Monday, January 30, 2012

NASI UDUK ENCIM SUKARIA

Lifestyle

 
Senin, 30 Januari 2012 | 09:40  oleh Hendrika Yunapritta, J. Ani Kristanti , Sumber : Mingguan KONTAN, Edisi 23 - 29 Januari 2012
NASI UDUK ENCIM SUKARIA
Sarapan khas Tangerang ala Encim Sukaria
Apa menu sarapan Anda? Jika sedang berada di seputar Tangerang, cobalah mampir ke warung nasi uduk dan ketupat sayur Encim Sukaria, yang terletak di jantung kota itu. Tepatnya, di Jalan K.H. Soleh Ali, Kapling.
Kalau Anda datang dari arah Serpong, tinggal lurus saja mengikuti Jalan M.H. Thamrin hingga Jalan Perintis Kemerdekaan. Sampai di pertigaan Jalan Veteran, silakan Anda belok ke kiri. Lalu, tak jauh dari situ, di kiri jalan, Anda akan ketemu Jalan K.H. Soleh Ali. Letak Encim Sukaria sekitar 300 meter di sebelah kanan jalan.
Sesuai namanya, menu utama di kedai ini adalah nasi uduk, ketupat sayur, dan nasi ulam. Namun, biasanya, tersedia pula kue-kue basah seperti onde-onde dan kue, jika Anda enggan sarapan berat.
Cuma, sayang kalau Anda tidak menjajal menu utama kedai ini. Jadi, coba cicipi, deh, menu utama dari Encim Sukaria. Satu porsi nasi uduk tampil dengan pelengkap standar, seperti acar, bihun, semur kentang, serta kerupuk. Harganya, murah saja, kok, hanya Rp 10.000 seporsi. “Lauk tambahannya bisa pilih bakwan udang, semur jengkol, atau telur dadar pedas,” jelas Kim Tjiang, anak lelaki pemilik kedai yang sekarang mengelola warung makan tersebut.
Bakwan udang racikan Encim banyak disuka orang karena begitu renyah dan gurih. Salah satu rahasia kerenyahannya adalah lantaran Kim tidak langsung menggoreng semua adonan bakwan. “Kami goreng sedikit-sedikit saja, karena kalau kelamaan ditaruh di depan bisa lembek, tidak renyah lagi,” sambung Kim yang pada hari biasa memasak delapan kilogram beras untuk nasi uduk serta meningkat dua kali lipat saat akhir pekan dan liburan.
Penggemar semur jengkol dari kedai ini juga tergolong banyak. Pasalnya, semur jengkol khas Encim terkenal tidak pahit dan rasanya legit. Jangan heran kalau warna semur jengkol dan semur kentang di Encim Sukaria cenderung terang dan tidak hitam. “Ini karena kami dari dulu memakai kecap lokal,” tutur Kim sembari mengangkat botol kecap merek Siong Hin atau kecap benteng khas Tangerang. Warna kecap Siong Hin memang tidak hitam pekat melainkan justru memerah. Rasanya pun tidak terlalu manis karena agak gurih.
Ayam kampung
Nah, ketupat sayur Encim Sukaria juga berbeda dengan ketupat sayur betawi. Rasa sayurnya – sebagian pelanggan menyebutnya sayur lodeh atau sambal godok – yang berisi irisan labu siam, buncis, dan tempe berasa gurih dengan santan yang tidak terlalu kental. “Santan perasan pertama itu untuk nasi uduk, kalau untuk sayur, kami pakai perasan kedua,” kata Kim. Pelengkap ketupat sayur adalah kari dengan beragam pilihan: ayam kampung, tempe, tahu, atau telur.
Kari ayam kampung pendamping sayur lodeh ini cukup istimewa, karena empuk dan gurih. “Soalnya, sejak dulu kami pakai ayam kampung dara,” jelas Kim. Jadi, mereka hanya perlu merebus ayam selama satu jam hingga empuk digigit.
Satu ekor ayam menjadi empat porsi ayam kari. Itu sebabnya, harga seporsi ayam kampung ini cukup mahal, Rp 15.000. Padahal, seporsi ketupat sayur standar tanpa lauk tambahan hanya Rp 10.000.
Menu khas Tangerang yang baru beberapa tahun tersedia belakangan di kedai ini adalah nasi ulam. Berbeda dengan nasi ulam betawi – nasi putih dengan kuah semur dan ditabur rempah-rempah – nasi ulam Tangerang adalah nasi putih yang sudah diaduk dan dibumbui dengan tumbukan ebi, kelapa sangrai, dan kacang tanah sangrai. Alhasil, warnanya kecokelatan seperti nasi goreng, tapi rasanya gurih lantaran campuran kacang yang begitu dominan dan tak berminyak.
Kim berkisah, sebelumnya mereka hanya menyediakan nasi ulam saban akhir pekan. Maklum, “Masaknya lumayan ribet, nih,” kata dia. Ebi, kelapa sangrai, serta kacang harus dihaluskan dengan blender. Tapi, proses penghalusan ini tidak boleh terlalu lama, agar kacang tidak mengeluarkan banyak minyak. “Kalau kacangnya terlalu lembek dan berminyak, nanti nasinya jadi lembek,” sambung Kim.
Setelah itu, barulah campuran ebi, kelapa, dan kacang tadi diuleni bersama nasi. “Inilah nasi khas Tangerang,” ujar Kim. Seporsi nasi ulam dilengkapi dengan irisan telur dadar, timun, dan kemangi. Harganya Rp 8.000 saja seporsi.
Untuk masing-masing menu: ketupat sayur dan nasi uduk, tersedia sambal goreng, bukan sambal kacang, di tiap meja. “Membuatnya dengan santan, tapi tidak banyak,” ungkap Kim. Pelengkap nasi ulam yakni sambal kuah dengan terasi.
Sindhiarta Mulya, warga Tangerang, bilang, ia sudah berlangganan nasi uduk Encim Sukaria selama puluhan tahun. Biasanya, ia minta tolong pembantu untuk membeli nasi uduk di situ. “Lalu, di rumah saya makan pakai kecap benteng dan bawang goreng khas Tangerang. Enak banget, dah,” sambung Sindhiarta yang berprofesi sebagai dokter.
Jika Anda berminat mencicipi rasa khas Tangerang di warung Encim Sukaria, Sindhiarta menyarankan, agar mampir sebelum jam sebelas siang. “Biar masih lengkap semua lauknya,” jelas salah satu sesepuh komunitas Jalan Sutra ini.

Encim Sukaria
Jl. K.H. Soleh Ali No. 90 Kapling, Tangerang
Telepon (021) 5521049
Koordinat GPS:
S6011.071’ - E106038.062’

Sumber:
http://lifestyle.kontan.co.id/news/sarapan-khas-tangerang-ala-encim-sukaria

1 comment: