Views :194 Times |
Minggu, 15 Januari 2012 05:13 |
Ular mempunyai penampilan yang eksotis. Namun, banyak orang merasa takut dan ngeri melihat jenis binatang yang satu ini. Apa lagi memegangnya. Perasaan takut tersebut karena khawatir digigit, mengingat ular mengandung racun yang berbahaya. Ada juga orang takut dililit ular karena bisa membuat tulang patah. Rasa was-was seperti bisa dimaklumi kalau berhubungan dengan ular alam yang bebas berkeliaran di semak belukar. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan, kini orang dapat menangkar ular menjadi hewan yang, tidak berbahaya. Malah menyenangkan. Ular peliharaan tidak mengandung racun dan penampilannya juga cantik. Hal ini tidak luput dari kepintaran orang untuk mengembangbiakannya, sehingga menghasilkan warna dan motif yang baru pula. Ukuran ular yang dikembangbiakan sekarang ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Ukuran badannya tidak besar yang mengerikan. Panjangnya maksimum hanya mencapai sekitar 1,6 meter. Bagi sebagian orang sekarang ini memiliki ular justru menjadi suatu kebanggaan. Sejak beberapa tahun belakangan ini, ular bukan lagi binatang yang harus ditakuti. Keunikan ular justru menjadi daya tarik bagi Pandu Pratama, pemilik Fydu's Reptile, untuk menerjuni bisnis penangkaran khewan peliharan itu. Berlatarbelakang hobi dengan binatang, dia memberanikan diri terjun dalam bisnis penangkaran ular dengan modal awal Rp800.000. Pria berusia 26 tahun ini sadar pangsa pasar bisnis ular masih sangat terbatas. Saat itu, Pandu mengaku belum piawai menangkar ular. Dia tidak segan-segan terbang ke Hong Kong untuk belajar. Dia belajar dan ikut latihan pembibitan ular, termasuk cara menangkarnya. Setelah beberapa bulan belajar pembibitan, dia pulang ke tanah Air untuk mempraktikan ilmu yang didapatkannya. Di samping itu, dia juga rajin mencari informasi melalui seluk-beluk soal ular dari Internet. Ular yang dibudidayakannya berasal dari luar negeri. Ular itu diimpor dari Amerika Serikat karena hubungan transportasi dan informasi di sana lebih cepat diperoleh dari negara asal ular itu, Afrika. 22 Jenis Tanpa dinyana, permintaan terhadap ular terus meningkat. Bersamaan dengan itu, Pandu telah berhasil membibitkan ular antara lain ular super pastel, pastel, albino dan high end. "Sekarang saya sudah berhasil menangkar 22 jenis ular," kata Pandu yang pernah ikut pameran reptil dan ampibi di Grand Indonesia. Menurutnya, keunikan ular yang eksotis itu terletak pada warna dan motif, sehingga indah dilihat. "Penampilan ular itu tidak menakutkan. Untuk mendapatkan motif yang unik, saya mengawinkan dua jenis ular yang berbeda". Dia tidak menangkar semua jenis ular, tapi khusus ular ball phyton (berbentuk bola sewaktu melindungi dirinya). Ular tersebut mempunyai banyak jenisnya. "Saya mengikuti tren saja." Sejak 2011, ular ball phyton mulai banyak digemari di tanah Air. Diperkirakan tahun ini trennya menguat. Keunikan jenis ular ini antara lain dapat membentuk seperti bola. Selain itu, tidak beracun, sehingga tidak berbahaya bila dipegang. Pemilik Fydu's Reptile itu menjual ular melalui Internet yang konsumennya tidak hanya di sekitar Jakarta saja, tetapi juga ke luar daerah. Dia yakin pemasaran melalui Internet lebih efektif karena peminatnya hanya kalangan tertentu dan jangkauan pemasarannya juga luas. "Saya sangat mengutamakan kejujuran dalam berbisnis dan memberikan pelayanan yang baik kepada custumer, sehingga orang tetap percaya dengan produk yang saya jual," tuturnya kepada Bisnis baru-baru ini. Selain melalui Internet, dia juga berusaha mensosialisasikan ular itu kepada kalangan terbatas karena tidak semua orang senang dengan khewan tersebut. "Memelihara ular sebenarnya termasuk prestiseus." Harga ular yang dijualnya bervariasi tergantung jenis, warna dan corak. Warnanya kira ada delapan antara lain merah, kuning, hijau. Begitu pula dengan coraknya yang mempunyai sekitar 10 pilihan. Hasil pembibitan ular itu juga tidak banyak. Sekali bertelur maksimum mencapai tiga ekor kadang ada yang dua ekor. Pandu menjual ular dengan harga Rp600.000-Rp2 juta per ekor. Tetapi ada juga ular yang harganya mencapai puluhan juta rupiah per ekor. Peminatnya berasal dari berbagai kalangan umur, mulai dari anak muda sampai orang tua. Sebagaimana layaknya risiko berbisnis ada untung dan rugi. Pandu juga pernah mengalami hal tersebut. Selama berbinis ular, Pandu mengaku pernah satu kali menjual khewan tersebut dengan harga mencapai Rp800 juta per ekor atau harga tertinggi yang pernah dicapainya. Namun, dia juga mengalami kegagalan. Satu ekor ularnya yang berharga sekitar Rp50 juta mati mendadak. "Itulah usaha, ada senang dan ada dukanya." Pembibitan ular dilakukannya Pandu untuk memenuhi permintaan pasar. Dia baru bisa menghasilkan sekitar 30% dari permintaan dalam negeri, sedangkan 70% impor dari AS. Menurutnya, bisnis ular kelas high premium pada tahun ini diperkirakan turun karena kondisi ekonomi. Untuk itu, dia memperbesar bisnis untuk kelas low premium yang harganya lebih rendah. Permintaan untuk kelas low premium, katanya, masih bagus. "Tergantung kejelian kita melihat perkembangan pasar." Dia memperkirakan putaran bisnis ularnya bisa mencapai sekitar Rp500 juta per bulan. "Saya selalu mengutamakan kejujuran dan pelayanan customer dalam menjalankan usaha." (bisnis.com) |
Sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/perusahaan-a-merek/nasional/merek/14309-pandu-pratama-raup-laba-dari-penangkaran-ular.html
No comments:
Post a Comment