Views :282 Times |
Di samping tantangan-tantangan berupa risiko dan tekanan, entrepreneur juga bisa mengalami efek negatif dari ego yang terlalu besar dalam dirinya. Dengan kata lain, karakteristik tertentu yang biasanya menggerakkan entrepreneur menuju sukses juga bisa ditunjukkan dalam kadar yang berlebihan. Empat dari karakteristik ini bisa membawa seorang entrepreneur ke kehancuran, jika tidak dikendalikan dengan baik.
Rasa haus kendali
Entrepreneur biasanya terdorong oleh rasa haus kendali baik dalam menjalankan usaha dan nasib mereka. Fokus internal terhadap kendali ini menjalar hingga Anda merasa harus mengendalikan semua hal. Sebuah obsesi dengan otonomi dan kendali mungkin membuat entrepreneur bekerja dalam situasi yang terstruktur hanya saat mereka menciptakan struktur dengan persyaratannya sendiri. Tentu hal ini memiliki implikasi serius untuk jejaring dalam tim entrepreneur karena entrepreneur bisa membayangkan kendali eksternal oleh yang lain sebagai sebuah ancaman dari keberatan atau pelanggaran dalam kehendak mereka sendiri. Dengan demikian, karakteristik yang sama bahwa entrepreneur membutuhkan pendirian usaha yang berhasil juga mengandung sisi yang destruktif.
Rasa tidak percaya
Agar bisa tetap waspada terhadap persaingan, peraturan pelanggan dan pemerintah, entrepreneur harus secara terus menerus memonitor lingkungan. Mereka mencoba untuk mengantisipasi dan bertindak berdasarkan perkembangan yang mungkin terlambat dikenali orang lain. Ketidakpercayaan seperti ini mengakibatkan entrepreneur untuk fokus pada hal yang kurang penting dan menyebabkan mereka kehilangan kesadaran terhadap kenyataan, logika dan cara berpikir yang melenceng dan mengambil tindakan destruktif. Sekali lagi, rasa tak percaya merupakan karakteristik yang berdampak ganda.
Ambisi untuk sukses yang berlebihan
Ego seorang entrepreneur terlibat dalam ambisi sukses. Meskipun banyak entrepreneur masa kini yakin bahwa mereka hidup di tepi eksistensi, secara terus menerus mereka berpikir tentang ambisi kuatnya untuk berhasil meski harus menyingkirkan tantangan yang begitu banyak.
Optimisme yang tak realistis
Optimis itu positif. Namun apa jadinya jika optimisme mencapai kadar yang begitu tinggi? Sebagian entrepreneur mengalami hal ini. Mereka menganggap optimisme bisa membawa mereka melewati masa-masa sulit dengan lebih mudah. Tapi kadang saat terlalu berlebihan, optimisme mengakibatkan entrepreneur memiliki khayalan yang terlalu tinggi dalam menjalankan bisnisnya. Tanda-tandanya sederhana. Saat Anda menemukan seseorang yang terus berkata usahanya akan makin menguntungkan dengan mengabaikan semua tren, fakta dan laporan yang ada, bisa dipastikan inilah gejala optimisme yang tak realistis itu.
Semua contoh ini tidak menyiratkan bahwa seluruh entrepreneur pasti terjebak dalam 4 sikap ini, atau memvonis bahwa semua karakteristik ini sudah pasti negatif. Namun, semua entrepreneur potensial harus mengetahui bahwa sisi kelam entrepreneurship itu ada.
Rasa haus kendali
Entrepreneur biasanya terdorong oleh rasa haus kendali baik dalam menjalankan usaha dan nasib mereka. Fokus internal terhadap kendali ini menjalar hingga Anda merasa harus mengendalikan semua hal. Sebuah obsesi dengan otonomi dan kendali mungkin membuat entrepreneur bekerja dalam situasi yang terstruktur hanya saat mereka menciptakan struktur dengan persyaratannya sendiri. Tentu hal ini memiliki implikasi serius untuk jejaring dalam tim entrepreneur karena entrepreneur bisa membayangkan kendali eksternal oleh yang lain sebagai sebuah ancaman dari keberatan atau pelanggaran dalam kehendak mereka sendiri. Dengan demikian, karakteristik yang sama bahwa entrepreneur membutuhkan pendirian usaha yang berhasil juga mengandung sisi yang destruktif.
Rasa tidak percaya
Agar bisa tetap waspada terhadap persaingan, peraturan pelanggan dan pemerintah, entrepreneur harus secara terus menerus memonitor lingkungan. Mereka mencoba untuk mengantisipasi dan bertindak berdasarkan perkembangan yang mungkin terlambat dikenali orang lain. Ketidakpercayaan seperti ini mengakibatkan entrepreneur untuk fokus pada hal yang kurang penting dan menyebabkan mereka kehilangan kesadaran terhadap kenyataan, logika dan cara berpikir yang melenceng dan mengambil tindakan destruktif. Sekali lagi, rasa tak percaya merupakan karakteristik yang berdampak ganda.
Ambisi untuk sukses yang berlebihan
Ego seorang entrepreneur terlibat dalam ambisi sukses. Meskipun banyak entrepreneur masa kini yakin bahwa mereka hidup di tepi eksistensi, secara terus menerus mereka berpikir tentang ambisi kuatnya untuk berhasil meski harus menyingkirkan tantangan yang begitu banyak.
Optimisme yang tak realistis
Optimis itu positif. Namun apa jadinya jika optimisme mencapai kadar yang begitu tinggi? Sebagian entrepreneur mengalami hal ini. Mereka menganggap optimisme bisa membawa mereka melewati masa-masa sulit dengan lebih mudah. Tapi kadang saat terlalu berlebihan, optimisme mengakibatkan entrepreneur memiliki khayalan yang terlalu tinggi dalam menjalankan bisnisnya. Tanda-tandanya sederhana. Saat Anda menemukan seseorang yang terus berkata usahanya akan makin menguntungkan dengan mengabaikan semua tren, fakta dan laporan yang ada, bisa dipastikan inilah gejala optimisme yang tak realistis itu.
Semua contoh ini tidak menyiratkan bahwa seluruh entrepreneur pasti terjebak dalam 4 sikap ini, atau memvonis bahwa semua karakteristik ini sudah pasti negatif. Namun, semua entrepreneur potensial harus mengetahui bahwa sisi kelam entrepreneurship itu ada.
Sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/pendidikan/serba-serbi/165-entrepreneurship/14680-ego-entrepreneur-kendalikan-atau-hancur.html
No comments:
Post a Comment