TAWARAN KEMITRAAN JASA KESEHATAN: PANTI PIJAT ALAT JEPANG
Menjajal peruntungan panti pijat ala Jepang
Tubuh yang sehat dan bugar selalu menjadi keinginan setiap orang. Namun, padatnya aktivitas masyarakat perkotaan dan tingkat stres yang tinggi sering menjadi pemicu tubuh cepat letih. Belum lagi, polusi udara yang buruk dan pola makan tidak sehat bisa menambah panjang risiko terkena berbagai macam penyakit.
Beragam kondisi inilah yang menjadi alasan Gus Minging mendirikan klinik kesehatan Nakamura The Healing Touch di Solo, Jawa Tengah, pada 2004 silam. Klinik ini merupakan terapi khas Jepang yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia. "Jadi layanan kesehatan kami ini tidak memiliki efek samping," ujar Gus Minging.
Cara pijat unik
Nakamura menawarkan tiga jenis layanan utama, yakni Terapi Zona, Akupressure, dan Seitai. Terapi Zona merupakan terapi yang memusatkan pijatan pada zona atau titik-titik syaraf tertentu yang terhubung langsung dengan pusat sakit manusia. Dengan metode ini, pemijatan tak menjangkau seluruh tubuh pasien seperti terapi pijat umumnya.
Adapun Akupressure merupakan jenis pengobatan yang mirip dengan akupunktur. Bedanya, terapi ini peran jarum digantikan oleh jari. "Jari kita sebenarnya sudah cukup untuk bisa menjadi media pengobatan," ujarnya.
Seitai merupakan nama lain dari praktik Chiropractic, yakni pengobatan yang memfokuskan pada tulang belakang atau body adjustment. Biaya yang dikenakan untuk terapi ini juga relatif murah, mulai dari Rp 60.000 hingga sebesar Rp 90.000.
Untuk memperluas usaha, Nakamura pun mulai menawarkan konsep waralaba sejak 2008. "Ini upaya untuk bisa menjangkau masyarakat yang ada di luar kota," ujarnya.
Saat ini, Nakamura sudah memiliki 10 terwaralaba yang tersebar di Jakarta, Surabaya, Makassar, Solo, Semarang, dan Malang.
Bila ingin bergabung menjadi mitra, siapkan dana investasi awal sebesar Rp 200 juta. Selanjutnya, mitra akan memperoleh bimbingan usaha, pelatihan terapis atau yang mereka sebut dengan penyembuh alternatif dan promosi.
Terwaralaba juga dikenakan biaya royalty fee sebesar 10% dari omzet. Dalam sebulan, gerai Nakamura diperkirakan akan memperoleh omzet sebesar Rp 36 juta. Dengan omzet segitu, waktu balik modal diperkirakan 29 bulan.
Untuk lokasi usaha, selain bisa di mal, mitra bisa membuka gerai Nakamura di ruko. "Untuk ruko, dibutuhkan tiga lantai dengan ukuran 5x17 m² per lantai," ujarnya.
Menurut Levita Supit, Ketua Waralaba dan Lisensi Indonesia, bisnis pijat-memijat ala Jepang itu masih menyimpan potensi yang baik. Maklum, masyarakat Indonesia memang sudah akrab dengan pijat. "Bisnis ini prospeknya masih akan cerah karena pasarnya masih terbuka lebar," jelas Levita.
Selain itu, dengan menawarkan konsep dan cara memijat yang unik, tentu bisnis pijat kesehatan ini masih cemerlang. Levita bilang, target omzet itu bisa terwujud asal tempat pijat itu punya kelebihan dan benar-benar unik. "Jika memang tempatnya strategis, pada akhir pekan, gerai pijat kesehatan pasti kebanjiran pelanggan. Karena, masyarakat Indonesia jika merasa lelah tentu mereka akan mencari tempat pijat kesehatan," tandasnya.
Nakamura
Jl. S. Parman 47 Lt. 2
Solo 57133
Telp. (0271) 646819
Beragam kondisi inilah yang menjadi alasan Gus Minging mendirikan klinik kesehatan Nakamura The Healing Touch di Solo, Jawa Tengah, pada 2004 silam. Klinik ini merupakan terapi khas Jepang yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia. "Jadi layanan kesehatan kami ini tidak memiliki efek samping," ujar Gus Minging.
Cara pijat unik
Nakamura menawarkan tiga jenis layanan utama, yakni Terapi Zona, Akupressure, dan Seitai. Terapi Zona merupakan terapi yang memusatkan pijatan pada zona atau titik-titik syaraf tertentu yang terhubung langsung dengan pusat sakit manusia. Dengan metode ini, pemijatan tak menjangkau seluruh tubuh pasien seperti terapi pijat umumnya.
Adapun Akupressure merupakan jenis pengobatan yang mirip dengan akupunktur. Bedanya, terapi ini peran jarum digantikan oleh jari. "Jari kita sebenarnya sudah cukup untuk bisa menjadi media pengobatan," ujarnya.
Seitai merupakan nama lain dari praktik Chiropractic, yakni pengobatan yang memfokuskan pada tulang belakang atau body adjustment. Biaya yang dikenakan untuk terapi ini juga relatif murah, mulai dari Rp 60.000 hingga sebesar Rp 90.000.
Untuk memperluas usaha, Nakamura pun mulai menawarkan konsep waralaba sejak 2008. "Ini upaya untuk bisa menjangkau masyarakat yang ada di luar kota," ujarnya.
Saat ini, Nakamura sudah memiliki 10 terwaralaba yang tersebar di Jakarta, Surabaya, Makassar, Solo, Semarang, dan Malang.
Bila ingin bergabung menjadi mitra, siapkan dana investasi awal sebesar Rp 200 juta. Selanjutnya, mitra akan memperoleh bimbingan usaha, pelatihan terapis atau yang mereka sebut dengan penyembuh alternatif dan promosi.
Terwaralaba juga dikenakan biaya royalty fee sebesar 10% dari omzet. Dalam sebulan, gerai Nakamura diperkirakan akan memperoleh omzet sebesar Rp 36 juta. Dengan omzet segitu, waktu balik modal diperkirakan 29 bulan.
Untuk lokasi usaha, selain bisa di mal, mitra bisa membuka gerai Nakamura di ruko. "Untuk ruko, dibutuhkan tiga lantai dengan ukuran 5x17 m² per lantai," ujarnya.
Menurut Levita Supit, Ketua Waralaba dan Lisensi Indonesia, bisnis pijat-memijat ala Jepang itu masih menyimpan potensi yang baik. Maklum, masyarakat Indonesia memang sudah akrab dengan pijat. "Bisnis ini prospeknya masih akan cerah karena pasarnya masih terbuka lebar," jelas Levita.
Selain itu, dengan menawarkan konsep dan cara memijat yang unik, tentu bisnis pijat kesehatan ini masih cemerlang. Levita bilang, target omzet itu bisa terwujud asal tempat pijat itu punya kelebihan dan benar-benar unik. "Jika memang tempatnya strategis, pada akhir pekan, gerai pijat kesehatan pasti kebanjiran pelanggan. Karena, masyarakat Indonesia jika merasa lelah tentu mereka akan mencari tempat pijat kesehatan," tandasnya.
Nakamura
Jl. S. Parman 47 Lt. 2
Solo 57133
Telp. (0271) 646819
Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/86522/Menjajal-peruntungan-panti-pijat-ala-Jepang-
No comments:
Post a Comment