merek BBS," kata Wahyu.
Selain merek BBS, ia juga mencari pelek model klasik. Wahyu menjelaskan, pelek jenis ini sedang banyak diburu di daerahnya. Untuk pelek bekas yang belum diperbaiki hanya dibanderol Rp 1,5 juta per set. "Tapi pembelian minimal lima set," katanya.
Setelah diperbaiki, harganya bisa naik menjadi Rp 2,5 juta. "Tetapi kalau barang yang finishing-nya bagus dan sudah mengkilat di sini agak lebih mahal dibandingkan tempat lain, seperti Bandung," ujar Wahyu.
Selain harga yang relatif murah, pilihannya pelek di tempat ini juga banyak. Konsumen bisa memilih mulai pelek lokal hingga impor. Ukurannya juga beragam, mulai ring kecil, seperti ring 14, hingga ring besar berukuran 22 atau 24.
Pelek orisinal juga tersedia. Tetapi konsumen harus berhati-hati karena yang replika pun banyak.
Merek pelek yang dijual di sini pun beragam, mulai dari BBS, Honda, Auto Speed, hingga BMW dan Mercedes Benz. Model yang dijual juga bervariasi mulai dari pelek jaring, racing, ngeblok, hingga retro. "Saat ini yang paling banyak digemari adalah pelek retro. Anak-anak muda banyak yang suka kembali ke pelek jadul," ujar Mulyadi.
Wahyu mengaku senang belanja di tempat ini. Selain harga murah dan pilihannya banyak, ia juga sudah banyak kenal dengan pedagang di Jatibaru. Karena sudah memiliki hubungan baik, kadang Wahyu cukup memesan lewat telepon. "Selanjutnya saya tinggal transfer uang," ujarnya.
Kosasih, pemilik kios Jati Setia Ban, mengakui sering menerima order via telepon. "Sering pula lewat BlackBerry Messenger," ujarnya.
Sayang, calonya banyak (3)
Oleh Revi Yohana - Rabu, 13 Juni 2012 | 16:21 WIB
Bagi yang ingin berburu pelek dan ban di daerah Jatibaru, Tanah Abang, Jakarta Pusat, ada baiknya Anda berhati-hati, teliti, dan waspada. Sebab, di sentra penjualan pelek ini bergentayangan para calo atau makelar.
Jika Anda membeli lewat mereka, tentu akan mendapat harga lebih mahal. Para calo biasa nongkrong di sekitar tempat para penjual menggelar dagangan.
Para calo tergolong agresif. Setiap kali melihat konsumen yang datang ke sentra ini, mereka langsung menghampiri dan menanyakan jenis pelek yang dicari.
Tapi, kalau ada pembeli yang langsung menuju ke kios tertentu, biasanya tidak lagi "diganggu" calo. Umumnya konsumen yang terlihat bingung menjadi sasaran empuk para calo.
Bagi pedagang di sentra pelek Jatibaru, kehadiran calo ada sisi baik dan buruknya. Sisi baiknya, pedagang kadang diuntungkan karena sering mendapat order dari calo. Biasanya calo akan mencari pelek dengan harga semurah mungkin.
Dengan begitu, mereka masih bisa memperoleh margin yang lumayan saat dijual kembali ke pelanggan. "Kami pun bisa bersaing dari segi harga," kata Irwan, pemilik Ryas Ban.
Saat KONTAN mendatangi sentra ini, nampak Irwan kerap dihampiri calo. Kepada Irwan, mereka menanyakan tipe pelek yang dicari pelanggan serta harganya. Nah, "Itu salah satu keuntungannya," ungkap dia.
Namun, praktik percaloan ini kadang mendatangkan efek buruk bagi pedagang. Menurut Irwan, karena banyak calo, sering pelanggan tidak jadi mampir ke sentra ini. "Terkadang pelanggan kalau melihat calo pikirannya sudah jelek, sehingga mereka tidak jadi membeli," keluhnya.
Irwan bilang, umumnya para calo adalah warga sekitar di sentra pelek Jatibaru. Pola kerja para calo terorganisasi. Mereka terbagi dalam beberapa grup. Setiap grup terdiri dari 4 hingga 10 orang. Pendapatan para calo pun cukup besar, namun harus dibagi rata.
Para pedagang juga harus berhati-hati dengan calo. Sebab, kadang ada juga yang cuma membayar setengah. Biasanya pedagang tak akan menerima lagi pembelian dari calo semacam itu.
Selain masalah calo, pedagang juga kerap mendapat pasokan pelek curian. Makanya, pedagang selalu berhati-hati jika ada orang yang menjual terlalu murah atau terburu-buru.
Untuk mencegah masuknya barang curian, pedagang juga rajin bertukar informasi jika ada pencurian ban atau pelek dalam jumlah besar. "Terkadang kami adakan pertemuan para pedagang di kelurahan," ujar Kosasih, pemilik Jati Setia Ban.
Tak hanya itu, untuk menjaga keamanan tempat mereka berjualan, pedagang juga membina hubungan baik dengan warga sekitar. Misalnya, dengan memberikan iuran bulanan untuk Rukun Warga (RW).
Lalu, ada juga iuran sukarela untuk acara spesial seperti tujuh belasan atau Idul Adha. "Kami juga selalu menjaga kebersihan," ujar Mulyadi, pedagang lainnya di sentra pelek Jatibaru.
(Selesai)
Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-pelek-jatibaru-banyak-pilihan-pelek-2/2012/06/12
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-pelek-jatibaru-harga-bisa-miring-1/2012/06/11
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-pelek-jatibaru-sayang-calonya-banyak-3/?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter
Dear All
ReplyDeleteKami dari PT.Agung Semesta Logistik bermaksud menawarkan kerjasama handling import,adapun service kami adalah sebagai berikut :
1 . Jasa Handling Import Undername
2 . Jasa Handling Import Borongan untuk barang-barang LARTAS
3 . Jasa Pengurusan barang-barang yang tertahan di area Pabean
4. Quota import mesin bekas
Jika ada kebutuhan silahkan menghubungi kami pada alamat dibawah ini
Best Regards
Hendri Saputra
Mobile / WhatsApp : 0821 6755 0739
===================
PT.Agung Semesta Logistik
Gedung AKA Lt - 2 Jl.Bangka Raya No . 2 Jakarta Selatan 12720
Telp : 6221 2271 7866 Fax : 6221 2271 7866