Views :205 Times |
Sabtu, 14 Januari 2012 10:47 |
Asep Syafrudin (kanan) sedang mengawasi karyawannya membuat sate. Asep sukses mengembangkan rumah Makan Sate Hadori hingga dikenal luas masyarakat. Mempertahankan manajemen tradisional dan pemasaran dari mulut ke mulut menjadi kunci Asep Syafrudin membesarkan usaha rumah makan sate milik keluarga.Ditangan Asep,rumah makan Sate Hadori semakin berkembang dengan terus membuka cabang. rumah makan Sate Hadori berdiri sejak zaman Belanda di Kota Bandung, Jawa Barat. Sempat berpindah-pindah, rumah makan ini kemudian menetap di kawasan Terminal Stasiun Hall. Hingga kini sate ini terus digemari pencinta kuliner tanah Air, bahkan mancanegara. Meski sudah terkenal, Asep tetap bekerja keras dalam mengelola bisnis ini. Menariknya, pria yang kini dikenal sebagai Asep Hadori ini sempat enggan untuk menangani bisnis makanan tersebut. “Begitu dapat ijazah,saya pamit kepada kedua orang tua untuk melamar kerja di tempat lain,” tuturnya. Berharap mendapat izin, ayahnya justru mempertanyakan.“ Mengharapkan apa kerja di tempat lain? Di sini juga kamu dapat uang dan ada nilai plusnya, yakni membahagiakan orang tua,”kata sarjana hukum lulusan Universitas Islam Nusantara ini. Sejak itu,Asep bertekad menekuni pekerjaan di rumah makan milik keluarganya.Dia kembali memotong daging, menusuknya satu per satu, mengolah bumbu khas, membakar, hingga menyajikan kepada pelanggan. Namun, lantaran banyaknya anggota keluarga,anak keenam dari tujuh bersaudara ini lebih sering mendapat tugas di bagian pemasaran. Bukan promosi melalui billboard, flyer,atau jejaring sosial yang sedang tren saat ini,Asep memilih menggunakan cara tradisional untuk menambah pelanggan. “Hingga sekarang saya masih menggunakan konsep mouth-to-mouth. Orang-orang yang saya kenal di mana pun saya beri tahu tempat ini. Selain itu, tanpa diminta, para pelanggan juga menyebarkan perihal Sate Hadori ini,” ujar suami dari Dewi Purnama ini. Pemasaran dari mulut ke mulut ternyata efektif. Sate Hadori semakin kukuh sebagai makanan favorit di tengah maraknya varian kuliner di Kota Bandung. Selain pemasaran dan promosi secara tradisional, ketenaran Sate Hadori tidak lepas dari ide perluasan jaringan yang dikembangkan Asep. Dengan bantuan permodalan dari Bank BRI, Asep membuka sejumlah cabang Sate Hadori di Kota Bandung.“Huruf R di tengah BRI itu berarti rakyat, saya sangat tertarik bekerja sama dengan mereka agar ide membuka cabang Hadori terlaksana,”katanya. Cabang Sate Hadori pun berdiri antara lain di Jalan Sersan Bajuri, Ir H Juanda, Cihampelas, dan Cibiru. “Memang awalnya cabang sulit berkembang karena orang-orang masih memburu Sate Hadori di pusat, yakni di Stasiun Bandung. Tapi dalam rentang satu hingga dua bulan, cabang mulai kewalahan melayani permintaan,”kata dia. Menurut dia,setiap hari tak kurang dari 2.000 tusuk sate dari daging domba, kambing, dan ayam segar diborong pembeli. Asep mengakui harga per tusuk Rp2.700, lebih mahal dibandingkan sate yang dijual di tempat lain,tetapi soal rasa dia menjamin kelezatannya. Hadori mengatakan, selain mendapatkan pinjaman modal, kemitraan dengan Bank BRI juga menjadikan dia dapat membuka jaringan yang lebih luas. “Rencananya BRI akan mensponsori saya agar membina usaha kecil menengah (UKM) se-Kota Bandung,”ujarnya. Ketua Kuliner Boga Kota BandunginiberharapBRIdapat memberikan lebih banyak dukungan agar rencana pengembangan cabang di tiap kota dapat terwujud. Asep mengakui permodalan dari Bank BRI sangat menguntungkan, terlebih memperolehnya cukup mudah. Dari kerja sama ini, rumah makan Sate Hadori semakin dikenal luas masyarakat. Maida, 27,salah satu pelanggan rumah makan Sate Hadori, mengakui kelezatan sate tersebut.“Bumbu kecap yang ditaburi potongan cabai dan irisan bawang merah ternyata menggunakan saus inggris,rasa mentolnya itu yang aku favoritkan.” Sate Hadori juga menjadi jujugan sejumlah artis, pengusaha, dan pejabat negara. “Yang paling berkesan saat band legendaris God Bless datang menikmati sate kami,” ungkap Asep. Dia menyebutkan, penyanyi Rhoma Irama, Wali Kota Bandung Dada Rosada termasuk pelanggan setianya. “ Bahkan Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf kami dengar selalu mempromosikan di tiap pidatonya di daerah lain,” kata ayah dua anak ini tersenyum bangga. Sate Hadori juga telah lama menjadi jamuan tamu-tamu Istana Kepresidenan, Bogor, setiap 17 Agustus.Bahkan,Sate Hadori pernah menjadi jamuan utama bagi Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan. Tidak hanya di dalam negeri, kelezatan Sate Hadori juga terdengar hingga ke luar negeri.Sate Hadori sejak lama menjadi daya tarik para wisatawan asing,terutama asal Singapura dan Malaysia. “Begitu turun dari Bandara Husein Sastranegara, taksi-taksi sering diminta langsung mencari Sate Hadori dekat Stasiun Bandung,” ujarnya. Asep bahkan pernah diundang Wali Kota Suwon,Korea Selatan, pada 2011 lalu untuk tampil di festival makanan terenak se-Asia. Menurut dia, Hadori disejajarkan dengan kebab Turki, sushi Jepang,dan makanan lain asal Vietnam, Malaysia, dan Singapura. “Yang dipanggil dari Indonesia bukanlah sate, tetapi Hadorinya,” kenang Asep. Di Negeri Ginseng itu, terjadi antrean pengunjung hingga ratusan meter untuk dapat menikmati Sate Hadori. “Sayangnya sepekan di sana banyak sekali yang komplain, bukan soal rasa, tapi karena tidak kebagian merasakan,” kelakar dia. Menurut pengusaha sukses ini, tidak ada yang istimewa dalam mengembangkan bisnis kuliner ini.Dia mengaku hanya mempertahankan manajemen tradisional dan kekeluargaan meskipun karyawannya kini berjumlah 70 orang. “Meski memasuki era modern, kami tidak punya kasir, tetapi kepuasan yang dirasakan tamu menjadikan mereka jujur membayar,”paparnya. Selain kesederhanaan, dia juga menganut filosofi “tamu adalah raja” di rumah makan Sate Hadori. “Maka tamu diperlakukan sangat spesial,makanan yang diberikan adalah yang terbaik dan enak menurut kita. Kalau tidak enak, tidak akan diberi,”tegas dia. Asep optimistis bisnisnya terus akan berkembang.“Dengan bantuan Bank BRI, saya merencanakan Sate Hadori dapat dipasarkan di tiap kota di Indonesia,bahkan ke beberapa negara untuk membawa Hadori go international,”pungkas pria yang telah menunaikan haji tiga kali ini. (*/koran Sindo) |
Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/kuliner/14288-asep-syafrudin-kelola-bisnis-dengan-pemasaran-tradisional.html
No comments:
Post a Comment