Monday, January 2, 2012

Vania Santoso, Sang Ecopreneur Pendiri AV Care

Views :227 Times PDF Cetak E-mail
Senin, 02 Januari 2012 14:13
Sejak di bangku sekolah menengah pertama (SMP), Vania Santoso sudah peduli pada lingkungan hidup. Sejak itu pula, mahasiswa Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Jawa Timur, itu tidak segan memulung sampah untuk kemudian menyulapnya menjadi barang bernilai seni dan ekonomi.

Vania-Santoso“Asyiknya enggak bisa kugambarkan dengan kata-kata. Pokoknya, menyenangkan bisa terjun langsung menyelamatkan lingkungan,” ujar Vania seperti dikutip dari situs Unair, beberapa waktu silam.

Gadis cantik ini bertutur, sejak SMP, dia dan kakaknya, Agnes Santoso, memang menaruh kepedulian lebih pada isu lingkungan hidup. Keprihatinan akan makin buruknya kondisi lingkungan di Indonesia pun mendorong keduanya mendirikan A Vision Concern About Renewing Environment (AV CARE) atau AV Peduli.

"Kami fokus pada upaya pelestarian lingkungan hidup seperti pengolahan sampah, reklamasi pantai, dan penghijauan dengan cara yang menyenangkan dan mudah diterima kaum muda," imbuh dara yang juga menjadi model tersebut.

Cara menyenangkan yang dimaksud Vania misalnya dengan mengenalkan kepedulian lingkungan melalui lagu. Rekaman lagu tersebut kemudian dibagikan Vania ke berbagai sekolah.

Vania sendiri memusatkan kegiatannya pada pengolahan sampah. Mahasiswa program studi Ilmu Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unair ini menyulap onggokan sampah menjadi berbagai barang kebutuhan sehari-hari. Misalnya, bunga dari pelepah pisang dan botol, topi dan tas dari plastik kresek, batu bata dari sampah plastik, bahkan obat herbal. 

Langkah Vania merupakan langkah seorang ecopreneur. Seorang ecopreneur mampu mengubah ancaman pada kelestarian lingkungan menjadi peluang usaha. Namun, ecopreneur tidak selalu berorientasi laba, tetapi juga berorientasi lingkungan dan sosial.

"Proyek-proyek AV Peduli memang bertujuan membina masyarakat untuk lebih sadar terhadap masalah sampah. Proyek-proyek itu kami targetkan dapat menjangkau warga dari kalangan ekonomi menengah ke bawah," ujarnya.

Dalam setiap proyek, AV Peduli memilih perwakilan warga sebagai pionir. Dia akan dibina dan dibekali pengetahuan tentang lingkungan hidup, menggerakkan masyarakat, serta keahlian untuk membuat berbagai kerajinan dari sampah.

Menurut Vania, para warga pengolah sampah menjadi berbagai kerajinan pada dasarnya memiliki kreativitas yang tinggi. Dia dan AV Peduli pun gencar mencari celah agar masyarakat tidak segan mengenakan produk daur ulang.

"Hanya saja, para perajin ini lemah dalam urusan manajerial dan pengungkapan ide kreatif itu. Di sinilah peran para volunteer dari AV Peduli. Mereka mengarahkan ide-ide tersebut, memoles ide tersebut agar sesuai dengan selera pasar, dan membantu proses manajerial," Vania memaparkan.

Sepak terjang Vania dalam pelestarian lingkungan pun mengantarkannya ke berbagai negara untuk menghadiri seminar dan konferensi internasional tentang lingkungan. Dia pernah menjadi delegasi, pembicara, maupun peserta di Australia, Malaysia, Singapura, Swedia, Jerman, Norwegia, Jepang, Korea, Hong Kong, dan Inggris.

Ketika pergi ke negara lain dan mempromosikan produk-produk karya warga binaan AV Peduli itulah Vania mengetahui bahwa banyak yang tertarik dengan produk-produk mereka.

"Orang-orang dari negara lain sering minta dikirimi. Sayangnya, pesanan seperti itu hanya musiman. Belum lagi jika melihat masyarakat di dalam negeri sendiri malah belum tertarik dengan produk-produk daur ulang,” Vania mengeluh.

Kesibukan Vania melestarikan lingkungan melalui AV Peduli tidak lantas membuatnya lupa akan tugas utamanya sebagai mahasiswa. Selain mempertahankan nilai-nilainya, Vania juga berhasil menyabet gelar Mahasiswa Berprestasi Unair.

Tidak hanya itu, baru-baru ini Vania bahkan diganjar penghargaan Satya Lencana Wira Karya oleh Wakil Presiden RI Boediono.

Vania berharap, AV Peduli yang kini diawaki 25 anggota inti dan 300 relawan di penjuru tanah Air dapat terus berkembang. Seiring dengan itu, dia juga memimpikan kondisi ketika orang Indonesia lebih sadar dengan konsep daur ulang.

"Dengan begitu, pemasaran produk barang daur ulang dari sampah seperti yang dikerjakan perajin AV Peduli tidak lagi musiman dan dapat merambah pasar luar negeri," ujarnya menutup cerita. (*/Okezone)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/entrepreneur/nasional/wanita/13922-vania-santoso-sang-ecopreneur-pendiri-av-care.html

No comments:

Post a Comment